BAB
I
PENDAHULUAN
I.1
Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara
organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik
interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan
lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel
(1834-1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau
sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan
ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan
biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya dan topografi,
sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan,
tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan
organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas dan ekosistem yang saling
memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat
suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai
akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan
aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan metode
analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan
analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi
vegetasi. Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk areal yang
luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept) biasanya
digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang tumbuh
menjalar (creeping). Metode visual (visual emotion) dapat digunakan untuk suatu
survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu (Anggraini, 1979).
Dari pembahasan diatas, Mahasiswa Biologi dalam rangka
mempelajari dan memperdalam ilmu biologi khususnya mengenai Ekologi Tumbuhan
wajib melaksanakan tugas praktikum sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah
biologi. Dalam hal ini praktikum yang dilaksanakan adalah “ANALISIS VEGETASI”
yang diperlukan untuk mengetahui vegetasi tumbuhan yang ada secara detail dari
segi macam spesies, jumlah maupun bobot masing-masing spesies serta
frekuensinya. Analisis vegetasi didasarkan pada pengambilan contoh dari komposisi populasi di lapangan, metode
serta ukuran pengambilan contoh ditentukan oleh tujuan analisis vegetasi
tersebut. Analisis vegetasi yang umum digunakan adalah metode pembuatan plot
dengan teknik sapling. Dengan uraian tersebut mahasiswa perlu membuat laporan
hasil dari praktikum.
I.2
Tujuan
Tujuan praktikum lapangan analisis vegetasi
adalah untuk mengetahui spesies yang ditemukan pada masing-masing plot dengan
teknik sapling di Desa Talaga.
I.3
Manfaat
Adapun
manfaat praktikum lapangan analisis vegetasi ini adalah untuk mengetahui komposisi
jenis atau susunan tumbuhan dan bentuk atau struktur vegetasi yang ada di
wilayah yang dianalisis melalui metode analisis vegetasi.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1
Sejarah Lokasi Praktikum Lapangan (Desa Talaga)
Desa Talaga termasuk dalam Kecamatan Damsol Kabupaten
Donggala. Dahulu kala, sebelum Kerajaan Banawa yang terletak di Donggala
ditaklukan oleh Pemerintah Belanda pada Tahun 1905, di wilayah Damsol (Dampelas
Sojol) terdapat dua kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Dampelas dengan Wilayah
meliputi Desa Kembayang sampai Dusun Bayang dengan pusat pemerintah di Sabang
dan Kerajaan Sojol dengan Wilayah meliputi Dusun Siraru sampai Desa Bou dengan
pusat Pemerintah di Balukang. Kedua kerajaan tersebut di bawah Pemerintah
Kerajaan Bawana yang berpusat di Donggala. Oleh Raja Bawana wilayah Damsol
disebut wilaya Banawa Utara
(Djunair,
2003).
Setelah Kerajaan Banawa
ditaklukan oleh Pemerintah Belanda pada Tahun 1905, Kerajaan Banawa
dijadikan wilayah admistratif dengan nama Landschap atau Swapraja Banawa yang
dibawahi oleh Onder Afdeling Donggala, dan kerajaan kecil yang ada di bawah
pemerintahannya disebut distrik. Dengan demikian wilayah Damsol yang meliputi
Kembayang sampai Ogoamas disebut Distrik Banawa Utara (Djunair, 2003).
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah Onder Afdeling
Donggala, Palu, Parigi dan Toli-toli, dengan terbitnya PP No. 33 tahun 1952
tanggal 12 Agustus 1952 resmi berdiri menjadi Kabupaten Donggala, maka istilah
distrik secara bertahap berubah menjadi kecamatan dan sub kecamatan (Djunair,
2003).
II.2
Kearifan Lokal (Hukum Adat)
Soso,
begitu masyarakat Dampelas menyebutnya. Di kalangan orang Bugis menyebutnya walasuji. Bentuknya seperti miniatur
kuba masjid segi empat. Rangkanya terbuat dari bambu. Dindingnya juga terbuat
dari sulaman bambu. Karena bambu kian sulit diperoleh, diganti dengan kertas.
Di tengahnya berdiri tiang dari batang pisang, dibungkus kertas warna sehingga
menarik dipandang mata (Sutarno, 2007).
Di tiang itulah ditancapkan telur ayam yang sudah
dimasak. Telur itu bergantungan dilengkapi aneka kertas warna-warni berbentuk
bendera. Kertas-kertas itu digunting sedemikian rupa sehingga pinggirnya tampak
berbunga. Cukup sulit mengerjakannya.
Di dalam soso terdapat bungkusan nasi ketan. Dibungkus
daun pisang. Di dalam bungkusan itu juga terdapat telur. Benda inilah yang diusung
belasan orang pada Festival Danau Dampelas, sebagai simbol dari keragaman suku
bangsa yang mendiami wilayah Dampelas. Soso adalah salah satu tradisi
masyarakat Dampelas khususnya setiap menyambut Maulid Nabi Muhammad (Sutarno,
2007).
Budayawan Hapri Ika Poigi berpendapat bahwa warna-warni
dalam soso itu menunjukkan keanekaraman budaya Dampelas, namun tetap menjadi
satu kesatuan yang harmonis. Dampelas sangat mengenal pluralisme dan religius
dalam melestarikan tradisi bernafaskan Islam (Sutarno, 2007).
Soso sengaja dimunculkan kembali pada Festival Danau
Dampelas karena sudah nyaris punah. Tak ada lagi soso setiap memperingati
Maulid Nabi. Sebagai gantinya, diisi hiburan elekton dengan lagu-lagu
bernafaskan Islam. Soso mulai tergusur, jauh ditinggal ke belakang sebagai
akibat dari lajunya perubahan budaya di kampung-kampung tak terkecuali di
Dampelas (Sutarno, 2007).
Dampelas adalah satu suku bangsa yang memiliki bahasa dan
adat istiadat yang mendiami sebagian wilayah pantai barat, Kabupaten Donggala,
yang terbentang dari Kecamatan Dampelas hingga Dampal. wilayah ini terletak di
bagian utara Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Jarak tempuhnya
sekitar 150 kilometer dari Palu atau 2,5 jam dengan kecepatan rata-rata 40
kilometer per jam (Rochman, 2009).
Budayawan Hapri Ika Poigi mengatakan, salah satu kekayaan
lokal di Dampelas adalah danau Dampelas. Danau ini memiliki sejarah mitologis
yang terkait erat dengan kebudayaan lokal sehingga perlu dipertahankan
kelestariannya. Danau tersebut harus tetap lestari dari ancaman kekeringan
akibat pembabatan hutan. Akibat banyaknya jumlah manusia dan makin sempitnya
lahan sehingga berpotensi mengancam lingkungan sekitar danau (Rochman, 2009).
Salah satu wujud dari upaya merawat lingkungan tersebut,
masyarakat adat Dampelas yang mendiami wilayah Kecamatan Dampelas menggelar
ritual di mata air Ogo Dampelas, Desa Sioyong. Ogo dalam bahasa Dampelas
artinya air. Pelaksanaan ritual dilakoni oleh tokoh adat dan diikuti oleh
masyarakat setempat (Rizal, 2006).
Ritual ini tujuannya untuk menumbuhkan kearifan lokal
dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Dia berharap dengan
ritual adat tersebut bisa membangkitkan kesadaran masyarakat agar terus tumbuh
dalam menjaga lingkungan khususnya di sekitar danau Dampelas (Rochman, 2009).
BAB
III
METODOLOGI
III.1
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapangan adalah
sebagai berikut :
Waktu : Tanggal 17 – 19 Mei 2013
Tempat : Obyek Wisata Danau Talaga, Desa Talaga,
Kecamatan
Damsol.
III.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum
adalah sebagai berikut :
a.
Alat
1. Parang
2. Gunting
stek
3. Meteran
4. Kamera
b.
Bahan
1. Tali
rapiah
2. Patok
3. Plastik
nener
4. Label
gantung
5. Koran
III.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja
yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Memetak lahan dengan ukuran 10×10 m2, 5×5 m2
dan 2×2 m2 yang dibatasi oleh
tali rafia
2. Mencatat
tumbuhan yang termasuk pohon didalam plot 10×10
m2
3. Mencatat
tumbuhan yang termasuk pohon didalam plot 5×5
m2
4. Mencatat
tumbuhan yang termasuk pohon didalam plot 2×2 m2
5. Mengidentifikasi tumbuhan yang diperoleh dalam
masing-masing plot.
6. Menghitung nilai kerapatan, frekuensi, dominansi serta
indeks keanekaragaman pada masing-masing plot.
III.4 Analisis Data
Plot 10 x 10
1. Aletes
T =
10,3 K = 59 cm = 0,59 m
d = K/π = 59/3,14 = 18,7 cm ( tiang )
d = K/π = 59/3,14 = 18,7 cm ( tiang )
2. Ongkolilan
T= 10,7
K =132 cm = 0,132 m
d = K/π = 132/3,14 = 42,03 cm ( pohon )
d = K/π = 132/3,14 = 42,03 cm ( pohon )
3. Sama
T= 10,1 K= 20 cm
d= K/π 20/3,14= 6,36 cm ( pancang )
d= K/π 20/3,14= 6,36 cm ( pancang )
4. Aren
T= 4 cm
K = 36 cm
d = K/π = 36/3,14 = 11,46 cm ( tiang )
d = K/π = 36/3,14 = 11,46 cm ( tiang )
5. Beringin
T=10,91 m
K= 800 cm
d= K/ π= 800/3,14= 254,7 cm ( pohon )
d= K/ π= 800/3,14= 254,7 cm ( pohon )
Ø Pohon = Ongkolilan
= 1
Beringin
= 1 +
2
2
· Kerapatan =
K. Ongkolian = = 5
K. Ongkolian = = 5
K.
Beringin = =
5 +
10
· Kerapatan Relatif =
KR Ongkolilan = x 100 % =
50 %
KR Beringin = x 100 %
= 50 % +
100 %
· Frekuensi =
F Ongkolian =
F Beringin = +
F Beringin = +
0,66
· Frekuensi relatif =
FR Ongkolian = = 50 %
FR Ficus = = 50 %
+
100 %
· Dominansi =
D ongkolilan =
D Beringin = +
14,8
· Dominansi Relatif =
DR Ongkolian =
DR Ficus sp. = + 99,99 %
· INP = KR + FR + DR
INP Ongkolian = 50%
+ 50% + 14,18 % = 114,18 %
INP Beringin = 50 % + 50 % + 85.81 % = 185, 81 %
+
299,99 %
299,99 %
Ø Tiang
· Aletes = 1
· Aren =
1 +
2
2
· Kerapatan =
· K Aletes =
· K Aren = +
20
20
· Kerapatan Relatif =
· KR Aletes =
· KR Aren = +
100 %
100 %
· Dominansi =
· D Aletes = = 1,8
· D Aren = +
2,9
· DR
Aletes =
· DR Aren = +
99,99 %
99,99 %
· Frekuensi
· F Aletes =
· F Aren = +
0, 66
· FR Aletes =
· FR Aren = +
100
%
· INP = KR + FR + DR
· INP Aletes = 50 % + 50 % + 62,06 % =
162,06 %
· INP Aren = 50 % + 50 % + 37,93
% = 137,93 % +
299,99 %
299,99 %
Ø Pancang
· Sama
= 1
· Kerapatan
· K Sama =
· Kerapatan Realatif =
· Frekuensi =
· F sama =
· Kerapatan Relatif =
· Dominansi
· D Sama =
· Kerapatan Relatif =
· INP = KR+ FR+DR
INP Sama = 100 % + 100 % + 100 % = 300 %
INP Sama = 100 % + 100 % + 100 % = 300 %
Plot 5 x 5
1. Pandan (7 cm)
D
Pandan = d = k / π = 7 / 3,14 = 2,22 cm =0,022 m (pancang)
2. Jati (9,87 cm)
D
Jati = d = k /π = 9,87 /3,14 = 3,14 cm = 0.0314 m (pancang)
3. Bambu (6,5 cm)
D Jati = d = k /π = 6,5/3,14 =
2,07cm = 0.0207 m (pancang)
· Luas Bidang Alas
· G Pandan = x π x d2 X =
2
=
= 0,037994
· G
Jati = 2
=
2
=
= 0,000774
· G Bambu = 2
= 2
=
=
0,000336
· Kerapatan =
· Kerapatan Pandan = = 20
· Kerapatan Jati = = 20
· Kerapatan Bambu = = 20 +
60
· Kerapatan Relatif =
· KR Pandan =
· KR Jati =
· KR Bambu = +
99,99 %
· Frekuensi =
· F. Pandan =
· F. Bambu =
· F. Jati = +
0,99
· Frekuensi Relatif =
· FR Pandan =
· FR Bambu =
· FR Jati = +
99,99
%
· Dominansi =
· D. Pandan =
· D. Bambu =
· D. Jati = +
0,7
· Dominansi Relatif =
· DR. Pandan =
· DR. Jati =
· DR. Bambu = 0,789 % +
99,99 %
· INP = KR + FR + DR
· INP. Pandan = 33,33 + 33,33 +
97,36 = 164,02 %
· INP. Jati = 33,33 + 33,33 +
1,842 = 68,502 %
· INP. Bambu = 33,33 + 33,33 + 0,789 = 67,449
% +
299,971 %
Ø Plot
2 x 2
· D. Pandan =
· D. Rotan =
· Luas Bidang Alas
· G. Pandan = 2
= 2
= 2
= 0,0000118
· Kerapatan =
· K. Pandan =
· K. Rotan = +
40
· Kerapatan Relatif =
· KR. Pandan = %
· KR. Rotan = +
100 %
· Frekuensi =
· F. Pandan =
· F. Rotan = +
0,66
· Frekuensi Relatif = 100
%
· FR. Pandan =
· FR. Rotan = +
100 %
· Dominansi =
· D. Pandan =
· D. Rotan = +
0,000518
· Dominansi Relatif =
· DR. Pandan = %
· DR. Rotan = +
99,99 %
· INP = KR + FR + DR
· INP. Pandan = 50 % + 50 % + 54,44 %
= 154,44 %
· INP. Rotan = 50 % + 50 % + 45,55 % = 145,55 % +
299,99
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
|
Plot
|
Nama Lokal Spesies
|
Tinggi (m)
|
Keliling (cm)
|
Kanopi (m)
|
1
|
10×10
|
Beringin
|
10,9
|
800
|
5
|
2
|
Ongkolian
|
10,7
|
132
|
8
|
|
3
|
Aletes
|
10,3
|
59
|
5
|
|
4
|
Sama
|
10,1
|
20
|
6
|
|
5
|
Aren
|
4
|
36
|
0,68
|
|
1
|
5×5
|
Pandan
|
2
|
7
|
2
|
2
|
Jati
|
8
|
9,87
|
4
|
|
3
|
Bambu
|
9
|
6,5
|
5
|
|
1
|
2×2
|
Pandan
|
5
|
1,32
|
4
|
2
|
Rotan
|
4
|
1,25
|
3
|
IV.2 Pembahasan
Vegetasi dalam ekologi
adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan
bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput dan tundra merupakan contoh-contoh
vegetasi.
Analisis vegetasi biasa
dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta
kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat.Dengan menganalisis persebaran
vegetasi maka ilmuwan ekologi akan lebih mudah untuk mempelajari suatu komunitas
tumbuhan. Kelestarian lingkungan ditentukan oleh indikatornya yang berupa ada
atau tidaknya komunitas suatu tumbuhan tertentu pada suatu lingkungan tertentu.
Hal ini terjadi karena beberapa jenis komunitas tumbuhan sangat sensitif
terhadap perubahan yang terjadi pada tempatnya tinggal atau hidup.
Analisis
vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi
secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Dari hasil
pengamatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada plot 10×10 m2
terdiri dari 2 jenis pohon, 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total
tumbuhan sebanyak 5 spesies. Pada plot 10×10 m2, untuk spesies pohon
yang memiliki ketinggian diatas 10 meter. Luas bidang dasar dari beringin,
ongkolian, aletes sama dan aren berturut-turut yaitu 2,54, 0,42, 0,18, 0,06 dan
0,11.
Jumlah
kerapatan pohon secara keseluruhan yaitu 10 dan jumlah kerapatan relatif
keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi pohon keseluruhan yaitu 0,66 dan
frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi pohon
keseluruhan 14,8 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan 99 %. INP keseluruhan 299,99.
Selain itu
untuk tiang jumlah kerapatan tiang secara keseluruhan yaitu 20 dan jumlah
kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang
keseluruhan yaitu 0,66 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan
jumlah dominansi tiang keseluruhan 2,9 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan
99,99 %. INP keseluruhan 299,99 %.
Untuk pancang
jumlah kerapatan pancang secara
keseluruhan yaitu 20 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100
%. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,3 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan
yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 1,2 dengan jumlah
dominansi relatif pohon keseluruhan 100
%. INP keseluruhan 300 %.
Pada plot 5×5
m2 terdiri dari 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total
tumbuhan sebanyak 3 spesies. Pada plot 5×5 m2, untuk spesies tiang yang
memiliki ketinggian 2 dan 8 meter. Luas bidang dasar dari pandan dan jati
berturut-turut yaitu 0,037994 dan 0,000774.
Jumlah
kerapatan tiang secara keseluruhan yaitu 40 dan jumlah kerapatan relatif tiang
keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,66 dan
frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang
keseluruhan 0,754 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan 100 %. INP keseluruhan 299,99 %.
Untuk pancang
jumlah kerapatan pancang secara
keseluruhan yaitu 20 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100
%. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,3 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan
yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 0,39 dengan jumlah
dominansi relatif pohon keseluruhan 100
%. INP keseluruhan 300 %.
Pada plot 2×2
m2 terdiri dari 2 jenis pancang yaitu pandan dan rotan dengan total
tumbuhan sebanyak 2 spesies. Pada plot 2×2 m2, spesies tumbuhan
memiliki ketinggian 5 dan 4 meter. Luas bidang dasar dari pandan dan rotan berturut-turut
yaitu 0,0000141 dan 0,0000118.
Jumlah
kerapatan pancang secara keseluruhan
yaitu 40 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah
frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,66 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu
100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 0,000518 dengan jumlah
dominansi relatif pohon keseluruhan 299,99
%. INP keseluruhan 299,99 %.
Tingginya
tingkat densitas dari spesies dari ketiga plot diatas yang menempati suatu
ekosistem tertentu ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor
lingkungan yang mendukung seperti pH, suhu dan kelembaban yang cocok guna untuk
mendukung pertumbuhan populasi selain itu juga memiliki kemampuan bersaing yang
cukup kuat terhadap tanaman lain untuk tetap bertahan hidup di lingkungannya,
karena cengkeh, jati, dan ingas memiliki sistem perakaran yang
mendukung dia untuk tumbuh.
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang diperoleh dari praktikum lapangan ekologi tumbuhan adalah
sebagai berikut :
1. Vegetasi merupakan bagian hidup yang
tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
2. Analisis vegetasi adalah suatu cara
mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur)
vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
3. Tingginya tingkat populasi dari tiap
plot (10×10 m2, 5×5 m2 dan 2×2 m2), mulai dari pohon, tiang
hingga pancang.
4. Pada plot 10×10 m2 terdiri
dari 2 jenis pohon, 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total tumbuhan
sebanyak 5 spesies.
5. Pada plot 5×5 m2 terdiri
dari 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total tumbuhan sebanyak 3
spesies.
6. Pada plot 2×2 m2 terdiri
dari 2 jenis pancang yaitu pandan dan rotan dengan total tumbuhan sebanyak 2
spesies.
V.2 Saran
Sebaiknya
pengamatan spesies untuk mengetahui analisi vegetasi harus lebih teliti dalam
mengamati dan mengukur jenis tumbuhan
yang tumbuh pada ltiap plot atau sampling.
DAFTAR PUSTAKA
Djunair. 2003. Sejarah Desa Talaga (http://djunair.blogspot.com
/2003/06/sejarah-desa-talaga.html). Diakses pada tanggal 01 Juni 2013.
Rizal, 2006. Keragaman Masyarakat Sekitar Danau Talaga (http://Rizalchiki.blogspot.com/2006/03/keragaman-masyarakat-sekitar-danau-talaga.html) . Diakses pada tanggal 01 Juni 2013.
Rochman, 2009. Metode
Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI Press.
Sutarno, 2007. Ragam Adat Masyarakat Dampelas (http://sutarno.blogspot.com/2007/01/ragam-adat-masyarakat-dampelas
.html) . Diakses pada tanggal 01 Juni 2013.