BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tinggi
rendah suhu menjadi salah satu faktor yang menentukan tumbuh kembang,
reproduksi dan juga kelangsungan hidup dari tanaman. Hormon pada tumbuhan juga
memegang peranan penting dalam proses perkembangan dan pertumbuhan seperti auksin,
banyak terdapat pada ujung koleoptil. Mendorong pemanjangan batang dan pucuk,
merangsang pertumbuhan akar adventif pada batang dan memacu dominasi tunas
apikal (tunas diujung batang) (Agrica 2009).
Auksin
berperan dalam pertumbuhan untuk memacu proses pemanjangan sel. Hormone auksin
dihasilkan pada bagian koleoptil (titik tumbuh). Jika terkena cahaya matahari,
auksin menjadi tidak aktif. Kondisi fisiologis ini mengakibatkan bagian yang
tidak terkena cahaya matahari akan tumbuh lebih cepat dari bagian yang terkena
cahaya matahari. Akibatnya, tumbuhan akan memmbengkok ke arah cahaya matahri.
Auksin yang diedarkan ke seluruh bagian tumbuhan mempengaruhi pemanjangan,
pembelahan, dan siferensiasi sel tumbuhan (Agrica, 2009).
Auksin
yang dihasilkan pada tunas apical (ujung) batang dapat menghambat tumbuhnya
tunas lateral (samping) atau tunas ketiak. Bila tunas apical batang dipotong,
tunas lateral akan menumbuhkan daun-daun. Peristiwa ini disebut dominansi
apical. Pada praktikum ini akan melihat pengaruh hormon auksin terhadap
pemanjangan jaringan.
B. Tujuan
Adapun
tujuan dari praktikum ini yaitu mengetahui pengaruh auksin terhadap pemanjangan
jaringan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Auksin
adalah salah satu hormon tumbuh yang tidak terlepas dari proses pertumbuhan dan
perkembangan (growth and development) suatu tanaman. Kata Auksin berasal dari bahasa Yunani auxein
yang berarti meningkatkan. Sebutan ini
digunakan oleh Frits Went (1962) untuk senyawa yang belum dapat dicirikan
tetapi diduga sebagai penyebab terjadinya pembengkokan koleoptil kearah
cahaya (Yox, 2008).
Peran
fisiologis auksin adalah mendorong perpanjangan sel, pembelahan sel,
diferensiasi jaringan xilem dan floem, pembentukkan akar, pembungaan pada
Bromeliaceae, pembentukan buah partenokarpi, pembentukkan bunga betina pada
pada tanaman diocious, dominan apical, response tropisme serta menghambat pengguran
daun, bunga dan buah (Sugihsantosa,
2009).
Peranan Auksin dalam aktifitas kultur jaringan
auksin sangat dikenal sebagai hormon yang mampu berperan menginduksi terjadinya
kalus, menghambat kerja sitokinin membentuk klorofil dalam kalus, mendorong
proses morfogenesis kalus, membentuk akar atau tunas, mendorong proses
embriogenesis, dan auksin juga dapat mempengaruhi kestabilan genetik sel
tanaman (Sugihsantosa, 2009).
Tumbuhan
yang pada salah satu sisinya disinari oleh matahari maka pertumbuhannya akan
lambat karena jika auksin dihambat oleh matahari tetapi sisi tumbuhan yang
tidak disinari oleh cahaya matahari pertumbuhannya sangat cepat karena kerja
auksin tidak dihambat. Sehingga hal ini akan menyebabkan ujung tanaman tersebut
cenderung mengikuti arah sinar matahari atau yang disebut dengan fototropisme
(Lakitan B, 2004).
Kondisi
gelap juga memacu produksi hormon auksin. Auksin adalah hormon tumbuh yang
banyak ditemukan di sel-sel meristem, seperti ujung akar dan ujung batang. Oleh
karena itu tanaman akan lebih cepat tumbuh dan panen. Hasil penelitian F.W.
Went, ahli fisiologi tumbuhan, pada tahun 1928 menunjukkan produksi auksin terhambat
pada tanaman yang sering terkena sinar matahari (Heddy, 1996).
Untuk
tanaman yang diletakkan di tempat yang gelap pertumbuhan tanamannya sangat
cepat selain itu tekstur dari batangnya sangat lemah dan cenderung warnanya
pucat kekuningan.hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin tidak dihambat
oleh sinar matahari. sedangkan untuk tanaman yang diletakkan ditempat yang
terang tingkat pertumbuhannya sedikit lebih lambat dibandingkan dengan tanaman
yang diletakkan ditempat gelap,tetapi tekstur batangnya sangat kuat dan juga
warnanya segar kehijauan, hal ini disebabkan karena kerja hormon auksin dihambat
oleh sinar matahari. Distribusi auksin yang tidak merata dalam batang dan akar
menimbulkan pembesaran sel yang tidak sama disertai dengan pembengkokan organ
(Heddy, 1996).
Jaringan
adalah sekumpulan sel yang memiliki bentuk dan fungsi yang sama. Ada dua
jaringan tumbuhan yang kita kenal yaitu jaringan meristem dan jaringan dewasa.
Jaringan meristam adalah jaringan yang terus-menerus membelah. Jaringan meristem
dapat dibagi 2 macam yaitu Jaringan meristem primer dan jaringan meristem
sekunder (Lakitan B, 2004).
Jaringan
meristem adalah jaringan yang sel-selnya selalu membelah. Jaringan meristem
dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu meristem primer dan meristem sekunder.
Meristem primer terdapat pada titik tumbuh dan menyebabkan perpanjangan akar
dan batang, sedangkan meristem sekunder terdapat pada kambium dan menyebabkan
tumbuhan menjadi besar (Sugihsantosa,
2009).
Jaringan
dewasa adalah jaringan yang tidak meristematis. Jaringan dewasa dapat dibagi
menjadi lima macam, yaitu: jaringan epidermis, jaringan parenkim, jaringan
penyokong, jaringan pengangkut, dan jaringan gabus (Lakitan B, 2004).
Hipokotil adalah pertumbuhan memanjang dari
epikotil yang meyebabkan plumula keluar menembus kulit biji dan muncul di atas
tanah. Kotiledon relatif tetap posisinya.
Kotiledon tetap berada di dalam tanah. Singkatnya, biji tidak terdorong
ke atas dan tetap berada di dalam tanah. Contoh tipe ini terjadi pada kacang kapri
dan jagung. Pada epigeal hipokotillah yang tumbuh memanjang, akibatnya
kotiledon dan plumula terdorong ke permukaan tanah. Perkecambahan tipe ini
misalnya terjadi pada kacang hijau dan jarak (Lakitan B, 2004).
BAB III
METODOLOGI
A.
Waktu
dan Tempat
Adapun waktu dan
tempat pelaksanaan praktikum Fisiologi Tumbuhan ini yaitu :
Hari/tanggal : Kamis, 21 November 2013
Waktu : Jam 15.00 WITA sampai selesai
Tempat : Laboratorium Biodiversity Jurusan Biologi
FMIPA UNTAD
B.
Alat
dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada praktikum
Fisiologi Tumbuhan ini yaitu :
a.
Alat
1.
Cawan petri
2.
Silet
3.
Mistar
b.
Bahan
1.
Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus)
2.
Air
3.
1AA 3
ppm
4.
IAA 6
ppm
5.
IAA 9
ppm
6.
IAA 11
ppm
C. Prosedur
Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam
praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Membuat
potongan hipokotil sepanjang 3 cm dengan menggunakan silet dan mistar.
2.
Menyiapkan
larutan IAA masing-maing 5 ml pada cawan
petri pada cawan petri dan menggunakan air sebagai kontrol.
3.
Memasukkan
masing-masing 5 potongan hipokotil pada larutan yang telah disediakan.
4.
Selanjutnya
menyimpannya ditempat gelap selama 48 jam.
5.
Melakukan
pengukuran kembali setelah penyimpanan.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum Fisiologi Tumbuhan ini adalah
sebagai berikut :
No
|
Perlakuan
|
Panjang Awal
(cm)
(0 jam)
|
Panjang Akhir
(cm)
(48 jam)
|
Gambar
|
||||||||
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
|
|
1.
|
Kontrol
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3,4
|
3,3
|
3,1
|
3,2
|
|
2.
|
IAA 3 ppm
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3,6
|
3,7
|
3,6
|
3,7
|
3,8
|
|
3.
|
IAA 6 ppm
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3,5
|
3,5
|
3,6
|
3,5
|
3,6
|
|
4.
|
IAA 9 ppm
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3,5
|
3,9
|
4
|
3,9
|
3,8
|
|
5.
|
IAA 11 ppm
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3
|
3,9
|
3,6
|
4
|
3,5
|
3,6
|
|
B. Pembahasan
Pada
pengamatan hipokotil kacang hijau (Phaseolus
radiatus) yang diberi perlakuan laruatan Auksin (IAA) diketahui bahwa
panjang hipokotil kacang hijau sebelum diberi larutan auksin masing-masing
panjangnya 3 cm dan diletakkan pada cawan petri masing-masing 5 potongan
hipokotil dan diberi larutan IAA dengan konsentrasi 3 ppm, 6 ppm, 9 ppm, dan 11
ppm panjangnya berubah. Hal ini berarti menandakan bahwa setiap larutan sangat
berpengaruh terhadap setiap hipokotil. Setiap larutan IAA akan memberikan
pengaruh yang besar terhadap pemanjangan jaringan pada konsentrasi tertentu,
IAA akan bekerja aktif pada konsentrasi optimal yaitu konsentrasi yang tidak
terlalu tinggi dan tidak terlalu rendah. Perlakuan kontrol (air) memberikan
pengaruh terhadap pemanjangan jaringan dengan bertambahnya ukuran panjang
awalnya 3 cm disebabkan oleh jumlah larutan yang ada di dalam sel meningkat,
karena meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel sehingga terjadi
pemanjangan jaringan yang diikuti bertambah panjangnya hipokotil kacang hijau (Phaseolus radiatus).
Hasil pengamatan terlihat bahwa pertambahan panjang
hipokotil yang signifikan yaitu pada pemberian larutan 9 ppm dan 11 ppm. Hal ini disebabkan karena
kemungkinan konsentrasi dari larutan tersebut baik untuk pertumbuhan hipokotil
kecambah. Kerja larutan IAA 9 ppm dan 11 ppm dalam merespon pemanjangan
jaringan sangat baik karena konsentrasi larutan tersebut tidak mengganggu kerja
hormon yang ada dalam hipokotil.
Auksin
berfungsi dalam proses pembesaran sel (perpanjangan koleoptil atau batang),
menghambat mata tunas samping, berperan dalam pengguguran daun, aktivitas
daripada kambium, dan berperan dalam pertumbuhan akar (Fetter, 1998)
Asam
Idole Acetik Acid (IAA) merupakan larutan auksin endogen atau auksin yang
terdapat pada tanaman. Larutan ini
berperan dalam berbagai aspek perkembangan dan pertumbuhan tanaman. Fungsi dari
larutan ini yaitu mendorong pembelahan sel, penyebaran IAA yang tidak sama pada
tanaman akan mengakibatkan pembesaran sel yang tidak merata dan terjadi
pembengkokan dari koleoptil atau organ tanaman (geotropism dan fototropisme),
IAA pada konsentrasi tinggi dapat menghambat pembesaran sel-sel akar. IAA juga
dapat mengendalikan absisi daun dan dapat menghambat pertumbuhan tunas lateral
(Indradewa, 2009).
Konsentrasi suatu auksin di dalam tanaman, mempengaruhi
pertumbuhan suatu tanaman, semakin
tinggi konsentrasi suatu auksin di dalam tanaman maka akan semakin mempercepat
pertumbuhan tanaman tersebut. Hal-hal yang mempengaruhi konsentrasi IAA di
dalam tanaman yaitu sintesis auksin, pemecahan auksin, dan inaktifnya IAA
sebagai akibat proses pemecahan molekul (Indradewa, 2009).
IAA
adalah endogenous auksin yang terbentuk dari Tryptophan yang merupakan suatu
senyawa dengan inti Indole dan selalu terdapat dalam jaringan tanaman. Di dalam proses biosintesis, Tryptophan
berubah menjadi IAA dengan membentuk Indole pyruvic acid dan
Indole-3-acetaldehyde (Loveless, 1991).
Auksin
dapat menaikkkan tekanan osmotik, meningkatkan permeabilitas sel terhadap air,
yang menyebabkan pengurangan tekanan pada dinding sel, meningkatkan sintesis
protein, meningkatkan plastisitas dan pengembangan dinding sel. Pada dosis
tinggi auksin dapat merangsang produksi etilen, kelebihan pada etilen malah
dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun (daun amputansi) dan
bahkan membuat tanaman mati (Fetter, 1998).
BAB
V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh maka dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.
Bahwa jumlah larutan yang ada di dalam sel meningkat,
karena auksin dapat meningkatkan difusi masuknya air ke dalam sel sehingga
terjadi pemanjangan jaringan yang diikuti bertambah panjangnya hipokotil kacang
hijau (Phaseolus radiatus).
2.
Dari hasil pengamatan diperoleh hasil bahwa kecambah
kacang hijau (Phaseolus radiatus)
yang direndam pada larutan IAA 3 ppm; 6 ppm; 9 ppm; 11 ppm dan kontrol
mengalami pemanjangan jaringan.
B. Saran
Diharapkan
kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam
melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Agrica, Houlerr, 2009, BIOLOGI, PT Erlangga, Jakarta.
Fetter, 1998, Fisiologi
Tumbuhan Dasar, PT Yudhistira, Jakarta.
Heddy
dan Abidin, 1996, Biologi Edisi III, Erlangga,
Jakarta.
Indradewa,
2009, Fisiologi Tumbuhan Dasar Jilid 1,
ITB Press, Bandung.
Lakitan,
B., 2004, Physiology of Crop Plants,
The Iowa State University Press.
Loveless,
1991, Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan
Daerah Tropik, PT Gramedia, Jakarta.
Sugihsantosa,
2009, Pedoman Teknologi Benih,
Pembimbing Masa, Bandung.
Yox,
2008, Agronomi, PT
Raja Grafindo Persada, Jakarta.