BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian
klasik, embriologi mencakup yaitu progenase, embriogenase, dan organogenase.
Cakupan diatas mengingatkan pengertian embriologi dalam artian yang sempit yang
hanya mempelajari perkembangan embrio pralahir dalam rahim induk. Namun emberio
ini dalan arti yang dikatakan luas meliputi perkembangan embrio pralahir dan
perkembangan pasca lahir atau partus, karena perkembangan mahluk adalah
berkelanjutan. Progenase adalah periodenya dari perkembangan embrio atau sel
kelamin dahulu sampai kedua sel kelamin tersebut menyatu padu dan menjadi zigot
proses progenase ini disebut dengan progenesis. Blastogenase meliputi
perkembangan zigot menjadi orulasi, blatulasi dan grastulasi serta prosesnya
masing-masing ini disebut seperti diatas. Perkembangan embrio dalam atri lebih
luas berupa bagaimana ovum dan sperma diproduksi
Hal yang paling
mendasar dari penyusunan laporan praktikum ini yaitu meningkatkan pemahaman
kita semua tentang embriologi dan objek-objek yang meliputinya. Seperti yang
kita ketahui, embriologi adalah salah satu cabang ilmu biologi yang mempelajari
tentang perkembangan embrio dalam tubuh makhluk hidup. Mungkin ini definisi
yang tidak terlalu spesifik tentang mata kuliah ini. Akan tetapi, pengertian
ini bisa memberikan gambaran kepada kita semua tentang apa itu embriologi yang
sebenarnya.
Praktikum kali ini
ditujukan untuk mengetahui dan mengenal proses embrio pada telur ayam.
Perkembangan embrio pada tubuh hewan berfariasi dan melewati beberapa fase
hingga menjadi individu baru. Oleh karena itu, dalam praktikum kali ini akan
dibahas tentang perkembangan embrio pada telur ayam.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini
yaitu untuk mempelajari bentuk dan struktur embrio ayam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Layaknya
seorang bayi dalam perut ibunya, embrio anak ayam dalam telur juga mengalami
perkembangan yang signifikan dari hari ke hari.
Embrio di dalam telur sebagai awal mula kehidupan seekor anak ayam
ternyata memiliki keunikan pertumbuhan
di dalamnya. Pengetahuan tentang perkembangan embrio di dalam telur perlu
diketahui di Hatchery namun tidak ada salahnya jika kita sebagai mahasiswa
biologi turut serta mengetahuinya. Secara umum embrio telur ayam mengalami
perkembangan dari hari ke hari yang dimulai dengan asal mula lempengan embrio
pada tahap blastodermal (Hardi, 1993).
Pada
hari pertama ini Nampak ada rongga segmentasi yang berada di bawah area
pelusida, terdapat cincin yang berwarna lebih gelap dari sekitarnya. Hari ke
dua jalur pertama pada pusat blastoderm mulai muncul, membran vitelum mulai
muncul yang merupakan organ yang berperan dalam penutrisi makanan embrio. Hari
ketiga embrio telah berada disisi kiri dan mulai muncul system peredaran darah,
struktur jantung sudah mulai nampak berdenyut. Hari keempat rongga amniotik
mulai berkembang mengelilingi embrio yang berisi cairan amniotik yang berfungsi
untuk melindungi embrio dan memperbolehkan embrio bergerak. Nampak pula
tunas-tunas anggota badan yang akan berkembang seperti tunas anggota badan
bagian depan dan tunas badan bagian belakang. Hari kelima, embrio mengalami
peningkatan ukuran dan mulai membentuk huruf C dengan kata lain calon bakal
kepala bergerak mendekati ekor (Kimbal, 1992).
Hari
keenam, membrane vitellum terus berkembang dan mengelilingi dari separuh kuning
telur. Fissure ada di antara jari kesatu, kedua dan ketiga dari anggota badan
bagian atas dan antara jari kedua dan ketiga anggota badan bagian bawah, jari
kedua lebih panjang dari jari yang lain. Pada hari ketujuh nampak cairan yang
makin mengencer dan di bagian leher sehingga menampakkan perpisahan antara
bagian kepala dan bagian badan, terjadi pembentukan paruh dan nampak pula otak
pada bagian kepala yang ukurannya lebih kecil di bandingkan dengan embrio
(Kimbal, 1992).
Hari kedelapan, membran vitellum menyelimuti
(menutupi) hampir seluruh kuning telur. Pigmentasi pada mata mulai nampak.
Bagian paruh atas dan bagian bawah mulai terpisah, demikian juga dengan sayap
dan kaki. Leher merenggang dan otak telah berada di dalam rongga kepala serta
terjadi pembukaan indra pendengar bagian luar. Hari kesembilan kuku mulai
nampak, mulai tumbuh folikel bulu pertama. Alantois mulai berkembang dan
meningkatnya pembuluh darah pada vitellus. Hari kesepuluh lubang hidung masih
sempit, terjadi pertumbuhan kelopak mata, perluasan bagian distal anggota
badan. Membran vitellum mengelilingi kuning telur dengan sempurna. Folikel bulu
mulai menutup bagian bawah anggota badan dan patuk paruh mulai nampak. Hari
kesebelas lubang palpebran memiliki bentuk elips yang cenderung menjadi encer.
Alantois mencapai ukuran maksimal, sedangkan vitellus semakin menyusut dan
embrio sudah nampak seperti anak ayam (Kimbal, 1992).
Hari keduabelas folikel bulu mengelilingi
bagian luar indra pendengar meatus dan menutupi kelopak mata bagian atas,
kelopak mata bagian bawah menutupi 2/3 atau bahkan ¼ bagian kornea. Hari ke 13
sisik dan cakar sudah mulai tampak jelas, hari ke 14 punggung telah tampak
meringkuk atau melengkung sementara bulu hamper menutupi seluruh tubuhnya. Hari
ke 15 biasanya kepala embrio sudah mengarah ke bagian tumpul bagian telur, hari ke 16 embrio sudah
mengambil posisi yang baik di dalam kerabang. Sisik, cakar dan paruh sudah
mengeras. Pada hari ke 17 paruh embrio sudah mengarah ke kantung udara, pada
hari ke 18 embrio yang sudah tampak jelas seperti ayam akan mempersiapkan diri
untuk menetas. Jari kaki, sayap dan bulunya sudah berkembang dengan baik (Aspan, 2009).
Pada hari ke 19 biasanya paru ayam sudah
siap mematuk dan menusuk selaput kerabang dalam. Sedangkan pada hari ke 20
kantung kuning telur sudah masuk seluruhnya kedalam rongga perut Pada hari
kedua puluh ini terjadi serangkaian proses penetasan yang dimulai dengan
kerabang mulai terbuka. Untuk membuka kerabang ini, ayam menggunakan paruhnya
dengan cara mematuk. Semakin lama, kerabang akan semakin besar membuka,
sehingga ayam dapat bernafas. Pada saat ini kelembaban sangat penting agar
pengeringan selaput kerabang dan penempelan perut pada kerabang dapat dicegah.
Selanjutnya ayam memutar tubuhnya dengan bantuan dorongan kakinya. Dengan
bantuan sayapnya, keadaan pecahnya kerabang semakin besar (Tienwati, 2001).
BAB
III
METODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini
adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Kamis, 18 April 2013
Pukul : 13.30 WITA - selesai
Tempat : Laboratorium Biodiversity
Jurusan Biologi FMIPA
UNTAD
3.2
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam ini
adalah sebagai berikut :
- Alat
:
a. 1
set alat bedah
b. Cawan
petri
c. Pensil
- Bahan
:
a. Telur
ayam umur 1 hari
b. Telur
ayam umur 3 hari
c. Telur
ayam umur 5 hari
d. Telur
ayam umur 7 hari
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur
kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.
Mengambil telur ayam yang telah di inkubasi
selama 1, 3, 5, dan 7 hari
2.
Melingkari tempat embrio yang akan di buka
pada telur dengan pensil
3.
Menusukkan bagian yang tumpul sehingga udara
keluar diatas cawan petri
4.
Melakukan kegiatan ke 3 di atas cawan petri
5.
Menusukkan kulit telur yang telah ditandai
dengan menggunakan pinset kemudian mengangkatnya
6.
Mengamati perbedaan dari telur yang di
inkubasi selama 1, 3, 5, dan 7 hari
tersebut.
BAB IV
HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan
yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
|
Gambar
|
Literatur
|
Keterangan
|
1.
|
1
Umur 1 hari
|
|
1.
Rongga segmentasi
|
2.
|
1
2
3
4
5
Umur 3 hari
|
|
1.
Chorion
2.
Pembentukan
jantung
3.
Tunas kepala
4.
Pembuluh saraf
5.
Bagian
belakang embrio
|
3.
|
1
2
3
4
5
Umur 5 hari
|
|
1.
Tunas kepala
2.
Mata
3.
Bagian bawah
embrio
4.
Tali pusar
5.
Kantong
alantois
|
5.
|
1
|
|
1.
Embrio telah
terbentuk sempurna yang berbentuk C
|
4.2 Pembahasan
Embrio anak ayam dalam
telur juga mengalami perkembangan yang signifikan dari hari kehari.
Perkembangan embrio ayam terjadi di luar
tubuh induknya selama 21 hari dengan
masa inkubasi 40°C.
Dalam perkembangannya,
embrio dibantu oleh kuning telur (vitellus), amnion, alantois dan
chorion. Amnion adalah selaput yang menyelubungi embrio, berfungsi sebagai
bantal atau sebagai bagian pengaman pertama pada pembuahan agar vitellus tetap
berada di tempatnya, selain itu chalaza juga membantu amnion agar kuning telur
dapat tepat berada di tengah-tengah lapisan putih telur.
Alantois berfungsi
untuk mengedarkan zat-zat makanan ke embrio, organ respirasi dan pembuangan
sisa metabolisme. Selain itu juga terdapat chorion yang merupakan selaput
ekstra embrionik paling luar. Chorion bersama- sama dengan alantois berfungsi
membantu di dalam pertukaran gas dan air. Sedangkan telur yang digunakan yaitu
telur yang berumur 1 hari, 3 hari, 5 hari dan 7 hari.
Pada hari pertama
nampak terdapat rongga segmentasi yang
berada di bawah area pelusida, terdapat cincin yang berwarna lebih gelap dari
sekitarnya, inilah awal dari perkembangan embrio ayam.
Berdasarkan hasil
pengamatan yang telah dilakukan, bahwa perkembangan embrio pada hari ke 3 telah
memperlihatkan adanya pembuluh darah, dan
pembentukan tunas kepala. Pada hari ke 5 telur tersebut telah
menunjukkan adanya pembuluh darah yang lebih jelas, pembentukan tunas, serta
pembentukan jantung. Sedangkan pada hari ke 7 embrio telah berbentuk C dan
memperlihatkan bentuk mata, jantung, system peredaran darah serta organ tubuh
yang lengkap.
Pada hari ke 3 embrio telah memperlihatkan bagian
belakang embrio, pembuluh syaraf, tunas kepala, serta pembentukan jantung apabila dibandingkan
dengan literatur pada hari ke 3 embrio berada sisi kiri, dikelilingi oleh
system peredaran darah, membran vitelin menyebar diatas permukaan kuning telur,
kepala dan badan dapat dibedakan. Hal ini sesuai dengan literatur Aspan (2009),
yang menyatakan bahwa pada umur telur 3 hari embrio telah memperlihatkan bagian
belakang embrio, pembuluh syaraf, tunas kepala, serta pembentukan jantung.
Apabila dibandingkan dengan literatur Tienwati
(2001), pada hari ke 5 embrio berada di
sisi kiri, dan mulai muncul sistem peredaran darah. Jantung sudah mulai
berdenyut. Dapat dilihat gelembung bening, kantung amnion, dan awal
perkembangan alantois. Gelembung-gelembung bening tersebut nantinya akan
menjadi otak. Sementara kantong amnion yang berisi cairan warna putih berfungsi
melindungi embrio dari goncangan dan membuat embrio bergerak bebas. Sedangkan
yang diamati menggunakan secara langsung
pada hari ke 5 sesuai dengan literatur dengan adanya denyut
jantung pada embrio ayam.
Pada hari ke 7, ekor
dan kepala embrio sudah berdekatan sehingga tampak seperti huruf C, sedangkan
yang di amati ekor dan kepala sudah terbentuk dan saling berdekatan. Pada hari
ke 7, paruhnya sudah tampak secara sempurna. Pada hasil pengamatan yang kami
amati tidak sesuai literatur Aspan
(2009), dengan adanya berbentuk huruf C memperlihatkan mata, jantung dan sistem
peredaran darah, vitellum, serta jantungnya tidak berdetak, sedangkan pada
pengamatan yang dilakukan seluruh organ dari embrio ayam sudah terlihat lengkap
dan sempurna yang menandakan siap untuk menetas serta jantungnya berdetak. Penyebab
dari hal ini kemungkinan karena kesalahan pengambilan telur yang seharusnya
telur 7 hari tetapi yang diambil telur yang berumur 20 hari yang siap untuk
menetas.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan
maka dapat ditarik kesimpulan yaitu tahap-tahap perkembangan embrio yang
praktikan amati yaitu pada inkubasi 1 hari nampak terdapat rongga segmentasi yang berada di bawah area
pelusida. Umur inkubasi 3 hari , dimana pada hari tersebut embrio ayam sudah
mulai kelihatan berkembang. Adanya kantung amnion dan alantois yang berwarna
merah. Umur inkubasi 5 hari, embrio tersebut sudah mengalami proses organogenesis,
yaitu dimana bentuk dari tubuh embrio tersebut sudah kelihatan. Terdapat bintik
hitam yang ada ditengah-tengah embrio merupakan mata dari anak ayam tersebut.
Sedangkan, untuk amnion dan alantoisnya sudah kelihatan sangat jelas. Umur
inkubasi 7 hari, Proses pembentukan sistem organ pada embrio ayam sudah
lengkap.
5.2 Saran
Adapun saran untuk
kedepannya sebaiknya berhati-hati menusuk kulit telur dan membukanya. Jangan
sampai merusak selaput yang membungkus embrio tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Aspan, 2009, Embriogenesis, (http://www.id.wikipedia.org/), Diakses pada tanggal
18 April 2013.
Hardi Susilo,. Dkk, 1993, Struktur dan Perkembangan Hewan, Fakultas Biologi UGM, Yogyakarta.
Kimball, John W, 1992, Biology, Addison-Wesley
Publishing Company, Inc., New.
Tienwati, 2001, Biologi Jilid 2. Erlangga, Jakarta
Tim Dosen Penyusun,
2012, Penuntun Praktikum Embriologi, Unversitas Tadulako, Palu.