BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tumbuhan dalam bersaing
mempunyai senjata yang bermacam-macam, misalnya duri, berbau, yang kurang bisa
diterima sekelilingnya, tumbuh cepat, berakar dan berkarnopi luas dan bertubuh
tinggi besar. Maupun adanya sekresi zat kimiawi yang dapat merugikan
pertumbuhan tetangganya. Dalam uraian ini akan disinggung tentang sekresi
kimiawi yang disebut alelopat dan mengakibatkan peristiwa yang disebut
alelopati.Peristiwa alelopati adalah peristiwa adanya pengaruh jelek dari zat kimia
(alelopat) yang dikeluarkan tumbuhan tertentu yang dapat merugikan pertumbuhan
tumbuhan lain jenis yang tumbuhdi sekitarnya. Tumbuhan lain jenis yang tumbuh
sebagai tetangga menjadi kalah. Kekalahan tersebut karena menyerap zat kimiawi
yang beracun berupa produk sekunder dari tanaman pertama. Zat kimiawi yang
bersifat racun itu dapat berupa gas atau zat cai dan dapat kelau dari akar,
batang maupun daun. Hambatanpertumbuhan akibat adanya alelopat dalam peristiwa
alelopati misalnya pertumbuhan hambatan pada oembelahan sel, pangambilan
mineral,resppirasi, penutupan stomata, sintesis protein, dan lain-lainnya.
Zat-zat tersebut keluar dari bagian atas tanah berupa gas, atau eksudat uang
turun kembali ke tanah dan eksudat dari akar. Jenis yang dikeluarkan pada
umumnya berasal dari golongan fenolat, terpenoid dan alkaloid.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini
yaitu untuk mempelajari pengaruh allelopati atau jenis tumbuhan terhadap
perkecambahan tanaman palawija.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Allelopati
adalah produksi substansi (zat) oleh suatu tanaman yang merugikan tanaman lain.
Permasalahannya adalah bahwa tanaman mengandung substansi yang sangat luas yang
bersifat toksik dan beberapa percobaan berusaha mendemonstrasikan pengaruh
alelopati dengan memberikan ekstrak suatu tanaman kepada biji-biji atau pun
bibit tanaman lainnya. Terlepas dari suatu kenyataan bahwa ekstrak suatu
tanaman bukanlah material percobaan yang cicik, karena tidak terdapat di alam.
Ekstrak tersebut sering sekali tidak steril sehingga transformasi bakteri
barang kali telah berlangsung dan biasanya tanaman-tanaman tersebut tidak
memiliki hubungan ekologis. Penelitian seperti ini sulit ditafsirkan.
Pertanyaannya adalah apakah beberapa tanaman mempunyai suatu pegaruh toksik
pada tanaman lainnya yang tumbuh di lapangan dan ini harus terpisah dari setiap
kompetisi untuk cahaya, air dan hara (Kartawinata,
1986).
Tumbuhan
dapat menghasilkan senyawa alelokimia yang merupakan metabolit sekunder di
bagian akar, rizoma, daun, serbuk sari, bunga, batang, dan biji. Fungsi dari
senyawa alelokimia tersebut belum diketahui secara pasti, namun beberapa
senyawa tersebut dapat berfungsi sebagai pertahanan terhadap herbivora dan
patogen tanaman. Tanaman yang rentan terhadap senyawa alelokimia dari tanaman
lainnya dapat mengalami gangguan pada proses perkecambahan, pertumbuhan, serta
perkembangannya. Perubahan morfologis yang sering terjadi akibat paparan
senyawa alelokimia adalah perlambatan atau penghambatan perkecambahan biji,
perpanjangan koleoptil, radikula, tunas dan akar (Soerjani, 2001)
Sebagai
allelopat, substansi kimiawi itu terkandung dalam tubuh tumbuhan, baik tanaman
maupun gulma. Bertindaknya allelopat tersebut setelah tumbuhan atau bagian
tumbuhan mengalami pelapukan, pembusuk, pencucian ataupun setelah dikeluarkan
berupa eksudat maupun penguapan. Tumbuhan yang suseptibel bila terkena
substansi semacam itu akan mengalami gangguan yang berupa penghambatan
pertumbuhan atau penurunan hasil (Sukman, 1991).
Dalam
persaingan antara individu-individu dari jenis yang sama atau jenis yang
berbeda untuk memperebutkan kebutuhan-kehbutuhan yang sama terhadap
faktor-faktor pertumbuhan, kadang-kadang suatu jenis tumbuhan mengeluarkan
senyawa kimia yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dari anaknya sendiri.
Peristiwa semacam ini disebut allelopati. Allelopati terjadi karena adanya
senyawa yang bersifat menghambat. Senyawa tersebut tergolong senyawa sekunder
karena timbulnya sporadis dan tidak berperan dalam metabolisme primer organisme
organisme. Hambatan dan gangguan allelopati dapat terjadi pada perbandingan dan
perpanjangan sel, aktivitas giberelin dan IAA, penyerapan hara mineral, laju
fotosintesis, respirasi, pembukaan stomata, sistem protein, dan aktivitas enzim
tanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya daya hambat senyawa kimia
penyebab allelopati dari tanaman antara lain jenis tanaman yang menghasilkan,
macam tanaman yang dipengaruhi, keadaan pada waktu sisa tanaman mengalami
perombakan (Odum, 1998).
Allelopati
dapat meningkatkan agresivitas gulma didalam hubungan interaksi antara gulma
dan tanaman melalui eksudat yang di keluarkannya, yang tercuci,yang
teruapkan,atau melalui hasil pembusukan bagian-bagian organ yang telah mati.
Beberapa jenis tanaman yang mempunyai efek allelopati adalah Pinus merkusii, Imperata
silindrica, Musa spp, dan Acacia
mangium, dsb. Dalam pengaruhnya, Allelopati memiliki pengaruh yaitu antara lain
senyawa allelopati dapa menghambat penyerapan hara yaitu dengan menurunkan
kecepatan penyerapan ion-ion oleh tumbuhan, beberapa allelopat menghambat
pembelahan sel-sel akar tumbuhan,mempengaruhi pembesaran sel tumbuhan,
menghambat respirasi akar, menghambat sintesa protein, menurunkan daya
pemeabilitas membran pada sel tumbuhan dan dapat mengahambat aktivitas enzim
(Mc.Naughton and Wolf, 1990).
Sejumlah
peneliti melaporkan bukti untuk zat kimia mengendalikan distribusi tumbuhan,
asisiasi antar species, dan jalannya suksesi tumbuhan. Muller (1966) telah
meneliti hubungan spatial antara Salvia leucophyla dan rumput annual. Rumpun
saliva yang hidup pada padang rumbut ternyata dibawah rumpun dan disekeliling
rumpun semak tersebut terjadi zona gundul (1-2 meter) tak ada tumbuhan rumput
dan herba lain. Bahkan 6-10 m dari kanopi semak tumbuhan lain menjadi kerdil.
Bentuk kerdil ini tidak disebabkan karena kompetisis untuk air, karena kar
semak tidak menyusup jauh ke daerah rumput. Faktor tanah nampak tidak
bertanggung jawab untuk asosiasi nehgatif, karena faktor khemis dan fisis tanah
tidak berubah pada zona gundul tersebut (Muller, 1996).
BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat
pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Rabu, 27 Maret 2013
Pukul : 15.00 WITA - Selesai
Tempat : Laboratorium Biodiversity Jurusan Biologi
FMIPA
UNTAD
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang
digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
A. Alat
a. Cawan petri
b. Tissue
c. Lumpang
d. Gelas aqua
B. Bahan
a. Biji jagung
b. Biji Kacang hijau
c. Daun gamal
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang
dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Memilih biji kacang hijau dan biji jagung yang baik.
2. Menyediakan beberapa cawan petri yang diberi tissue
3. Membuat ekstrak alang-alang, gamal dan akasia dengan cara
yaitu menghaluskan bagian tumbuhan jenis tumbuhan tersebut dengan menggunakan
lumpang.
4. Meletakkan masing-masing 10 biji kacang hijau dan biji
jagung kedalam cawan petri yang berbeda dan sudah diberi kertas saring.
5. Menyiram 5 ml ekstrak allelopati tumbuhan yang diamati
kedalam cawan petri yang sudah berisi biji-biji tersebut.
6. Mengamati perkecambahan biji-biji tersebut setiap hari, selama 7-10 hari dan
mengamati pula pertumbuhan kecambahnya.
7. Menentuka persen perkecambahnya dan diukur panjang
kecambahnya.
8. Membandingkan hasil percobaan tersebut dengan perkecambahan
yang hanya diberi perlakuan disiram dengan aquades (kontrol).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN
PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang
diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
|
Gambar Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
|
Biji
jagung yang ditambahkan dengan aquades sebagai kontrol
|
2.
|
|
Biji
kacang hijau yang ditambahkan dengan aquades sebagai kontrol
|
3.
|
|
Biji
jagung yang ditambahkan dengan ekstrak daun gamal (Glericida
manuculata) sebagai ekstrak.
|
4.
|
|
Biji
kacang hijau yang ditambahkan dengan ekstrak daun gamal (Glericida
manuculata) sebagai ekstrak.
|
4.2 Pembahasan
Pada praktikum ini bertujuan untuk mempelajari
pengaruh alelopati atau jenis tumbuhan terhadap perkecambahan tanaman palawija.
Di dalam suatu persaingan tumbuhan, setiap
jenis tumbuhan memiliki suatu senyawa yang bersifat alelopatik. Senyawa ini
disebut senyawa alelokimia. Senyawa ini dihasilkan dari proses alelopati. Senyawa
kimia ini terdapat pada jaringan tumbuhan seperti daun, akar,aroma, bunga, buah
maupun biji, dan dikeluarkan dengan cara residu tanaman. Pengeluaran senyawa
kimia ini merupakan bentuk interaksi interspesifik, yang dapat menghambat
pertumbuhan tanaman lainnya bahkan dapat menimbulkan kematian.
Pada praktikum ini digunakan ekstrak daun
gamal (Glericida manuculata) yang
dapat menghambat pertumbuhan tanaman jagung dan kacang hijau.
Pada cawan petri berisi kacang hijau dengan
ekstrak daun gamal (Glericida manuculata) berdasarkan pengamatan dari hari pertama
sampai hari ketujuh tidak terdapat perubahan apapun (tidak tumbuh). Sedangkan
pada cawan petri berisi kacang hijau dengan aquades sebagai kontrol, pada hari
pertama mulai berkecambah dan sampai hari ketujuh tinggi kecambah makin tinggi.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh cawan yang beris ekstrak daun gamal (Glericida manuculata) menghasilkan
senyawa alelopat yang mampu menghambat pertumbuhan kacang hijau.
Pada cawan petri berisi jagung dengan ekstrak
daun gamal (Glericida manuculata) berdasarkan
hasil pengamatan dari hari pertama sampai hari ketujuh tidak terdapat perubahan
apapun (tidak tumbuh). Sedangkan pada cawan petri berisi jagung dengan aquades
sebagai kontrol juga tidak mengalami perubahan apapun (tidak tumbuh) sampai
hari ketujuh, hal ini disebabkan dalam pemilihan bibit jagung yang ditanam
tidak dalam keadaan baik dan pada saat penanaman dalam cawan petri
terkontaminasi oleh ekstrak daun gamal (Glericida
manuculata) karena terdapat bercak-bercak hijau pada kertas tissue pada
media tanam. Kelalaian ini disebabkan oleh kurang teliti dari praktikan pada
saat penanaman bibit dalam media cawan petri.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan
yang dapat diambil dalam praktikum ini adalah daun gamal (Glericida manuculata) merupakan tumbuhan
yang bersifat alelopat yang mampu menghasilkan senyawa alelokimia yang dapat
menghambat pertumbuhan tanaman lain. Dimana jagung dan kacang hijau yang
disiram menggunakan ekstrak gamal tidak tumbuh.
5.2
Saran
Adapun saran yang dapat
praktikan sampaikan adalah sebaiknya asisten mendampingi praktikan agar praktikum
berlangsung dengan lancar.
DAFTAR PUSTAKA
Kartawinata.
1986. Pengantar Ekologi. Remadja
karya CV : Bandung.
Muller.
1996. Ilmu Ekologi Tumbuhan Allelopati
Jilid 2. UI Press : Jakarta
Soerjani.
2001. Biologi. Erlangga
: Jakarta.
Sukman. 1991. Penuntun Praktikum Ekologi.PAU Ilmu
Hayat. Universitas Padjajaran : Bandung.
Naughton.
1998. Ekologi Umum edisi kedua. UGM
Press : Yogyakarta.
Odum. 1993. Dasar-dasar Ekologi. UGM Press : Yogyakarta.