BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di alam ini, ada begitu
banyak vegetasi yang tumbuh. Dinamika alam yang ada adalah suatu kenyataan yang
tidak dapat diingkari. Segala sesuatu yang sekarang ada sebenarnya hanyalah
merupakan suatu stadium dari deretan proses perubahan yang tidak pernah ada
akhirnya. Keadaan keseimbangan yang tampaknya begitu mantap, hanyalah bersifat
relatif karena keadaan itu segera akan berubah jika salah satu dari komponennya
mengalami perubahan.
Vegetasi merupakan sistem yang dinamik, sebentar
menunjukkan pergantian yang kompleks kemudian nampak tenang, dan bila dilihat
hubungan dengan habitatnya, akan nampak jelas pergantiannya setelah mencapai
keseimbangan. Pengamatan yang lama pada pergantian vegetasi di alam
menghasilkan konsep suksesi.
Berdasarkan keterangan
diatas, dalam kesempatan kali ini kami melakukan pengamatan tentang “Suksesi
Tumbuhan” untuk mengetahui proses terjadinya suksesi.
2.1 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum
adalah untuk mengetahui proses suksesi alami dari lahan garapan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Keadaan
bumi selalu berubah-ubah. Kandungan CO2 dan O2 dalam udara, iklimnya,
gunungnya, flora dan faunanya tidaklah tetap. Dalam skala yang kecil kita lihat
pada gunung Krakatau. Setelah letusannya yang amat dahsyat dalam tahun 1883,
kehidupan di pulau itu dapat dikatakan terhapus. Dari penelitian yang dilakukan
secara berulang dalam jangka waktu panjang, dapatlah diketahui kehidupan
kembali lagi. Mula-mula terdapat tumbuhan tingkat rendah, seperti lumut dan paku-pakuan.
Kemudian tumbuhan tingkat tinggi. Proses ini disebut suksesi (Soemarwoto, 1983).
Suatu
daerah tidak tetap demikian untuk waktu yang lama. Diawali dengan tumbuhan
daerah itu segera dihuni oleh beragam spesies tumbuhan atau hewan.
Organisme-organisme ini mengubah habitat yang membuatnya sesuai bagi spesies
lain menjadi mantap. Masa pendewasaan perkembangan suatu daerah seringkali
mencapai suatu keadaan relatif stabil yang diberikan sebagai tahapan klimaks.
Selama masa perkembangan ini, penghunian suatu daerah baru, pertama-tama oleh
tumbuhan melandasi jalan bagi hewan-hewan untuk tinggal di dalamnya disebut
suksesi. Suksesi adalah suatu cara umum perubahan progresif dalam komposisi
spesies suatu komunitas yang sedang berkembang. Hal ini secara bertahap
disebabkan oleh reaksi biotik dan berlangsung melalui sederetan tahapan dari
tahapan pelopor menuju tahapan klimaks (Michael, 1996).
Vegetasi
yang dibiarkan demikian saja, menunjukkan kecenderungan untuk berubah ke suatu
arah tertentu. Biasanya dari komunitas yang tidak begitu rumit yang terdiri
atas tumbuh-tumbuhan kecil menjadi komunitas yang lebih kompleks yang
didominasi oleh tumbuh-tumbuhan yang lebih besar (atau bagaimanapun menimbulkan
kesan adanya kompetisi yang lebih besar). Perubahan itu bersifat kontinu,
tahap-tahap yang dikenal hanya merupakan ruas-ruas ungkapan vegetasi. Demikian
itulah yang disebut suksesi (Polunin, 1960).
Proses
pengorganisasian sendiri dengan mana ekosistem-ekosistem mengembangkan struktur
dan proses ekologi dari energi yang tersedia disebut suksesi. Suksesi meliputi
pengorganisasian menjadi mantap dan kadang-kadang kembali ke awal (retrogess).
Suksesi dipertimbangkan berakhir apabila suatu pola ke suatu kondisi yang
kurang terorganisir memulai melakukan suksesi lagi. Klimaks adalah merupakan
puncak pertumbuhan atau puncak tertinggi yang telah dicapai (Odum, 1992).
Komunitas
yang terdiri dari berbagai populasi bersifat dinamis dalam interaksinya yang
berarti dalam ekosistem mengalami perubahan sepanjang masa. Perkembangan ekosistem
menuju kedewasaan dan keseimbangan dikenal sebagai suksesi ekologis atau
suksesi. Proses suksesi berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem klimaks
atau telah tercapai keadaan seimbang (homeostatis) (Suharno, 1999).
Suksesi
adalah suatu proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang
terjadi pada suatu komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk
komunitas baru yang berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain,
suksesi dapat diartikan sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju
ekosistem seimbang. Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik
dalam komunitas atau ekosistem (Arianto, 2008).
Secara
singkat, suksesi dapat diartikan sebagai perubahan dalam suatu komunitas yang
berlangsung menuju ke suatu pembentukan komunitas secara teratur (Arianto,
2008).
Akhir
proses suksesi komunitas yaitu terbentuknya suatu bentuk komunitas klimaks.
Komunitas klimaks adalah suatu komunitas terakhir dan stabil (tidak berubah)
yang mencapai keseimbangan dengan lingkungannya. Komunitas klimaks ditandai
dengan tercapainya homeostatis atau keseimbangan, yaitu suatu komunitas yang
mampu mempertahankan kestabilan komponennya dan dapat bertahan dan berbagai
perubahan dalam sistem secara keseluruhan (Arianto, 2008).
Menururt
Odum (1992), berdasarkan kondisi habitat pada awal suksesi, dapat dibedakan dua
macam suksesi yaitu :
1. Suksesi Primer
Suksesi primer terjadi jika suatu komunitas mendapat
gangguan yang mengakibatkan komunitas awal hilang secara total sehingga terbentuk
habitat baru. Gangguan tersebut dapat terjadi secara alami maupun oleh campur
tangan manusia. Gangguan secara alami dapat berupa tanah longsor, letusan
gunung berapi, dan endapan lumpur di muara sungai. Gangguan oleh campur tangan
manusia dapat berupa kegiatan penambangan (batu bara, timah, dan minyak bumi).
Suksesi primer ini diawali tumbuhnya tumbuhan pionir,
biasanya berupa lumut kerak. Lumut kerak mampu melapukkan batuan menjadi tanah
sederhana. Lumut kerak yang mati akan diuraikan oleh pengurai menjadi zat
anorganik. Zat anorganik ini memperkaya nutrien pada tanah sederhana sehingga
terbentuk tanah yang lebih kompleks.Benih yang jatuh pada tempat tersebut akan
tumbuh subur. Setelah itu. akan tumbuh rumput, semak, perdu, dan pepohonan.
Bersamaan dengan itu pula hewan mulai memasuki komunitas yang haru terbentuk.
Hal ini dapat terjadi karena suksesi komunitas tumbuhan biasanya selalu diikuti
dengan suksesi komunitas hewan. Secara langsung atautidak langsung. Hal ini
karena sumber makanan hewan berupa tumbuhan sehingga keberadaan hewan pada
suatu wilayah komunitas tumbuhan akan senantiasa menyesuaikan diri dengan jenis
tumbuhan yang ada. Akhirnya terbentuklah komunitas klimaks atau ekosistem
seimbang yang tahan terhadap perubahan (bersifat homeostatis).Salah satu contoh
suksesi primer yaitu peristiwa meletusnya gunung Krakatau. Setelah letusan itu,
bagian pulau yang tersisa tertutup oleh batu apung dan abu sampai kedalaman
rata – rata 30 m.
2. Suksesi Sekunder
Suksesi sekunder terjadi jika suatu gangguan terhadap
suatu komunitas tidak bersifat merusak total tempat komunitas tersebut sehingga
masih terdapat kehidupan/substrat seperti sebelumnya. Proses suksesi sekunder
dimulai lagi dari tahap awal, tetapi tidak dari komunitas pionir.
Gangguan yang menyebabkan terjadinya suksesi sekunder
dapat berasal dari peristiwa alami atau akibat kegiatan manusia. Gangguan alami
misalnya angina topan, erosi, banjir, kebakaran, pohon besar yang tumbang,
aktivitas vulkanik, dan kekeringan hutan. Gangguan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia contohnya adalah pembukaan areal hutan.
Menurut Odum (1992), adapun tahapan-tahapan suksesi
sekunder yaitu :
1. Fase permulaan
Setelah penggundulan hutan, dengan sendirinya hampir
tidak ada biomasa yang tersisa yang mampu beregenerasi. Tetapi, tumbuhan herba
dan semak-semak muncul dengan cepat dan menempati tanah yang gundul.
2. Fase awal/muda
Kurang dari satu tahun, tumbuhan herba dan semak-semak
digantikan oleh jenis-jenis pohon pionir awal yang mempunyai ciri-ciri sebagai
berikut: pertumbuhan tinggi yang cepat, kerapatan kayu yang rendah, pertumbuhan
cabang sedikit, daun-daun berukuran besar yang sederhana, relatif muda/cepat
mulai berbunga, memproduksi banyak benih-benih dorman ukuran kecil yang
disebarkan oleh burung-burung, tikus atau angin, masa hidup yang pendek (7- 25
tahun), berkecambah pada intensitas cahaya tinggi, dan daerah penyebaran yang
luas. Kebutuhan cahaya yang tinggi menyebabkan bahwa tingkat kematian
pohon-pohon pionir awal pada fase ini sangat tinggi, dan pohon-pohon tumbuh
dengan umur yang kurang lebih sama. Walaupun tegakan yang tumbuh didominasi
oleh jenis-jenis pionir, namun pada tegakan tersebut juga dijumpai beberapa
jenis pohon dari fase yang berikutnya, yang akan tetapi segera
digantikan/ditutupi oleh pionir-pionir awal yang cepat tumbuh.
3. Fase Dewasa
Setelah pohon-pohon pionir awal mencapai tinggi
maksimumnya, mereka akan mati satu per satu dan secara berangsur-angsur
digantikan oleh pionir-pionir akhir yang juga akan membentuk lapisan pohon yang
homogen (Finegan 1992). Secara garis besar, karakteristik-karakteristik
pionir-pionir akhir yang relatif beragam dapat dirangkum sebagai berikut:
Walaupun sewaktu muda mereka sangat menyerupai pionir-pionir awal,
pionir-pionir akhir lebih tinggi, hidup lebih lama (50-100 tahun), dan sering
mempunyai kayu yang lebih padat.
Pionir-pionir akhir menggugurkan daun dan memiliki
biji/benih yang disebarkan oleh angin, yang seringkali dorman di tanah dalam
periode waktu yang sangat lama. Mereka bahkan dapat berkecambah pada tanah yang
sangat miskin unsur hara bila terdapat intensitas cahaya yang cukup tinggi.
Jenis-jenis pionir akhir yang termasuk kedalam genus yang sama biasanya
dijumpai tersebar didalam sebuah daerah geografis yang luas.
Dalam akhir fase, akumulasi biomasa berangsur-angsur
mengecil secara kontinyu. Dalam hutan-hutan yang lebih tua, biimasa yang
diproduksi hanya 1- 4.5 t/ha/tahun. Setelah 50-80 tahun, produksi primer bersih
mendekati nol. Sejalan dengan akumulasi biomasa yang semakin lambat, efisiensi
penggunaan unsur-unsur hara akan meningkat, karena sebagian besar dari
unsur-unsur hara tersebut sekarang diserap dan digunakan kembali. Sebagai hasil
dari keadaan tersebut dan karena adanya peningkatan unsur hara-unsur hara yang
non-fungsional pada lapisan organik dan horizon tanah bagian atas, maka
konsentrasi unsur-unsur hara pada biomasa.
Menurut
Odum (1992), faktor-faktor lingkungan dapat dikelompokkan menjadi kategori
yaitu :
1. Iklim
a. Curah hujan
Curah
hujan menentukan ketersediaan air untuk pertumbuhan dan proses-proses penting
lainnya pada vegetasi). Air merupakan salah satu faktor penting yang dapat
menentukan tipe vegetasi. Air dapat mengubah kadar garam tanah sehingga dapat
mempengaruhi vegetasi suatu daerah. Jumlah hujan yang turun berlainan antara
suatu daerah dengan daerah lainnya, tergantung dari beberapa faktor yaitu
topografi, letak daerah dan letak geografis.
b. Suhu
Suhu
di daerah tropika tidak pernah turun sampai titik beku dan kebanyakan berkisar
antara 200°C dan 280°C. Suhu tropika yang tinggi disebabkan oleh sudut jatuh
pancaran surya yang hampir tegak. Perubahan tahunan panjangnya hari yang hanya
kecil, dan kapasitas bahan dalam lautan dan tanah. Suhu yang tinggi pada daerah
tropika kebanyakan disebabkan oleh suhu minimum yang lebih tinggi dan tidak dipengaruhi
suhu maksimumnya yang dekat di khatulistiwa mencapai kira-kira 300°C.
c. Kelembapan
Kelembaban
udara dipengaruhi oleh temperatur, yaitu apabila suhu turun menyebabkan
kelembaban relatif bertambah, sedangkan jika suhu naik maka kelembaban akan
berkurang. Kelembaban dan suhu juga mempengaruhi dalam menentukan daerah
distribusi tumbuhan terutama pepohonan.
d. Angin
Pengaruh
angin terhadap vegetasi cukup penting. Angin memberikan pengaruh terhadap
konfigrasi, distribusi tumbuhan dan juga mempengaruhi faktor ekologi lainnya
seperti kandungan air dalam udara, suhu di suatu tempat melalui pengaruhnya
terhadap penguapan. Angin juga mempengaruhi secara langsung vegetasi yaitu
dengan menumbangkan pohon-pohon atau mematahkan dahan-dahan atau bagian-bagian
lain.
e. Cahaya
Cahaya
juga memainkan peranan penting dalam penyebaran, orientasi dan pembungaan
tumbuhan. Di dalam hutan tropika, cahaya merupakan faktor pembatas, dan jumlah
cahaya yang menembus melalui sudut hutan akan tampak menentukan lapisan atau
tingkatan yang terbentuk oleh pepohonan.
2. Fisiologis
Fisiologi
yaitu meliputi faktor topografi berurusan dengan corak permukaan daratan dan
mencakup ketinggian, kemiringan tanah, lapis alas geologi yang mempengaruhi
pengirisan, pengikisan dan penutupan. Berbagai corak permukaan tanah itu
berpengaruh pada sifat dan sebaran komunitas tumbuhan.
3. Edatik
Tanah membentuk lingkungan
untuk sistem akar yang rumit pada tumbuhan dan bagian bawah tanah lainnya
seperti rhizoma, subang dan umbi lapis maupun untuk sejumlah jasad tanah. Tanah
juga secara terus menerus menyediakan air dan garam mineral. Dapat berdiri
tegaknya tanaman di atas tanah merupakan masalah yang peka. Beberapa jenis
tanaman tidak dapat tumbuh pada pada tanah jenis tertentu kecuali jika pohon
itu telah tersesuaikan secara khusus.
4. Biotik
Meliputi pengaruh jasad kehidupan baik hewan maupun
tumbuhan. Pengaruh itu dapat langsung ataupun tidak langsung dan dapat
merugikan atau menguntungkan tumbuhan tersebut. Di dalam hutan banyak terdapat
tumbuhan, komunitas tersebut berinteraksi satu sama lain dan menyesuaikan diri
dengan keadaan lingkungannya.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal :
Rabu, 20 Maret 2013
Waktu : 16.00 WITA – Selesai
Tempat : Depan Gedung Jurusan Biologi FMIPA UNTAD
3.2 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
A. Alat
a. Cangkul
b. Skop
c. Tali rafia
d. Patok kayu
e. Ember
f. Kamera
g. Alat tulis
B. Bahan
a. Lahan alami seluas 2 × 2 m2
b. Air
3.3 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Membersihkan lahan garapan dengan cangkul dari
rumput-rumputan dan tumbuhan yang hidup dilahan tersebut.
2. Memetak lahan garapan dengan ukuran 2 × 2 m2 dan
dibatasi oleh tali rafia dan disiram dengan air. Selanjutnya biarkan petak
pengamatan tersebut selama 4 minggu.
3. Setelah 4 minggu mengamati jenis tumbuhan yang tumbuh
dalam plot dan mencatat mengenai jumlah dan jenis tumbuhan yang ada serta
mengukur tingginya.
4. Mencatat perubahan komposisi tumbuhan tersebut.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun
hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
|
Spesies
|
Latin
|
Famili
|
Tinggi (cm) / Minggu
|
|||
I
|
II
|
III
|
IV
|
||||
1.
|
Ilalang
|
Imperata cylindrica
|
Poaceae
|
-
-
-
|
-
-
-
|
1
1,3
-
|
3
3,4
1,2
|
Adapun tabel gambar hasil
pengamatan tiap minggunya adalah sebagai berikut :
No.
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
|
Pengamatan minggu pertama
|
2
|
|
Pengamatan minggu kedua
|
3
|
|
Pengamatan minggu ketiga
|
4
|
|
Pengamatan minggu keempat
|
4.2 Pembahasan
Pada
Praktikum kali ini membahas tentang
suksesi tumbuhan yang bertujuan untuk mengetahui proses terjadinya suksesi
alami dari lahan garapan. Suksesi merupakan proses perubahan dalam suatu
komunitas yang berlangsung hingga menuju suatu arah pembentukan komunitas
secara teratur. Suksesi merupakan proses yang terjadi akibat adanya modifikasi
lingkungan fisik dalam suatu komunitas tersebut. Pengamatan suksesi ini kami
lakukan di depan gedung jurusan biologi FMIPA UNTAD.
Praktikum
ini dilakukan dengan membuat petak/plot sebanyak 1 buah dengan luas 2 × 2 m2,
petak inilah yang dibuat gundul (dirusak) dengan cara mencangkul area petak ini
hingga akar tanaman yang ada manjadi hilang sama sekali. Petak/plot dibuat
dengan menggunakan tali rafia dengan warna yang mencolok (misalnya merah),
pemilihan warna ini bertujuan agar pembatas (garis) tersebut masih dapat
terlihat jelas walaupun nantinya tumbuh berbagai tumbuhan dengan lebat.
Pengamatan
tentang suksesi ini dilakukan selama 4 minggu. Pada saat pembuatan petak/plot
dan pencangkulan lahan, dihitung sebagai minggu ke 0. Selama berlangsungnya
pengamatan suksesi, praktikan mengalami beberapa minggu di mana tidak turun
hujan (± 3 minggu), sedangkan di sisa minggu yang ada, hampir setiap harinya
turun hujan.
Perlu
diketahui bahwa hujan sangat berpengaruh dalam pertumbuhan tanaman dan
berlangsungnya suksesi di dalam tumbuhan pada petak yang bersangkutan. Semakin
deras hujan yang terjadi, maka akan dapat dipastikan suksesi yang terjadi juga
akan semakin subur (lebat).
Pada
minggu pertama dan kedua, belum ada vegetasi yang tumbuh. Hal ini kemungkinan
pada petak tersebut, proses pencangkulan sampai menghilangkan akar dari tanaman
yang ada sebelumnya sehingga diperlukan proses yang lama untuk menumbuhkan
kembali tanaman tersebut.
Pada
minggu ketiga terdapat vegetasi baru, yaitu ilalang. Tumbuhan ilalang dengan
populasi sebanyak 2 spesies dengan tinggi 1 cm dan 1,3 cm.
Pada
minggu keempat, populasi ilalang bertambah menjadi 3 spesies dengan tinggi
masing-masing 3 cm, 3,4 cm dan 1,2 cm. Penambahan populasi serta tinggi
varietas ini kemungkinan dikarenakan sering terjadinya hujan yang mengakibatkan
tumbuhnya ilalang pada petak/plot pengamatan.
Dalam
praktikum yang kami lakukan, suksesi yang terjadi pada lahan garapan yang kami
buat termasuk dalam jenis suksesi sekunder. Suksesi sekunder muncul dari
kerusakan alam yang parsial saja, hal ini sesuai karena kerusakan yang timbul
hanya disebabkan oleh proses pencangkulan dan bukan karena kerusakan alam total
yang umumnya terjadi akibat bencana alam.
Dari
hasil pengamatan yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa vegetasi yang
pertama muncul adalah jenis rerumputan yaitu ilalang. Hal ini disebabkan jenis
suksesi merupakan suksesi sekunder, dimana sudah terdapat kehidupan sebelumnya.
Vegetasi yang biasanya muncul pertama kali biasanya berupa tumbuhan pelopor
atau pionir yaitu tumbuhan yang berkemampuan tinggi untuk hidup pada lingkungan
yang serba terbatas pada berbagai faktor pembatas. Kehadiran kelompok pionir
ini akan menciptakan kondisi lingkungan tertentu yang memberikan kemungkinan hidup
bagi tumbuhan lainnya. Jenis tumbuhan pionir lainnya yaitu tumbuhan lumut
kerak. Lumut kerak termasuk dalam tumbuhan pionir sebab memiliki kemampuan
dalam proses pembentukam lapisan tanah, memecah batuan dengan akarnya dan
membebaskan materi organik ketika terjadi pelapukan dari bagian tumbuhan yang
mati.
Proses
terjadinya suksesi dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan yang baik secara
terpisah-pisah maupun dalam kombinasi dapat mempengaruhi ketidakhadiran atau
kehadiran, keberhasilan atau kegagalan berbagai komunitas tumbuhan melalui
vegetasi penyusunnya.
Sehingga dari percobaan yang telah dilakukan dapat
dikatakan berhasil sebab tampak terjadinya proses suksesi yakni perubahan dalam
suatu komunitas yang berlangsung menuju ke suatu arah pembentukan komunitas
secara teratur. Hal ini nampak dengan munculnya beberapa jenis vegetasi yang
nantinya akan membentuk suatu komunitas baru.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun
kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Suksesi yang kami lakukan ini merupakan jenis suksesi
sekunder. Karena telah ditemukan adanya kehidupan sebelumnya, yaitu berupa
rumput-rumput liar, yang kemudian dibersihkan dengan cara dicangkul sampai
bersih hingga akar-akarnya. Proses suksesi sekunder dimulai lagi dari tahap
awal, tetapi tidak dari komunitas pioner. Yaitu ada fase permulaan, fase awal,
fase muda, dan diakhiri dengan fase klimaks yang ditandai dengan matinya
tanaman secara terus-menerus.
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi suskesi yaitu iklim,
topografi, edatik dan biotik.
5.2 Saran
Sebaiknya pengamatan suksesi harus lebih teliti dalam mengamati dan
mengukur jenis tumbuhan yang tumbuh pada lahan garapan.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. 2008. Pengertian Suksesi (http://sobatbaru.blogspot.com
/2008/06/pengertian-suksesi.html). Diakses pada tanggal 19 April 2013.
Irwanto,
2010. Tahap-tahap Perkembangan Suksesi (http://irwantoshut.blogspot.com/2010/03/tahap-tahapsuksesi.html) . Diakses pada tanggal 19 April
2013.
Michael, P.,
1996. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium.
Jakarta : UI Press.
Odum, H. T.,
1992. Ekologi Sistem Suatu Pengantar. Yogyakarta : UGM Press.
Soemarwoto,
O., 1983. Ekologi, Lingkungan Hidup dan Pembangunan,. Jakarta :
Djambatan
Suharno, 1999, Biologi,
Jakarta : Erlangga.