USULAN
PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
JUDUL
PROGRAM
PEMANFAATAN
LIMBAH KULIT BAWANG MERAH DARI RUMAH PRODUKSI OLE-OLE KHAS KOTA PALU SEBAGAI
ANTIDIABETES MELLITUS
TIPE II DALAM BENTUK SEDIAAN KAPSUL
BIDANG
KEGIATAN :
PKM
PENERAPAN TEKNOLOGI
RINGKASAN
Kota
Palu merupakan salah satu kawasan penghasil bawang merah (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.), yang terkenal dengan
produksi bawang goreng yang menjadi oleh-oleh khas Kota Palu. Banyaknya rumah
produksi mengakibatkan melimpahnya limbah dari kulit bawang merah. Dengan mengetahui
manfaat dari kandungan kulit bawang merah yang sangat besar bagi kesehatan,
dapat dijadikan sebagai landasan untuk pemanfaatan limbah kulit bawang merah
menjadi salah satu obat antidiabetes mellitus tipe 2.
Menurut
sebuah penelitian terbaru, kulit bawang merah terbukti memiliki kandungan
senyawa yang bisa menangkal penyakit diabetes mellitus tipe 2. Dimana salah satu kandungan senyawa yang ada yaitu
Flavonoida. Untuk memanfaatkan kandungan senyawa tersebut, maka timbul suatu
pemikiran membuat sebuah produk berupa kapsul yang mampu mencegah diabetes
mellitus tipe 2.
Metode
yang akan digunakan dalam pemanfaatan limbah kulit bawang merah menjadi sebuah
produk berupa kapsul sebagai obat diabetes mellitus tipe
2 yaitu mendatangi tempat produksi bawang
goreng oleh-oleh khas Kota Palu, serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan
digunakan dalam tahap pelaksanaan dan menyusun susunan kerja dalam proses
pelaksanaan pembuatan sediaan kapsul kulit bawang merah. Dengan demikian
dihasilkan produk herbal yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat khususnya Kota
Palu untuk mengobati penyakit diabetes mellitus tipe 2.
BAB
I
PENDAHULUAN
Tumbuhan bawang merah
adalah sejenis tumbuhan semusim, yang memilki umbi berlapis, berakar serabut,
dengan daun berbentuk silinder berongga. Tumbuhan bawang merah (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.),
famili Alliaceae adalah spesies
dengan nilai
ekonomi yang penting, yang
dibudidayakan secara luas di seluruh
dunia khususnya di benua Asia dan Eropa (Rukmana, 1995).
Proses pengolahan
bawang merah sebelum diproduksi menjadi bawang goreng terlebih dahulu melalui
proses penjemuran dan pengupasan,
sehingga kulit bawang merah banyak ditemukan sebagai limbah rumah produksi
bawang goreng. Dimana “limbah kulit bawang merah merupakan sumber bahan alami
yang bernilai tinggi, sebab jenis sayuran ini kaya akan nutrisi yang bermanfaat
bagi kesehatan manusia”, kata Vanesa Benites, seorang peneliti di Departemen
Kimia Pertanian Universitas Madrid, Spanyol.
Berbagai penelitian
menyebutkan senyawa flavonoid berperan sebagai antidiabetes mellitus tipe 2. Senyawa golongan
flavonol dan flavon menunjukan sifat diabetes pada uji in vivo pada tikus seperti kuersetin dan krisin daya inhibisi
kuersetin jauh lebih tinggi daripada krisin, disebabkan adanya subsituen gugus
hidroksil pada posisi 3 (Lukacinova et.
al. 2008). Dalam studi mengenai antidiabetes pada tanaman Opuntia
dillenii, dilaporkan bahwa komponen flavonoid aktif sebagai antidiabetes
adalah flovonol (Deqiang et. al. 2003).
Senyawa aktif dari tanaman Cynanchun
acutum L. yaitu senyawa kuersetin dan komprefor memiliki aktifitas
antidiabets mellitus tipe 2
yang dapat menurunkan gula darah (Fawzy et.
al. 2008).
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang
seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan
perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan
khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara
fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri,
peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan
penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura. salah satu
komoditi andalan Sulawesi Tengah adalah Bawang Merah Palu (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.) sebagai bahan baku bawang goreng. (Syahdimas M, 2012).
Sulawesi Tengah
merupakan salah satu produsen bawang goreng terbesar di seluruh Indonesia
khususnya di Kota Palu. Minat konsumen terhadap bawang goreng khas Palu hingga
saat ini cukup pesat karena selain dijadikan bahan tambahan masakan, juga
dijadikan sebagai oleh-oleh. Pengolahan
bawang goreng pada skala rumah tangga di Sulawesi Tengah khususnya Lembah Palu
memiliki peluang pasar
yang cukup menjanjikan. Hal ini terlihat dari beberapa pengusaha bawang goreng
Palu (hasil survei) telah memasarkan bawang gorengnya ke Makassar, Kalimantan,
Jawa bahkan sampai ke luar negeri (Malaysia dan Singapura).
Kulit bawang merah adalah bagian
terluar dari bawang merah yang diambil dagingnya. Biasanya, kulit bawang merah
tidak pernah dimanfaatkan, melainkan dibuang setelah didapatkan isinya. Padahal
kulit bawang merah sangat kaya akan manfaat kesehatan dan bisa dijadikan obat
untuk penyakit khususnya diabetes mellitus tipe II. Produksi limbah bawang
merah terus meningkat sejalan dengan banyaknya permintaan (Fatmah, 2005).
Kandungan yang dimiliki oleh kulit
bawang merah itu sendiri adalah berupa senyawa flavonoida. Dalam tubuh manusia, flavonoida berfungsi sebagai antidiabetes mellitus tipe 2. Manfaat
lain dari flavonoida
adalah melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai anti bioktik (Muhammad,
2011). Dalam dosis kecil flavon bekerja sebagai stimulan
pada jantung, hesperidin mempengaruhi
pembuluh darah
kapiler, flavon terhidroksilasi
bekerja
sebagai
diuretik dan
antioksidan
pada
lemak. Dari uji pendahuluan yang peneliti lakukan, yaitu dengan uji skrining fitokimia dengan pereaksi FeCl3 5%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2 SO4(p) menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit bawang merah
mengandung senyawa flvonoida.
Dari uraian di atas dan beberapa literatur penelitian
yang telah dilakukan terhadap tumbuhan
bawang merah maka peneliti tertarik untuk meneliti kulit Alium
cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.
yang merupakan salah satu spesies dari Genus Allium,
khususnya mengenai senyawa
flavonoida yang terkandung dalam tumbuhan
ini.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan
salah satu penyakit di dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Pada tahun
2000, 171 juta jiwa menderita diabetes mellitus di seluruh dunia dan pada tahun
2030 diduga angka ini akan menjadi dua kali lipat dan mencapai 366 juta jiwa
(World Health Organization WHO, 2004). Diabetes mellitus ditandai dengan kadar
gula darah yang melebihi normal (Hiperglikimia) sebagai akibat dari tubuh yang
kekurangan insulin realtif maupun absoulut. Diabetes mellitus ditandai dengan
poliuria, polidipsi, polifagia, penurunan berat badan dan lemas (Handoko dan Suharto,
1995).
Pemanfaatan limbah
kulit bawang merah sebagai sediaan kapsul untuk antidiabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu cara
pemanfaatan yang terbilang menarik, dikarenakan melihat dari manfaat kandungan
senyawa yang ada. Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam
cangkang keras ataupun lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari
gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai.
Kapsul dipilih menjadi wujud dari pemanfaat limbah kulit bawang goreng, salah
satunya yaitu mudah di absorbsi. Selain itu kapsul tidak menimbulkan bau dan
rasa yang tidak enak, sehingga konsumen mudah untuk mengkonsumsi dan dapat
diisi dengan 2 sediaan yang tidak tercampur. Dimana sediaan yang ada terdiri
dari dua macam yaitu dalam bentuk serbuk dan cair.
Sediaan
serbuk dibuat dengan melalui beberapa proses, seperti sortasi atau pemilihan
bahan, proses pencucian, pengeringan dengan cara tertentu dan proses
penggilingan hingga menjadi serbuk. Untuk sedian berupa cairan, dibuat melalui
tahap ekstraksi atau memecah bahan dengan campurannya dengan menggunakan
pelarut yang sesuai hingga diperoleh ekstrak yang akan dijadikan sedian kapsul
nantinya.
BAB III
METODE PELAKSANAAN
1. Waktu dan Tempat
Ekstraksi dan uji aktivitas antidiabetes mellitus tipe 2 berlangsung
mulai Oktober
sampai dengan Desember
2013 di Laboratorium Farmasi
Fakultas MIPA Universitas Tadulako.
2. Alat dan Bahan
Bahan utama dalam penelitian ini adalah kulit bawang merah (Spesies), methanol, pereaksi
FeCl35%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4.
Alat-alat yang
digunakan dalam penelitian ini adalah serangkaian alat ekstraksi, Rotavapor, desikator, serangkaian alat-alat
laboratorium, yaitu beaker glass, batang pengaduk, Erlenmeyer, gelas ukur dan
lain-lain.
3. Prosedur Kerja
a. Penggilingan kulit bawang merah
Kulit
bawang merah yang kering digiling dengan mesin penggiling, hal ini bertujuan
untuk meningkatkan luas permukaannya
sehingga banyak yang kontak dengan pelarut organik saat proses ekstraksi dan digunakan untuk serbuk yang dimasukkan ke dalam
kapsul.
b. Ekstraksi kulit
bawang merah
Ekstrak kulit
bawang merah diperoleh dengan metode maserasi, yaitu merendam serbuk kulit
bawang merah dengan metanol selama sehari kemudian disaring, sisa serbuk biji diekstrak
dengan metanol yang baru, sampai didapat ekstrak yang tidak berwarna. Ekstrak
yang berupa cairan tersebut kemudian dipekatkan dengan alat rotavapor hingga
diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak kental selanjutnya dimasukkan ke dalam
desikator untuk dengan tujuan mendapatkan ekstrak kering.
c. Pemeriksaan
Kandungan Kimia Menggunakan Pereaksi Kimia
Identifikasi kandungan kimia dalam
ekstrak dilakukan terhadap senyawa- senyawa (Harborne 1987) :
1. Flavonoid
Larutan ekstrak sebanyak 2 ml ditambah
dengan sedikit serbuk seng atau magnesium dan 2 ml HCl 2 N. Senyawa flavonoid
akan menimbulkan warna jingga sampai merah.
d. Pembuatan sediaan kapsul ekstrak kulit bawang merah
(Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.)
Formula Kapsul
R/Ekstrak kulit bawang merah 200 mg
Amilum
manihot 350 mg
Amilum
muchilago 10% qs
M.f.pulv.dtd.No.XX
da in caps
Pembuatan Sediaan Kapsul :
1. Ekstrak
kulit bawang merah ditimbang sebanyak 10 gr digerus dengan 22 gr amillum
manihot sedikit demi sedikit ke dalam lumpang dan digerus homogen (massa 1)
2. Pembuatan amillum
mochilago :
Ditimbang berat amillum
manihot sebanyak 1 gr lalu disuspensikan dengan air suling sambil dipanaskan
pada api langsung dan diaduk-aduk hingga diperoleh masa transparan. Ditimbang
dan dicek beratnya, kekurangan berat ditambahkan air panas. Hingga diperoleh
masa muchilago sebanyak 10 gr (massa 2).
3. Massa 1
ditambahkan sedikit demi sedikit dengan massa 2 hingga diperoleh massa yang
kompak (muchilago yang terpakai = 3,3 mg, mengandung amilium 0,335 gr), lalu
digranulasi dengan ayakan mesh 14.
4. Granulat
dikeringkan pada suhu 40 – 60 °C pada lemari pengering.
5. Setelah
kering, granulat diayak lagi dengan ayakan mesh 16 dan di timbang kembali
beratnya.
Berat
granul kering =
Berat
teoritis =
% berat = Berat
teoritis/ Berat seluruhnya x 100%
6. Massa
granol diuji pre-formulasi yaitu waktu alir. Kemudian setelah pengujian ini
serbuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul secara manual dengan ukuran kapsul
0. Kemudian kapsul dilakukan uji evaluasi sediaan kapsul yaitu keseragaman
bobot dan waktu hancur.
e. Pengujian Pre-formulasi
Dilakukan uji pre-formulasi
terhadap granul yang kering meliputi uji waktu alir.
1. Uji waktu alir
Ke dalam corong alir
dimasukkan granul, lalu dialirkan sehingga seluruh granul mengalir, ditentukan
waktu alir yaitu mulai dari granul mengalir sampai granul mengalir ke luar
(waktu alir tidak lebih dari 10 detik).
f. Evaluasi Sediaan Kapsul
1. Keseragaman bobot
Diambil 10 kapsul sekaligus
ditimbang, timabng lagi satu per satu. Keluarkan isi kapsul, timbang seluruh
bagian cangkang kapsul. Dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap
kapsul (syaratnya, tidak boleh lebih dari 2 kapsul yang masing-masing bobotnya
menyimpang dan tidak boleh 1 kapsul menyimpang dari bobot rata-rata).
2. Waktu hancur
Alat : Disintegration tester
Cara : Dimasukkan satu
kapsul ke dalam masing-masing tabung dikeranjang, lalu dimasukkan satu cakram
pada tiap tabung, alat dijalankan. Sebagai media digunakkan air dengan suhu 37
± 1 °C. Pada akhir batas waktu dinyatakan sebagai waktu hancur kapsul, kapsul
dinyatakan hancur jika tidak ada lagi kapsul yang tertinggal pada kawat kasa.
Pengujian dilakukan dengan 6 kapsul, dimana selama 15 menit seluruh kapsul
telah hancur dan melewati kasa pada tabung (Ditjen POM., 1979).
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN
5.1 Biaya Kegiatan
No
|
Jenis Pengeluaran
|
Biaya
|
1
|
Peralatan
Penunjang
|
Rp
3.125.000
|
2
|
Bahan
habis pakai
|
Rp
5.000.000
|
3
|
Perjalanan
|
Rp
2.500.000
|
4
|
Lain-lain
|
Rp
1.875.000
|
Jumlah
|
Rp
12.500.00
|
5.2
Jadwal Kegiatan
No
|
Kegiatan
|
Jangka
Waktu
|
|||||||||||
Bulan 1
|
Bulan 2
|
Bulan 3
|
|||||||||||
Minggu
|
Minggu
|
Minggu
|
|||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
||
1
|
Persiapan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Studi Pustaka
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Perizinan
Labratorium
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Persiapan
alat dan bahan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
2
|
Pelaksanaan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengambilan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengeringan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengolahan
sampel
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengujian
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pengamatan, pengambilan data dan analisis data
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Pelaporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
3
|
Penyusunan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Seminar & penyempurnaan laporan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
DAFTAR
PUSTAKA
Deqiang
R.et al. 2003. Studies on the Anti-diabetes Constituents from Opuntyia dillensii HAW Culivated in
Hainan. Molecolar Plant Breeding. (5-6) : 823 – 823
Fatmah,wati.2005. Manfaat Umbi dan
Tanaman Jagung. Jakarta, PT Putaka.
Fawzy
C. Et al. 2008. Antidiabetic and Antioxidant. Activities of major Flavonoids of
Cynanchum acutum L. (asclepidiaceae) Growing in Egypt Z. Naturforsch 63 : 658 –
662
Handoko,T.
Dan Suharto,3. (1995). Insulin, glukagon, dan antidiabetik oral dalam
Ganiswarna,S.(1995). Farma Kologi dan Terapi. Jakarta : Bagian Farma Kologi
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 471 – 473.
Lukacinova
L. et al. 2008. Preventive Effects of Flavonoids on Alloxan – Inducen Diabetes
Mellitus in Rats. ACTA VET BRNO (77) :
175 – 182
Moh.
Syahdimas, Bawang merah dismiril,
bawgoreng.blogspot.com/2012/03/Pengembangan-bawang-merah-Palu.html.11 Oktober
2013 pukul 09.50 pm.
Rukmana,R.1995.Bawang
Merah Budidaya dan Pengelolahan Pasca Panen. Kanisius,Jakarta.
World
Health Organization,(n.d) Launch of “Diabetes Action Now”. May
5,2004.http://www.who.int.