BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bumi tempat semua
makhluk hidup berpijak merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dengan berbagai
kekayaan dan keindahannya. Pada hakekatnya penciptaan bumi bertujuan untuk
menjadikan segala isinya tunduk kepada pencipta-Nya. Tuhan telah melengkapi
bumi dengan berbagai kekayaan alam yang berlimpah, dimana kekayaan tersebut
tidak akan ada habisnya. Akan tetapai apabila kekayaan alam tersebut tidak
dikelola dengan baik maka dapat saja punah dan tidak dapat menunjang kehidupan
anak cucu kita di masa yang akan datang.
Dari sekian banyak manusia yang ada di bumi, mungkin hanya sebagian saja
diantaranya yang mengerti dan mau melestarikan serta menjaga keseimbangan alam.
Lingkungan merupakan
suatu bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan makhluk di muka bumi ini.
Lingkungan memiliki suatu siklus yang berjalan seiring dengan perjalanan waktu,
terkadang system yang berlangsung tersebut dapat mengalami gangguan yang
menyebabkan terjadinya suatu perubahan system. Hal ini dapat terjadi baik
karena ulah manusia maupun karena proses alamiah yang merupakan gejala geologi
di alam.
Eksploitasi yang
berlibahan terhadap sumber daya alam akibat adanya proses globalisasi dan
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat, menuntut segala pemenuhan kebutuhan manusia merupakan permasalahan yang
paling mendasar yang menambah kompleksnya permasalahan di dalam suatu system
lingkungan.
Pengkajian terhadap
permasalahan yang terjadi di dalam lingkungan perlu dilakukan. Agar dapat
mengatahui titik permasalahannya dan mencari solusi dari setiap permasalahan
tersebut. Penulisan ini bertujuan memberikan suatu gambaran tentang keadaan
lingkungan di kelurahan Talise dan kawasan sekitar Pusat Rekreasi Keluarga
Pantai Talise, selain itu merupakan salah satu syarat agar dapat lulus mata
kuliah Kajian Lingkungan Hidup (KLH).
Dalam penyusunan
laporan ini akan diuraikan kondisi di sekitar sungai Talise, keadaan lingkungan
kelurahan Talise dan sebagian kecil kondisi pantai di Kelurahan Talise
khususnya pada kawasan Pusat Rekreasi Keluarga Pantai Talise yang merupakan
lokasi penelitian.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian
diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah, diantaranya :
1.
Bagaimana kondisi demografi di Kel. Talise ?
2.
Bagaimana kondisi sungai, laut, serta daerah
sekitar aliran sungai di Kel.
Talise ?
3.
Bagaimana kondisi fisik, kondisi biotic, dan
kondisi abiotik mengenai situasi yang ada di Ke. Talise ?
4.
Bagaimana kondisi secara umum Kel. Talise yang berhubungan
secara langsung dengan kehidupan sosial, budaya, sosial ekonomi, biodiversity
dan kondisi fisik.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan
rumusan masalah diatas, maka tujuan Penelitian Kajian Lingkungan Hidup ini
adalah sebagai berikut :
1.
Mengetahui
kondisi demografi Kel. Talise
2.
Mengetahui
kondisi sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat Kel. Talise
3.
Mengetahui
kondisi aliran sungai Kel. Talise
4.
Menggambarkan
secara fisik keadaan biotik dan abiotik mengenai situasi yang ada di Kel.
Talise
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan
tujuan penelitian diatas, maka manfaat penelitian Kajian Lingkungan Hidup ini
adalah mengetahui kondisi demografi dan sosial ekonomi dan sosial budaya
masyarakat kelurahan Talise khususnya yang bermukim di kawasan Pusat Rekreasi
Keluarga Pantai Talise. Selain itu dapat mengetahui kondisi aliran sungai
dikawasan pantai Talise serta menggambarkan secara fisik keadaan biotik dan abiotik mengenai
situasi yang ada di Kel. Talise khususnya di kawasan Pusat Rekreasi Keluarga
Pantai Talise.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup wilayah penelitian ini adalah kawasan
Pusat Rekreasi Keluarga Pantai Talise, Kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur.
Penelitian ini memfokuskan pada pengkajian lingkungan hidup di daerah tersebut
dengan mengamati beberapa aspek, antara lain komponen lingkungan , fisik kimia,
biologi, biotik dan abiotik, sosial budaya dan sosial ekonomi, kesehatan
masyarakat serta Pola Hidup Bersh dan Sehat (PHBS) di daerah tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Ekologi
Ekologi
berasal dari bahasa Yunani, yangterdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya
rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai
ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara
makhluk hidup dan lingkungannya.
Dalam
ekologi, kita mempelajari makhluk hidup sebagai kesatuan atau sistem dengan
lingkungannya. Definisi ekologi seperti di atas, pertama kali disampaikan oleh
Ernest Haeckel (zoologiwan Jerman, 1834-1914).
Ekologi
adalah cabang ilmu biologi yang banyak memanfaatkan informasi dari berbagai
ilmu pengetahuan lain, seperti : kimia, fisika, geologi, dan klimatologi untuk
pembahasannya. Penerapan ekologi di bidang pertanian dan perkebunan di
antaranya adalah penggunaan kontrol biologi untuk pengendalian populasi hama
guna meningkatkan produktivitas.
Ekologi
berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya.
Pengamatan ini bertujuan untuk menemukan prinsip-prinsip yang terkandung dalam
hubungan timbal balik tersebut.
Dalam studi ekologi digunakan metoda pendekatan
secara menyeluruh pada komponen-kornponen yang berkaitan dalam suatu sistem.
Ruang lingkup ekologi berkisar pada tingkat populasi, komunitas, dan ekosistem.
2.2 Fisika Lingkungan
Lingkungan
hidup adalah suatu ruang yang ditempati makhluk hidup beserta komponen
abiotiknya. Cabang Biologi yang mempelajari hubungan antara makhluk hidup dan
lingkungannya adalah Ekologi. Istilah Ekologi berasal dari dua suku kata dalam
bahasa Yunani, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat tinggal dan logos
yang artinya ilmu pengetahuan. Istilah tersebut pertama kali dikemukakan oleh
Ernst Haeckel pada tahun 1869. Rumah,
tempat tidur, mobil, atap sebuah bangunan, dahan pohon, sarang binatang adalah
contoh-contoh dari lingkungan mikro. Variabel lingkungan yang dibutuhkan adalah
temperatur, kelembaban udara, densitas fluks energi radiasi, angin, oksigen dan
konsentrasi CO2, temperatur dan konduktivitas termal dari substrat
(lantai, tanah, dll), dan distribusi spektral radiasi.
Fisika
lingkungan merupakan pembelajaran tentang aspek-aspek fisis dan matematis yang
berhubungan dengan konsep-konsep mengenai teori lingkungan termasuk sistem
ekologi dan dampak pencemaran terhadap keseimbangan alam, dampak radiasi
atom-inti terhadap alam, dampak kebocoran reaktor nuklir terhadap lingkungan
dan radiasi gelombang EM terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya, dampak
pemanasan global (global warming) terhadap alam serta terjadinya efek rumah
kaca, penipisan lapisan ozone dapat mulai dikemas secara simple sehingga
masyarakat menyadari pentingnya melindungi lingkungan yang ditinggali.
Untuk
dapat melanjutkan kehidupan, maka manusia (organisme) harus berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya. Dalam konteks interaksi inilah fisika lingkungan menjadi
sangat penting. Banyak prinsip-prinsip
fisika yang harus dapat dipahami. Harus ada pengukuran-pengukuran dan analisis
terhadap variabel-variabel fisik ketika manusia (organisme) berinteraksi dengan
lingkungan fisiknya.
Proses-proses
fisik yang berlangsung pada atmosfir dekat permukaan lebih mudah dipahami
dengan mendefinisikan suatu sistim Permukaan-Udara seperti gambar berikut,
suatu sistim yang terdiri dari permukaan (organisme atau objek alam) dan kolom
udara di atasnya yang dibatasi oleh garis putus-putus (batas khayal). Sistim Permukaan udara dapat dipandang dalam
skala mikro seperti permukaan tubuh organisme dan udara di atasnya ataupun
dalam skala makro seperti permukaan suatu hamparan (sawah, tanaman pertanian,
hutan, pemukiman, dan lain-lain) dan udara di atasnya.
2.3 Kimia Lingkungan
Kimia
lingkungan adalah studi ilmiah terhadap fenomena kimia dan biokimia yang
terjadi di alam. Bidang ilmu ini dapat didefinisikan sebagai studi terhadap
sumber, reaksi, transpor, efek, dan nasib zat kimia di lingkungan udara, tanah,
dan air; serta efek aktivitas manusia terhadapnya. Kimia lingkungan adalah ilmu
antardisiplin yang memasukkan ilmu kimia atmosfer, akuatik, dan tanah, dan juga
sangat bergantung dengan kimia analitik, ilmu lingkungan, dan bidang-bidang
ilmu lainnya.
Kimia lingkungan
pertama kali mempelajari bagaimana cara kerja lingkungan yang tak
terkontaminasi, zat kimia apa dan berapa konsentrasi yang ada secara alami, dan
apa efeknya. Tanpa hal ini, mustahil untuk mempelajari secara akurat efek
manusia terhadap lingkungan dengan pelepasan zat kimia.
2.4 Sosial Budaya dan Sosial
Ekonomi
Sistem
sosial budaya dan sosial ekonomi merupakan konsep untuk menelaah asumsi-asumsi
dasar dalam kehidupan masyarakat. Pemberian makna konsep sistem sosial budaya
dianggap penting karena tidak hanya untuk menjelaskan apa yang dimaksud dengan
sistem sosial budaya dan sosial ekonomi itu sendiri tetapi memberikan
eksplanasi deskripsinya melalui kenyataan di dalam kehidupan masyarakat.
Sosial
berarti segala sesuatu yang beralian dengan sistem hidup bersama atau hidup
bermasyaakat dari orang atau sekelompok orang yang didalamnya sudah tercakup
struktur, organisasi, nila-nilai sosial, dan aspirasi hidup serta cara
mencapainya.
Budaya berarti cara
atau sikap hidup manusia dalam hubungannya secara timbal balik dengan alam dan
lingkungan hidupnya yang didalamnya tercakup pula segala hasil dari cipta,
rasa, karsa, dan karya, baik yang fisik materiil maupun yang psikologis, idiil,
dan spiritual.
Kehidupan masyarakat
dipandang sebagai suatu sistem atau sistem sosial, yaitu suatu keseluruhan
bagian atau unsur-unsur yang saling berhubungan dalam suatu kesatuan.
2.5 Kesehatan Masyarakat
Masalah Kesehatan
Masyarakat khususnya negara berkembang termasuk indonesia sangat beragam dan
harus segera diatasi dengan kerjasama yang kuat antara pemerintah dan
masyarakat itu sendiri. Sehat adalah kondisi optimal mental, fisik dan sosial
seseorang, terbebas dari bibit penyakit sehingga mencapai produktivitas. Kesehatan
masyarakat adalah ilmu untuk mencegah penyakit, memperpanjang hidup,
mempromosikan kesehatan dan efisiensi dengan menggerakkan potensi masyarakat
pemerintah.
Untuk mempermudah
memahami Masalah Kesehatan Masyarakat yang sering terjadi perlu dibagi menjadi
beberapa kelompok, antara lain: masalah perilaku kesehatan, lingkungan, genetik
dan pelayanan kesehatan yang akan meningkat ke masalah kesehatan ibu dan anak,
masalah gizi dan beragam penyakit baik menular atau tidak menular. Masalah
Kesehatan ini bisa terjadi pada masyarakat umum atau kelompok rawan (bayi,
balita dan ibu), kelompok lanjut usia dan para pekerja.
§ Masalah
Kesehatan Masyarakat yang disebabkan
Perilaku Kesehatandipengaruhi tingkat pendidikan, sehingga pengetahuan
masyarakat untuk berperilaku sehat sangat kurang. Proses terbentuknya perilaku
hidup sehat harus diawali pengetahuan dari pendidikan kesehatan.
§ Masalah
Kesehatan Lingkungan, merupakan
keadaan lingkungan yang berpengaruh positif terhadap kesehatan masyarakat
secara maksimal. Masalah kesehatan lingkungan ini terdiri dari: Kesehatan
lingkungan pemukiman, penyediaan air bersih, pengelolaan limbah dan sampah,
pengolahan makanan dan pengelolaan scara umum penunjang kesehatan.
§ Masalah
Pelayanan Kesehatan, yang bermutu
akan menghasilkan kesehatan yang maksimal untuk masyarakat. Pelayanan Kesehatan
yang profesional harus sesuai standar ketersediaan sumber daya (petugas
kesehatan, bangunan, sarana pendukung) dan prosedur pelayanan yang baik.
§ Petugas
kesehatan yang profesional, meliputi
tenaga medis, keperawatan, paramedis non keperawatan dan administrasi medis.
Saat ini masyarakat sulit menerima pelayanan kesehatan yang maksimal karena
masalah petugas yang profesional masih kurang dan tidak terdistribusi secara
merata.
Kurangnya pengetahuan
dan motif ekonomi untuk mencari keuntungan sering dijadikan alasan mengapa
Masalahan Kesehatan Masyakat belum juda bisa teratasi. Meskipun saat ini
pemerintah telah banyak melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan namun
masih ada perilaku petugas kesehatan yang menyimpang dari tujuan awal
keberadaannya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Semoga suatu
saat Pelayanan Kesehatan lebih maksimal dan Masalah kesehatan masyarakat bisa
teratasi.
2.6 Kesehatan Lingkungan
Berbagai masalah
kesehatan lingkungan banyak bermunculan pada saat ini akibat dari eksploitasi
alam yang berlebihan yang dilakukan oleh manusia. Mulai dari munculnya
pemanasan global, sanitasi air bersih
yang semakin memburuk dan persediaan pangan yang semakin sedikit dan mulai
tercemar. Daftar tersebut hanyalah susunan pendek dari berbagaimasalah
kesehatanlingkungan yang dihadapi oleh manusia.
Masalah-masalah ini
memang terdengar sangat mengerikan dan merupakan masalah besar. Masalah
kesehatan lingkungan tersebut juga terasa menjadi momok menakutkan namun tidak
dapat dihindari dalam kehidupan manusia. Namun, kita sendirilah yang harus
menyelesaikan dan mengatasi masalah-masalah tersebut.
Upaya-upaya yang dapat
kita lakukan dalam mengatasi masalah kesehatan lingkungan tersebut antara lain:
§ Mengurangi
limbah rumah tangga. Upaya ini
adalah hal dasar yang harus dilakukan oleh setiap anggota masyarakat untuk
mengurangi dampak masalah kesehatan lingkungan. Mulailah diri untuk mengurangi
jumlah sampah yang dihasilkan dari dalam rumah. Terutama sampah-sampah yang
memiliki sifat sulit untuk diuraikan kembali oleh alam.
§ Mengurangi
penggunaan pestisida. Pestisida,
termasuk cairan pembunuh serangga yang sering dipakai, pada umumnya mengandung
CFC yang memiliki sifat merusak ozon. Kerusakan ozon akan memiliki dampak
langsung terhadap munculnya berbagai masalah kesehatan lingkungan, terutama
naiknya suhu rata-rata di bumi.
§ Menghindari
konsumsi produk berbahan kimia.
Tidak hanya menimbulkan dampak negative terhadap masalah kesehatan lingkungan,
bahan kimia yang dikonsumsi juga akan menimbulkan masalah yang buruk terhadap
tubuh secara langsung. Sebisa mungkin hindari mengkonsumsi produk-produk yang
memiliki paparan bahan kimia. Selalu periksa makanan yang akan anda konsumsi
dan hindari produk-produk berkemasan dari pabrik.
§ Perbanyak
konsumsi makanan organik. Konsumsi
makanan organic tidak hanya menimbulkan kesehatan bagi tubuh manusia, namun
juga berperan positif bagi perbaikan masalah kesehatan lingkungan. Dengan
banyaknya produk organik yang tersedia, artinya produksi makanan berpengawet
dan berbahan kimia tinggi akan berkurang. Hal ini tentu saja akan memberikan
dampak positif bagi lingkungan berupa berkurangnya paparan bahan kimia yang
dibuang ke alam.
2.7 Gizi dan Kesehatan Masyarakat
Dewasa ini di Indonesia terdapat beberapa masalah
kesehatan penduduk yang masih perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh
dari semua pihak antara lain: anemia pada ibu hamil, kekurangan kalori dan
protein pada bayi dan anak-anak, terutama di daerah endemic, kekurangan vitamin
A pada anak, anemia pada kelompok mahasiswa, anak-anak usia sekolah, serta
bagaimana mempertahankan dan meningkatkan cakupan imunisasi. Permasalahan
tersebut harus ditangani secara sungguh-sungguh karena dampaknya akan
mempengaruhi kualitas bahan baku sumber daya manusia Indonesia di masa yang
akan datang.
Perubahan masalah kesehatan ditandai dengan
terjadinya berbagai macam transisi kesehatan berupa transisi demografi,
transisi epidemiologi, transisi gizi dan transisi perilaku. Transisi kesehatan
ini pada dasarnya telah menciptakan beban ganda (double burden) masalah
kesehatan.
§ Transisi demografi, misalnya mendorong peningkatan
usia harapan hidup yang meningkatkan proporsi kelompok usia lanjut sementara
masalah bayi dan BALITA tetap menggantung.
§ Transisi epidemiologi, menyebabkan beban ganda atas
penyakit menular yang belum pupus ditambah dengan penyakit tidak menular yang
meningkat dengan drastis.
§ Transisi gizi, ditandai dengan gizi kurang dibarengi
dengan gizi lebih.
§ Transisi perilaku, membawa masyarakat beralih dari
perilaku tradisional menjadi modern yang cenderung membawa resiko.
Masalah kesehatan tidak hanya ditandai dengan
keberadaan penyakit, tetapi gangguan kesehatan yang ditandai dengan adanya
perasaan terganggu fisik, mental dan spiritual. Gangguan pada lingkungan juga
merupakan masalah kesehatan karena dapat memberikan gangguan kesehatan atau
sakit.
2.8 Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS)
Pola
Hidup Bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas
dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang atau
keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif
dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Kondisi
sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi
perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena
itu, kesehatan perlu dijaga, dipelihara dan ditingkatkan oleh setiap anggota
rumah tangga serta diperjuangkan oleh semua pihak.
Rumah
Tangga ber-PHBS berarti mampu menjaga, meningkatkan dan melindungi kesehatan
setiap anggota rumah tangga dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang
kurang kondusif untuk hidup sehat.
Penerapan
PHBS di rumah tangga merupakan tanggung jawab setiap anggota rumah tangga, yang
juga menjadi tanggung jawab pemerintah kabupaten/ kota beserta jajaran sektor
terkait untuk memfasilitasi kegiatan PHBS di rumah tangga agar dapat dijalankan
secara efektif.
Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat adalah salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan, baik pada masyarakat maupun pada
keluarga. Artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/ masyarakat
untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan.
BAB III
METODOLOGI
3.1 Geografi Lokasi Penelitian
Lokasi
penelitian Kajian Lingkungan Hidup kali ini yaitu berada di Kawasan Pusat
Rekreasi Keluarga Pantai Talise, Kelurahan Talise, Kecamatan Palu Timur. Pantai Talise terletak
sekitar 1.650 km di sebelah timur laut Jakarta. Koordinatnya adalah 0°54′ LS 119°50′ BT, di antara 2° 22’ LU dan 4° 48’ LS serta 119° 22’ dan 124° 22’ BT.
Pantai Talise terbentang sejajar mulai dari Jalan Raja
Molli sampai Jalan Cut Mutiah, Kota Palu. Pantai Talise menyuguhkan panorama
bahari yang sangat indah. Menjelang tenggelamnya matahari, Pantai Talise
menghadirkan pemandangan matahari yang turun perlahan-lahan di balik Gunung
Gawalise.
3.2 Waktu dan Tempat
Adapun
waktu dan tempat praktikum Kajian Lingkungan Hidup adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Sabtu, 15 Juni 2013
Pukul : 10.00 sampai 13.00 WITA
Tempat : Kawasan Pusat Rekreasi Keluarga Pantai Talise
Kel. Talise
3.3 Alat dan Bahan
Adapun
alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.3.1 Alat
1.
Termometer
2.
Alat tulis
3.
Kamera
3.3.2 Bahan
1.
Kertas lakmus
3.3 Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Adapun
prosedur pelaksanaan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
3.3.1 Metode
Pengukuran
Dalam metode ini dilakukan langkah-langkah dengan
cara mengambil data berdasarkan hasil observasi dan identifikasi atau mengukur
langsung dilokasi penelitian kemudian menyusunnya dalam laporan.
3.3.2 Metode Wawancara
Dalam metode ini dilakukan dengan cara mendatangi
penduduk setempat dan mewawancarainya guna memperoleh informasi.
3.3.3 Metode Observasi
Dalam
metode ini dilakukan dengan cara meninjau langsung keadaan lokasi pengamatan
dan mengamati obyek yang diamati.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN
4.1 Komponen Lingkungan
Adapun
hasil pengamatan yang diperoleh dalam penelitian Kajian Lingkungan Hidup adalah
sebagai berikut :
4.1.1 Komponen
Fisik-Kimia.
A.
Tanah/Lahan
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Bentuk lahan
|
Ada gejala perubahan bentuk lahan yang
ringan yang disebabkan oleh pengikisan arus sungai.
|
2.
|
Penutupan oleh tumbuhan
|
Pada kawasan pemukiman relatif
tertutup oleh tumbuhan 10 – 25 % diantaranya sukun, kayu jawa, jarak dan
sebagainya.
|
3.
|
Tebal humus
|
Tidak adanya humus tanah terbuka.
|
4.
|
Air tanah
|
Drainase sedang, kurang gembur dan
waktu kering tidak retak.
|
5.
|
Sumber mineral
|
Belum adanya ekspoilitasi.
|
6.
|
Kemantapan ekosistem
|
Tidak mantap meskipun ada pengelolaan
dari manusia.
|
7.
|
Produktivitas
|
Rendah, rumput atau alang-alang.
|
B.
Air Sumur/Ledeng
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Warna
|
Umumnya berwarna terang sebagian
keruh.
|
2.
|
Rasa
|
Tawar.
|
3.
|
Bau
|
Tidak berbau.
|
4.
|
Kekeruhan
|
Bening berwarna.
|
5.
|
Kelangsungan
|
Musim kemarau ada perubahan tapi tak
sampai kering.
|
C.
Air Sungai
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Warna
|
Umumnya berwarna terang tetapi
sebagian berwarna hitam yang disebabkan oleh limbah rumah tangga.
|
2.
|
Rasa
|
Pada air laut rasa dominan asin
sedangkan sungai tawar dan payau.
|
3.
|
Bau
|
Tidak berbau tetapi sebagian agak
berbau jika dicium langsung.
|
4.
|
Kekeruhan
|
Air nampak agak keruh, hal ini mungkin
disebabkan oleh aktivitas manusia.
|
5.
|
Kelangsungan
|
Jika musim kemarau tiba kelangsungan
perairan terdapat perubahan tapi tak sampai kering, hal ini terlihat oleh
besarnya nilai lebar sungai kering dari pada lebar sungai basah.
|
D.
Atmosfer
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Suhu udara
|
Berada diantara 30 – 40°C
|
2.
|
Tembus pandang
|
Tembus pandang jauh dan jelas
|
3.
|
Penyinaran matahari
|
Terlihat 3 – 5 jam sehari
|
4.
|
Hujan
|
-
|
5.
|
Kelembaban.
|
Berada diantara 61 – 71%
|
4.1.2 Komponen Biologi (Keanekaragaman Hayati).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Keanekaragaman flora
|
Terdapat kira-kira 6 – 10 jenis
tumbuhan yang diantaranya tergolong rumput, semak dan pohon.
|
2.
|
Keanekaragaman fauna
|
Terdapat 3 – 5 jenis hewan diantaranya
hewan ternak seperti sapi dan burung.
|
3.
|
Jenis flora ekonomis
|
Terdapat 3 – 5 jenis tanaman ekonomis
diantaranya sukun, pisang dan sebagainya.
|
4.
|
Jenis fauna ekonomis
|
Terdapat 1 – 2 jenis hewan ekonomis
diantaranya sapi dan ikan.
|
5.
|
Jenis yang dilindungi UU
|
-
|
6.
|
Potensi pemanfaatan
|
Potensi pemanfaatan kecil yang mana
keanekaragaman hayati flora dan fauna tersebut relatif kecil dijadikan usaha
ternak ataupun pertanian.
|
7.
|
Potensi hama dan penyakit
|
Kecil sekali, ini terlihat dari
tumbuhan yang tumbuh dengan baik didaerah tersebut.
|
8.
|
Eutrofikasi (proses perkembangan
tumbuhan air yang cepat karena memperoleh zat makanan yang berlimpah akibat
pemupukan yang berlebihan)
|
Air hujan dan ada beberapa tumbuhan
air.
|
4.1.3 Komponen Biotik
dan Abiotik.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Pada daerah pantai
|
Komponen biotik meliputi :
Tumbuhan eceng gondok, tumbuhan tapak
kuda, burung dan beberapa jenis ikan dan manusia.
Komponen abiotik meliputi :
Air, pasir, batu, kerikil, cahaya dan
angin.
|
2.
|
Pada daerah aliran sungai
|
Komponen biotik meliputi :
Tumbuhan pisang, tapak kuda, jarak,
bambu, kayu jawa, biduri, sukun, kelor, rumput, burung, sapi dan manusia.
Komponen abiotik meliputi :
Air, tanah, batu, pasir, kerikil,
cahaya dan angin.
|
4.1.4 Komponen
Sosial Budaya dan Sosial Ekonomi.
A.
Sosial Budaya
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Kepadatan
penduduk (orang/km2)
|
Lebih dari 100 orang
|
2.
|
Pertambahan penduduk total pertahun
selama 10 tahun terakhir.
|
_
|
3.
|
Angka kelahiran per 1000 orang
pertahun
|
_
|
4.
|
Angka kematian bayi per 1000 orang
pertahun
|
_
|
5.
|
Angka kematian kanak-kanak per 1000
orang pertahun
|
_
|
6.
|
Tenaga kerja dalam masyarakat
|
_
|
7.
|
Rasio sex
|
_
|
8.
|
Besarnya keluarga (ayah, ibu dan anak)
|
Pada saat memasuki rumah warga
rata-rata jumlah orang dalam keluarga
berkisar 3 – 7 orang.
|
9.
|
Kesukuan dalam masyarakat
|
Dominan penduduk bersuku kaili tetapi
masih terdapat berbagai suku yang ada seperti bugis, jawa dan ambon.
|
10.
|
Fasilitas pendidikan
|
Terdapat 2 Sekolah Dasar dan 1 Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK).
|
11.
|
Besar kelas (rata-rata jumlah murid
perkelas)
|
30 – 35 orang.
|
12.
|
Presentase anak umur 7 – 12 tahun yang
masih sekolah
|
Lebih dari 80%.
|
13.
|
Presentase lulusan SD dari penduduk 10
tahun keatas
|
_
|
14.
|
Rasio murid guru
|
_
|
15.
|
Tingkat pendidikan guru SD
|
Umumnya S1
|
16.
|
Presentase penduduk yang mampu
berbahasa Indonesia
|
Terlihat orang yang dijumpai berbahasa
Indonesia
|
17.
|
Penduduk (diatas 17 tahun) yang aktif
menjalankan perintah agama
|
Diatas 60%.
|
18.
|
Jumlah pemuka agama atau guru berbagai
agama per 1000 orang penduduk
|
_
|
19.
|
Adat istiadat dan budaya tradisional
|
Ada terdapat perubahan karena
perkembangan zaman dan datangnya penduduk asing yang menempati daerah
tersebut.
|
B.
Hasil pengamatan pada komponen sosial ekonomi.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Kesempatan kerja
|
Lebih dari 10% tenaga kerja mencari
pekerjaan.
|
2.
|
Pemerataan pekerjaan persen penduduk
yang bekerja
|
Diatas 40% penduduk telah bekerja.
|
3.
|
Pendapatan rata-rata perorangan
perbulan
|
Rp. 800.000 – Rp. 1000.000 perbulan
|
4.
|
Keadaan harga bahan kebutuhan pokok
|
_
|
4.1.5 Komponen Kesehatan Masyarakat.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Bangunan rumah
|
Umumnya dalam keadaan baik dan
permanen.
|
2.
|
Jenis lantai rumah
|
Umumnya kedap air dan mudah
dibersihkan.
|
3.
|
Jenis dinding rumah
|
Umumnya kedap air dan mudah
dibersihkan.
|
4.
|
Jenis atap rumah
|
Umumnya menggunakan seng.
|
5.
|
Kondisi plafon rumah
|
Umumnya baik, mudah dibersihkan dan
tidak rawan kecelakaan.
|
6.
|
Tingkat pencahayaan dan sirkulasi
udara
|
Umumnya baik dengan sirkulasi udara
yang baik.
|
7.
|
Fasilitas dalam rumah
|
Umumnya memiliki WC dan kamar mandi.
|
8.
|
Sarana pembuangan sampah
|
Umumnya memiliki tempat sampah dan
adanya pengangkutan sampah dari pemerintah.
|
9.
|
Kondisi tempat pengelolaan makanan
|
Umumnya dapur basah dan dapur kering.
|
10.
|
Kondisi tempat penyimpanan makanan
|
Tertutup, bersih dan tidak berbau.
|
11.
|
Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
rumah tangga
|
Terdapat (SPAL) dan dalam keadaan
baik.
|
12.
|
Jumlah penghuni rumah
|
Rata-rata 5 – 10 orang.
|
13.
|
Keadaan hewan ternak
|
Dikandangkan.
|
14.
|
Jarak kandang dari rumah
|
Rata-rata >10 meter.
|
15.
|
Sumber air bersih
|
Umumnya Sumur gali.
|
4.1.6 Komponen Sarana dan Prasarana Umum.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Sarana transportasi
|
Umumnya warga memiliki 1 buah
motor/rumah dan hampir semua tempat penting dapat dicapai dengan kendaraan
umum.
|
2.
|
Pelayanan air bersih tiap 1000 orang
|
Kondisi pelayanan air bersih dalam
keadaan baik.
|
3.
|
Pelayanan listrik tiap 1000 orang
|
Kondisi pelayanan listrik baik.
Terlihat dari hampir setiap rumah memiliki sekring PLN.
|
4.2 Data Demografi dan Kependudukan.
Menurut
data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Palu tahun 2011, kondisi demografi dan
kependudukan daerah Palu Timur Kelurahan Talise adalah sebagai berikut :
No.
|
Golongan
|
Jumlah
|
Presentase
|
1.
|
0 – 4 Tahun
|
4.257
|
10,9%
|
2.
|
5 – 9 Tahun
|
1.826
|
10,1%
|
3.
|
10 – 14 Tahun
|
1.793
|
10,07%
|
4.
|
15 – 44 Tahun
|
8.493
|
54,34%
|
5.
|
45 – 64 Tahun
|
2.563
|
12,27%
|
6.
|
>65 Tahun
|
1.844
|
2,32%
|
|
Total
|
20.776
|
100%
|
Banyaknya
usaha kecil dan menengah di Kelurahan Talise dapat dilihat pada tabel di bawah
ini :
No.
|
Nama Usaha
|
Jumlah
|
1.
|
Rumah Makan
|
15
|
2.
|
Service Radio/Tape
|
1
|
3.
|
Cafe
|
31
|
4.
|
Tukang Jahit
|
1
|
5.
|
Kios
|
36
|
6.
|
Salon
|
1
|
7.
|
Bengkel Motor
|
4
|
8.
|
Warung Internet
|
2
|
4.3 Data Unsur Klimatologi (Suhu).
Adapun
data pengukuran suhu dilokasi penelitian yaitu :
No.
|
Waktu (WITA)
|
Suhu (°C)
|
1.
|
09.48
|
35
|
2.
|
09.58
|
35
|
3.
|
10.08
|
36
|
4.
|
10.18
|
36
|
5.
|
10.28
|
35
|
6.
|
10.38
|
37
|
7.
|
10.48
|
37
|
8.
|
10.58
|
39
|
9.
|
11.08
|
37
|
10.
|
11.18
|
40
|
11.
|
11.28
|
39
|
12.
|
11.38
|
38
|
13.
|
11.48
|
37
|
14.
|
11.58
|
38
|
15.
|
12.08
|
39
|
4.4 Populasi, Komunitas dan
Ekosistem
Adapun
data tabel populasi dan komunitas flora yang ada dilokasi penelitian adalah
sebagai berikut :
No
|
Flora
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
|
Pohon Biduri (Calotropis
giganteae)
Pohon Kelapa (Cocus
nicefera)
Pohon Mangga (Mangifera
indica)
Pohon Kayu Jawa (Lanea
coromandelica)
Rumput (Paspalum sp.)
Tumbuhan Merambat
Pohon Pisang (Musa
paradisiaca)
Sukun (Artocarpus communis)
|
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
|
Bambu (Bambusa sp.)
Ketapang (Terminalia)
Lantoro (Laucaena
glauca)
Johar (Casia seamea)
Gersen (Muntingia calabura)
Putri malu (Mimosa
pudica)
Daun pandan (Pandanus
sp.)
Jarak liar (Jatropa
curcas)
|
Adapun
data tabel populasi dan komunitas fauna yang ada dilokasi penelitian adalah
sebagai berikut :
No.
|
Fauna
|
1.
2.
3.
4.
|
Burung (Passer montanus)
Kupu-kupu (Parantica
maladensis)
Sapi (Bos taurus)
Belalang (Valanga sp.)
|
4.5 Sifat Fisik Kimia Air
(Organoleptik dan pH).
Adapun data sampel sifat fisik air (organoleptik dan
pH) yang diambil dari 3 rumah warga adalah sebagai berikut :
No.
|
Sampel Air
|
Organoleptik
|
pH
|
||
Warna
|
Bau
|
Rasa
|
|||
1.
|
I
|
Bening
|
Tidak Berbau
|
Tawar
|
7,5
|
2.
|
II
|
Bening
|
Tidak Berbau
|
Tawar
|
5
|
3.
|
III
|
Bening
|
Tidak Berbau
|
Tawar
|
6,5
|
4.6 Kesehatan Masyarakat
Berdasarkan
kegiatan praktek Kajian Lingkungan Hidup dengan pengamatan langsung metode
wawancara, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
a. Nama responden : Muryani
Umur : 51 Tahun
Pekerjaan : URT
Jenis
kelamin : Perempuan
1.
Kesehatan Lingkungan (Kesling).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Bangunan rumah
|
Keadaan baik dan permanen.
|
2.
|
Jenis lantai rumah
|
Kedap air dan mudah dibersihkan.
|
3.
|
Jenis dinding rumah
|
Kedap air dan mudah dibersihkan.
|
4.
|
Jenis atap rumah
|
Menggunakan seng.
|
5.
|
Kondisi plafon rumah
|
Baik, mudah dibersihkan dan tidak
rawan kecelakaan.
|
6.
|
Tingkat pencahayaan dan sirkulasi
udara
|
Baik
|
7.
|
Fasilitas dalam rumah
|
WC dan kamar mandi.
|
8.
|
Sarana pembuangan sampah
|
Tempat sampah.
|
9.
|
Kondisi tempat pengelolaan makanan
|
Dapur basah dan dapur kering.
|
10.
|
Kondisi tempat penyimpanan makanan
|
Tertutup, bersih dan tidak berbau.
|
11.
|
Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
rumah tangga
|
Terdapat (SPAL) dan dalam keadaan
baik.
|
12.
|
Jumlah penghuni rumah
|
7 orang yang terdiri dari suami, anak
dan cucu.
|
13.
|
Keadaan hewan ternak
|
Dikandangkan.
|
14.
|
Jarak kandang dari rumah
|
>10 meter.
|
15.
|
Sumber air bersih
|
Sumur gali.
|
2.
Gizi Kesehatan Masyarakat.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Berapa kali makan dalam sehari
|
3 kali
|
2.
|
Jenis konsumsi makanan dalam sehari
|
Nasi, ikan, sayur/buah
|
3.
|
Bayi diberi ASI ekslusif
|
Iya
|
3.
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Mencuci tangan
|
Sebelum makan
|
2.
|
Pembuangan sarana kotoran manusia
|
WC dalam rumah
|
3.
|
Pembuangan sampah
|
Tempat sampah
|
4.
|
Pengelolaan air minum
|
Dimasak sebelum dikonsumsi
|
5.
|
Berapa kali mandi dalam sehari
|
2 kali sehari
|
b.
Nama responden :
Mirdan
Umur : 23 Tahun
Pekerjaan : Mahasiswa
Jenis kelamin : Laki-laki
1.
Kesehatan Lingkungan (Kesling).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Bangunan rumah
|
Keadaan baik dan permanen.
|
2.
|
Jenis lantai rumah
|
Kedap air dan mudah dibersihkan.
|
3.
|
Jenis dinding rumah
|
Kedap air dan mudah dibersihkan.
|
4.
|
Jenis atap rumah
|
Menggunakan seng.
|
5.
|
Kondisi plafon rumah
|
Baik, mudah dibersihkan dan tidak
rawan kecelakaan.
|
6.
|
Tingkat pencahayaan dan sirkulasi
udara
|
Sangat baik
|
7.
|
Fasilitas dalam rumah
|
WC dan kamar mandi.
|
8.
|
Sarana pembuangan sampah
|
Tempat sampah.
|
9.
|
Kondisi tempat pengelolaan makanan
|
Dapur kering.
|
10.
|
Kondisi tempat penyimpanan makanan
|
Tertutup, bersih dan tidak berbau.
|
11.
|
Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
rumah tangga
|
Terdapat (SPAL) dan dalam keadaan
baik.
|
12.
|
Jumlah penghuni rumah
|
3 orang.
|
13.
|
Keadaan hewan ternak
|
Tidak ada hewan ternak.
|
14.
|
Jarak kandang dari rumah
|
_
|
15.
|
Sumber air bersih
|
PDAM
|
2.
Gizi Kesehatan Masyarakat.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Berapa kali makan dalam sehari
|
3 kali
|
2.
|
Jenis konsumsi makanan dalam sehari
|
Nasi, ikan, sayur/buah
|
3.
|
Bayi diberi ASI ekslusif
|
_
|
3.
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Mencuci tangan
|
Sebelum makan
|
2.
|
Pembuangan sarana kotoran manusia
|
WC dalam rumah
|
3.
|
Pembuangan sampah
|
Tempat sampah
|
4.
|
Pengelolaan air minum
|
Dimasak sebelum dikonsumsi
|
5.
|
Berapa kali mandi dalam sehari
|
2 kali sehari
|
c.
Nama responden :
Ratih
Umur : 29 Tahun
Pekerjaan : Pedagang
Jenis
kelamin : Perempuan
1.
Kesehatan Lingkungan (Kesling).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Bangunan rumah
|
Semi permanen dan dalam keadaan jelek.
|
2.
|
Jenis lantai rumah
|
Tidak kedap air dan sulit dibersihkan.
|
3.
|
Jenis dinding rumah
|
Tidak kedap air dan sulit dibersihkan
|
4.
|
Jenis atap rumah
|
Menggunakan seng.
|
5.
|
Kondisi plafon rumah
|
Tidak memiliki plafon.
|
6.
|
Tingkat pencahayaan dan sirkulasi
udara
|
Baik.
|
7.
|
Fasilitas dalam rumah
|
WC dan kamar mandi.
|
8.
|
Sarana pembuangan sampah
|
Tempat sampah.
|
9.
|
Kondisi tempat pengelolaan makanan
|
Dapur kering.
|
10.
|
Kondisi tempat penyimpanan makanan
|
Tidak bersih dan berdebu karena tidak
memiliki lemari penyimpanan.
|
11.
|
Sarana pembuangan air limbah (SPAL)
rumah tangga
|
Ada, akan tetapi setelah pembuangan
itu terjadi penumpukan limbah disaluran pembuangan terakhir limbah tersebut.
|
12.
|
Jumlah penghuni rumah
|
3 orang.
|
13.
|
Keadaan hewan ternak
|
Tidak ada hewan ternak.
|
14.
|
Jarak kandang dari rumah
|
_
|
15.
|
Sumber air bersih
|
PDAM
|
2.
Gizi Kesehatan Masyarakat.
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Berapa kali makan dalam sehari
|
3 kali.
|
2.
|
Jenis konsumsi makanan dalam sehari
|
Nasi dan ikan.
|
3.
|
Bayi diberi ASI ekslusif
|
Iya.
|
3.
Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
No.
|
Jenis
Pengamatan
|
Keterangan
|
1.
|
Mencuci tangan
|
Sebelum makan
|
2.
|
Pembuangan sarana kotoran manusia
|
WC dalam rumah
|
3.
|
Pembuangan sampah
|
Tempat sampah
|
4.
|
Pengelolaan air minum
|
Dimasak sebelum dikonsumsi
|
5.
|
Berapa kali mandi dalam sehari
|
2 kali sehari
|
BAB V
PEMBAHASAN
5.1 Interpertasi Kualitatif
Lingkungan.
Lokasi
pengamatan bertempat di kawasan Pusat Rekreasi Keluarga Pantai Talise Kelurahan
Talise Kecamatan Palu Timur yang di fokuskan di aliran sungai yang membentangi
kawasan tersebut. Sungai yang kami amati tersebut sebagian besar merupakan
sungai yang dijadikan tempat pembuangan limbah rumah tangga dan banyak sampah
yang berserakan menjadikan sungai ini tampak kumuh dan kotor. Kondisi sungai
yang kami amati tampak bahwa lebar keringnya lebih besar dari lebar basahnya.
Ini dimungkinkan karena sungai ini
biasanya mengalami banjir musiman, yang tentunya volume air yang
melimpah akan mengakibatkan erosi disepanjang aliran sungai yang tampak jika banjir telah usai, ditambah lagi
dengan adanya proses sedimentasi batu dan pasir yang berasal dari hulu yang
diangkut oleh aliran sungai selama berlangsungnya banjir. Lebar kering yaitu
daerah keseluruhan aliran sungai dan lebar basah yaitu daerah yang daliri oleh
air. Semakin besar lebar basah sungai maka daya serap air semakin tinggi
sedangkan semakin kecil lebar basah sungai maka daya serap air semakin rendah.
Di
sepanjang aliran sungai juga didapatkan adanya pecahan-pecahan sungai
(anak–anak sungai) yang diakibatkan oleh ketidakteraturan tekstur sungai akibat
erosi. Tekstur pinggiran sungai yang berbatu-batu cukup menyulitkan terhadap
tiap aktivitas yang dilakukan di pinggiran sungai, demikian halnya dengan
aktivitas pengamatan yang kami lakukan.
Untuk
kawasan pantai kelurahan Talise, kami dapatkan bahwa tingkat abrasinya masih
cukup rendah, dikarenakan gelombang yang datang tidak terlalu besar, mengingat
kawasan ini masih berada dalam daerah teluk Palu yang secara fisis mereduksi
energi gelombang yang datang, yang tentunya akan berbeda jika seandainya
kawasan ini berada di daerah yang berhadapan frontal dengan laut lepas.
Sedangkan untuk tingkat sedimentasi di daerah pantai (muara sungai) cukup
tinggi, yang dapat di lihat dengan endapan lumpur yang cukup tinggi (setara
dengan daratan disekitarnya).
Pada
pengamatan sepanjang pantai Talise terlihat banyaknya sampah yang berserakan
hasil aktivitas manusia disepanjang pantai. Sampah-sampah tersebut menjadikan
tempat rekreasi ini menjadi kotor dan kumuh, akan tetapi pemerintah sudah
berupaya mengatasi masalah ini, dapat dilihat adanya tempat sampah umum serta
truk pengangkut sampah yang terlihat.
5.2 Sejarah, Demografi dan
Kependudukan Wilayah Lingkungan
Palu,
sebuah kota yang terletak di Provinsi Sulawesi Tengah ini ternyata banyak
menyimpan wisata yang mengagumkan. Salah satunya Pantai Talise. Pantai yang
terletak di Jalan Rajamoili dan Jalan Cut Mutia, Kecamatan Palu Timur, Provinsi
Sulawesi Tengah ini merupakan salah satu tempat tujuan wisata di kota Palu.
Pantai Talise sendiri diambil dari sebuah kata dalam bahasa Kaili yang berarti
Ketapang. Menurut masyarakat sekitar, dahulu kala banyak terdapat pohon
ketapang di pantai ini. Oleh karena itu pantai ini lalu diberi nama Pantai
Talise (Pantai Ketapang).
Dulunya
pantai ini bukan tempat rekreasi. Banyak sekali pantai yang memang disediakan
untuk rekreasi di Palu dilengkapi dengan fasilitas sebagaimana mestinya sebuah
tempat wisata, Nicky beach, Tumbelaka, dan lainnya. Namun pantai ini belakangan
jadi perhatian dan digemari. Banyak yang datang untuk liburan, berenang, bahkan
terapi dengan sekedar berjalan-jalan di bebatuan bibir pantai ataupun berenang.
Dari
segi demografi, berdasarkan hasil registrasi sensus penduduk Badan Pusat
Statistik (BPS) Propinsi Sulawesi Tengah tahun 2011, jumlah penduduk (populasi)
di Kelurahan Talise Kecamatan Palu Timur adalah 20.776 jiwa yang terdiri dari
laki-laki sebanyak 7.876 jiwa dan perempuan sebanyak 12.900 jiwa, dengan laju
pertumbuhan penduduk (2000-2011) sebesar 1,46 persen. Sedangkan dari sisi
ketenagakerjaan, terjadi peningkatan dalam sektor perdagangan, hal ini terlihat
adanya banyaknya lapak-lapak disepanjang pantai yang menjadikan pantai ini
sebagai salah satu pusat rekreasi keluarga di Kota Palu.
5.3 Karakteristik Sifat Fisik-Kimia
Air (Organoleptik dan pH)
Air
merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga
perlu dilindungi agar dapat tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia
serta makhluk hidup lainnya. Hal ini berarti bahwa pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan generasi sekarang dan mendatang. Agar air dapat bermanfaat
secara berkelanjutan dengan tingkat mutu yang diinginkan, maka pengendalian
pencemaran air menjadi sangat penting. Pengendalian pencemaran air merupakan
salah satu segi pengelolaan lingkungan hidup.
Dalam
pengamatan kami terhadap kualitas air di kelurahan Talise, lebih difokuskan
kepada pengamatan terhadap kualitas air sungai, mengingat air sungai merupakan
salah satu parameter yang baik digunakan untuk menilai kualitas air secara
keseluruhan dan air sumur yang terdapat dirumah warga.
Secara
organoleptik air sungai maupun air sumur dapat digunakan akan tetapi secara
ilmiah belum dapat dipastikan karena masih melalui penelitian yang akurat.
Pada
hasil pengukuran pH yang dilakukan dengan mengambil sampel di sumur warga.
Untuk sampel pertama diperoleh nilai pH 7,5, sehingga dapat kita tarik
kesimpulan bahwa pada titik tersebut mikroorganisme dapat bertahan hidup. Pada
sampel kedua, diperoleh nilai pH 5,0, hal tersebut juga memungkinkan untuk
mikroorganisme dapat bertahan hidup. Pada sampel ketiga diperoleh pH 6,5,hal
juga masih memungkinkan untuk organisme dapat bertahan hidup. Kebanyakan
mikroorganisme tidak dapat bertahan hidup pada pH diatas 9,5 atau di bawah 4,0.
Umumnya pH optimum untuk pertumbuhan bakteri berkisar 6,5 – 7,5.
Selain
itu tingkat kekeruhan air sungai Talise belum terlalu tinggi (airnya masih
cukup jernih). Ini lebih dikarenakan pengamatan yang kami laksanakan bukanlah
pada musim hujan (curah hujan yang tinggi akan mengakibatkan erosi di hulu
sungai yang akan mempengaruhi kekeruhan air sungai).
5.4 Populasi, Komunitas dan
Ekosistem.
Secara
umum, tumbuhan yang hidup di sekitar sungai Talise meliputi pohon biduri (Calotropis giganteae),
pohon kelapa (Cocus nicefera), pohon kayu jawa (Lanea coromandelica), sukun
(Artocarpus communis), pohon
pisang (Musa paradisiaca), bambu
(Bambusa sp.), lamtoro
(Laucaena glauca), johar (Casia seamea) dan berbagai jenis
rerumputan. Berdasarkan pengamatan
dapat diketahui bahwa tumbuhan yang memiliki kerapatan terbesar adalah Rumput (Paspalum sp.) dengan kerapatan
berkisar antara 25 – 30%.
Keanekaragaman fauna di Sungai Talise berkisar 5 hewan yaitu
burung (Passer montanus), kupu-kupu
(Parantica maladensis), sapi (Bos taurus), belalang (Valanga sp) dan termasuk jenis hewan
ternak yang diusahakan oleh penduduk.
5.5 Sosial Budaya
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka pendidikan
memegang peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa yang tidak dapat
dilepaskan dari proses kehidupan masyarakat. Selain itu penanganan dalam bidang
kesehatan menjadi sangat penting dalam rangka peningkatan kualitas kehidupan
masyarakat. Untuk mencapai tujuan tersebut
diperlukan penanganan yang sistematis dan memerlukan tenaga-tenaga yang
memiliki pengetahuan dan keterampilan serta sarana prasarana yang memadai.
Untuk kelurahan Talise khususnya di kawasan pantai Talise
sendiri, sarana pendidikan belum memadai. Untuk sarana pendidikan di daerah ini
yaitu dari jenjang paling rendah yaitu SD
2 buah dan SMK 1 buah bangunan. Dalam hal penyediaan fasilitas kesehatan di
Kelurahan Talise sudah cukup memadai. Fasilitas kesehatan yang ada di Talise
antara lain terdapat 1 Puskesmas, dan 1 rumah sakit. Untuk kependudukan
masyarakat Talise ini dalam tatanan adat istiadatnya sudah semakin hilang
akibat pengaruh perkembangan zaman dan era globalisasi.
Di daerah Kawasan Pantai Talise ini sebagian besar penduduk
bersuku kaili dan sebagian lainnya merupakan masyarakat pendatang yang bersuku
bugis, jawa dan ambon. Selain itu sarana-sarana yang ada sudah cukup banyak dan
cukup memadai, misalnya untuk sarana peribadatan, karena di daerah Talise ini
mayoritas penduduknya beragama Islam, sehingga sarana peribadatan yang banyak
dijumpai adalah mesjid.
5.6 Sosial Ekonomi
Berwirausaha adalah merupakan salah satu sektor ekonomi yang
diharapkan akan dapat bertahan dalam situasi ekonomi yang kurang menguntungkan,
karena sektor ini pada umunya relatif kecil dipengaruhi oleh faktor luar yang
dapat berakibat memburuknya produksi. Adapun aspek wirausaha masyarakat
kelurahan Talise khususnya kawasan pantai Talise yaitu membuka jasa kecantikan,
menjual jagung bakar, minuman, membuka cafe, kacang rebus dan berbagai kuliner
lainnya.
Di samping sub sektor wirausaha, sektor perikanan dan
peternakan juga tidak lepas dari perhatian masyarakat Talise untuk tetap
mempertahankan dan bahkan untuk mengembangkannya menjadi lebih baik dan
selebihnya bekerja sebagai PNS.
5.7 Kesehatan Masyarakat.
5.7.1 Kesehatan Lingkungan.
Secara umum, bangunan rumah penduduk yang terdapat di Kelurahan
Talise merupakan rumah permanen, dengan dinding rumah yang telah diplester
sehingga dapat mengurangi debu yang dapat menurunkan kualitas kesehatan
keluarga yang terdapat dalam rumah yang bersangkutan. Namun demikian,
kebanyakan rumah-rumah tersebut sudah memiliki plafon sehingga tidak terjadi masalah penyakit
terkait dengan debu-debu yang tersebar di dalam rumah. Secara umum, rumah-rumah
yang terdapat di kelurahan Talise sudah memiliki fasilitas WC dan kamar mandi
dalam rumah dan tidak memiliki kamar mandi dan WC/jamban di satukan dengan
tempat cuci piring, yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan bagi orang yang
sedang BAB (buang air besar) dan orang-orang
yang berada di sekitarnya karena jamban/WC tidak memiliki dinding perantara
,yang bisa mengakibatkan vektor -vektor penyakit lebih cepat berkembang misalnya nyamuk dan
lalat.
Beberapa sampel rumah
yang dikunjungi memiliki tempat
pembuangan sampah yang terdapat diluar rumah dan adanya petugas pengangkut sampah 2 kali
seminggu.
Tempat penyimpanan makanan di beberapa rumah umumnya sudah
efisien, karena makanannya disimpan dalam lemari dan sebagian makanannya
biasanya disimpan di meja tetapi menggunakan penutup yang tidak bisa dimasuki
oleh vektor-vektor penyakit yang bisaa mengganggu kesehatan bagi orang-orang yang berada dirumah tersebut.
Rumah-rumah tersebut sudah memiliki pembuangan air limbah (SPAL) yang mana
pembuangan air limbah secara beraturan
dan tidak menumpuk di belakang rumah tidak akan mengakibatkan
bermacam-macam jenis penyakit seperti Diare dan DBD.
Kapasitas rumah pertama sampai ke tiga sudah sesuai besar
rumah dan kapasitas orang yang tinggal dirumah itu dan terdapat beberapa tenaga medis di kelurahan Talise yaitu dokter,
bidan dan mantri.
5.7.2 Gizi Kesehatan Masyarakat.
Masyarakat kelurahan Talise sudah melakukan pola hidup yang
sehat dengan asupan gizi yang sesuai untuk tubuh. Menurut hasil wawancara kami
di tiga rumah, mereka makan 3 kali sehari dengan nasi, ikan, sayur dan buah.
Selain itu bagi para ibu yang sedang menyusui, mereka memberikan ASI ekslusif
selama 6 bulan atau lebih, yang dapat membantu proses tumbuh kembang bayi
secara optimal.
5.7.3 Pola Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang
menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya.
Masyarakat kelurahan Talise khususnya di kawasan pantai
Talise umumnya sudah melakukan perilaku pola hidup bersih dan sehat.
Berdasarkan wawancara kami dari para warga sekitar, mereka mencucui tangan
terlebih dahulu setelah makan, hal ini dapat menghambat vektor-vektor penyakit
yang bisa mengganggu kesehatan.
Masyarakat kelurahan Talise khususnya di kawasan pantai
Talise umumnya sudah mempunyai WC dalam rumah sebagai sarana pembuangan kotoran
manusia dan tempat sampah tersendiri yang berada diluar rumah, hal ini dapat
menghambat berbagai vektor-vektor yang disebabkan oleh lingkungan yang kotor
didalam rumah.
Pengelolaan air minum pada masyarakat kelurahan Talise yaitu
dengan cara dimasak terlebih dahulu, hal ini meminimalisir masuknya bakteri
didalam tubuh yang disebabkan mengonsumsi air yang mentah.
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI SERTA
ARAH PENGELOLAAN LINGKUNGAN
6.1 Kesimpulan.
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian Kajian
Lingkungan Hidup ini adalah sebagai berikut :
1. Kelurahan Talise khususnya kawasan
pantai Talise termasuk daerah yang cukup subur, bebagai macam jenis tumbuhan
terdapat disana. Kondisi lahan/tanah lokasi penelitian ini, secara umum cukup
baik.
2.
Kelurahan
Talise berpenduduk mayoritas suku Kaili, beragama mayoritas Islam serta
mayoritas mata pencaharian penduduknya adalah sektor wirausaha barang dan jasa
dan perikanan dengan taraf hidup masyarakat yang secara rata-rata dapat
dikatakan cukup sejahtera.
3. Kelurahan Talise mempunyai sungai
yang merupakan sungai yang mengalir sepanjang tahun dan kondisinya saat ini
masih cukup stabil.
4.
Temperatur
rata-rata di kawasan pantai Talise berkisar antara 30°C – 40°C.
5.
Air
sungai dikelurahan Talise secara organoleptik dapat dikatakan baik dan dapat
dikonsumsi.
6.2
Rekomendasi serta Arah Pengelolaan Lingkungan.
Adapun rekomendasi serta arah
pengelolaan lingkungan yang dapat saya ambil dari penelitian Kajian Lingkungan
Hidup ini adalah sebagai berikut :
1. Pengelolaan yang berkaitan dengan
kondisi ekosistem sebaiknya dapat dilakukakn dengan mekanisme yang lebih baik.
2.
Kesadaran
dari masyarakat akan arti dari lingkungan hidup harus lebih disosialisasikan
lagi, karena dari hasil pengamatan yang dilakukan di kawasan pantai Talise
sudah terdapat tempat sampah umum yang disediakan oleh pemerintah kota, akan
tetapi fakta yang ditemukan masih banyaknya sampah yang berserakan
mengakibatkan tempat wisata ini terkesan kotor dan kumuh.
3. Hendaknya laporan penelitian seperti
ini lebih dimanfaatkan. Maksudnya, jangan hanya sekedar sebagai sumber nilai
dari penyusunnnya tapi laporan penelitian seperti ini dapat menjadi sumber ilmu
pengetahuan baik untuk sesama mahasiswa maupun masyarakat.
DAFTAR PUSTAKA
Adhy. 2011. Gizi dan Kesehatan Masyarakat Indonesia (http://adhy151.blogspot.com/search/label/MAU%20SEHAT%20BACA%20INI). Diakses pada tanggal 20 Juni 2013.
Dinas Kelautan dan Perikanan. 2011. Data Demografi dan Kependudukan Kelurahan
Talise Kecamatan Palu Timur (http://www.dkp.sulteng.go.id/v2/index.php?option=com_content&view=article&id=72&Itemid=88). Diakses pada tanggal 20 Juni 2013.
Ezzat. 2011. Perilaku Masyarakat Dalam Perubahan Sosial Budaya diera Global
(http://gadodabis.blogspot.com/2011/09). Diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
Fardiansyah, Roni.
2013. Perubahan Sosial Budaya (http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01).
Diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
Kurnia, Tiruli. 2012. Perubahan Sosial Dalam Masyarakat (http://kurnia-geografi.blogspot.com/2012/08).
Diakses tanggal 19 Juni 2013.
Pandukawula. 2011. Sosial Budaya dan Masyarakat (http://pandukawula.blogspot.com/2011/10).
Diakses pada tanggal 19 Juni 2013.
Sabri, Muhamamad, dkk. 2007. Laporan Kajian Lingkungan Hidup dan
Pemukiman. Jurusan Matematika – MIPA UNTAD. Palu.
Simbolon, Rohan. 2010. Obyek Wisata Kota Palu Pantai Talise
(http://www.utiket.com/id/obyek-wisata/palu/183-pantai_talise.html) Diaskses
pada tanggal 20 Juni 2013.
Tim
pengajar Kajian Lingkungan Hidup – FMIPA. 2010. Modul Praktikum Lapangan Kajian Lingkungan Hidup. Jurusan
Kimia, Fisika, Biologi dan Matematika Fakultas MIPA UNTAD.