BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Secara tidak disadari pengetahuan geologi sudah
diterapkan sejak zaman prasejarah. Bahkan manusia terdahulu sudah mengetahui
macam-macam batuan yang baik bagi bahan baku dan senjata serta mengetahui
dimana mereka bisa mendapatkannya atau mencarinya. Selanjutnya manusia ingin
mengetahui tentang alam sekitarnya, adanya gunung api, bentang alam, perbukitan
dan lembah-lembah. Terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, gunung api dan
bencana alam lainnya yang mendorong manusia untuk mempelajarinya. Kerak bumi
terdiri dari beraneka jenis batuan. Tiap-tiap batuan ini berbeda dari yang
lainnya, baik jenis, bentuk, warna, kadar air, proses terjadinya, maupun
kekuatannya menahan longsor. Bagi ahli-ahli geologi yang mengkaji kandungan dan
perkembangan bumi secara fisika, pengetahuan tentang batuan ini sangatlah
penting. Begitu juga bagi ahli-ahli Geografi. Mereka perlu mempunyai
pengetahuan tentang jenis batuan-batuan
yang biasa terdapat dan juga hubungannya dengan rupa bumi. Batuan adalah
sejenis bahan yang terdiri dari mineral dan dapat dikelaskan menurut komposisi
mineralnya. Pengelompokkan ini dibuat berdasarkan bagian luar bumi yang
tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar
daripada bagian daratan. Akan tetapi, karena daratan adalah bagian dari kulit
bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat
kita ketahui dengan cepat dan jelas.
Karena belum tersedia sarana laboratorium di
Universitas sedangkan obyek geologi di Sulawesi Tengah sangat menarik untuk
dikaji sekaligus menerapkan konsep-konsep geologi yang dipelajari secara
teoritis dikelas mendorong upaya lebih
efektif dalam proses pembelajaran kuliah geologi pada program studi Biologi fakultas MIPA
Universitas Tadulako untuk melaksanakan kegiatan kuliah geologi lapangan.
1.2 Tujuan
Pengamatan terhadap obyak geologi berupa batuan tanah,
morfologi, pola aliran sungai, jenis struktur geologi yang merupakan satu
satuan dari singkapan geologi dilapangan guna menghasilkan kajian yang
komprehensif terhadap proses yang terjadi dialam kaitannya dengan permasalahan
geologi setempat.
1.3 Manfaat
Adapaun manfaat dari praktikum lapangan geologi serta pembuatan
laporan yaitu untuk mengetahui obyek-obyek di Sulawesi Tengah khususnya di
daerah Vatutela guna menghasilkan kajian yang komprehensif dan untuk menambah
pengetahuan khususnya bagi mahasiswa khususnya jurusan Biologi fakultas MIPA
mengenai kajian dari obyek geologi.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Petrologi
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada
studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan
dengan tiga tipe batuan beku, metamorf dan sedimen.
1. Petrologi
batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan
seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma).
Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
2. Petrologi
batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan
seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen
terikat dengan matrik atau material lebih halus).
3. Petrologi
batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf
(batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen
atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur
dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya)
Petrologi
memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis
kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern
juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan
dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk
lebih mengerti asal batuan.
2.2
Geomorfologi
Geomorfologi
merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang
membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah
bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang
alam, dan memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakan kombinasi
pengamatan lapangan, percobaan dan modeling.
2.3
Struktur Geologi
Struktur geologi
adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya
yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
Struktur geologi
mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi,
metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi
batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik,
lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat
dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi,
untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih
formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi
dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur
internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.
2.4
Geologi Lembah Palu
Palu adalah
sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.
Secara astronomis Kota Palu terletak antara 0°36' - 0°56' Lintang Selatan dan
119°45' - 121°1' Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Katulistiwa dengan
ketinggian 0 - 700 meter dari permukaan laut.
Lembah Palu-Lembah
Koro dengan panjang kurang lebih 250 kilometer adalah merupakan pencerminan
Patahan Palu-Koro yang bergerak mendatar sinistral (strike slip fault).
Kecepatan pergerakan diperkirakan sebesar 2-3,5 mm sampai 14-17 mm setahun dan
seluruhnya mencapai 3.250 m. Dari pengaruhnya terhadap endapan aluvium berumur
Kwarter dapat diketahui bahwa patahan ini aktif.
Pergerakan tegak
diketahui pula terjadi di beberapa tempat yang disebabkan pembelokan pada arah
bidang patahan sehingga menimbulkan gaya tarikan. Terban dapat terjadi dan
menghasilkan pembentukan lembah yang lebar seperti Lembah Palu.
BAB III
MATODOLOGI
3.1
Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan
tempat pelaksanaan praktikum lapangan ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal : Minggu, 25 November
2012
Pukul : 08.00
WITA s/d selesai
Tempat : Daerah
Vatutela, Kelurahan Tondo
Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah.
3.2
Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum
lapangan ini adalah sebagai berikut :
1. Kompas
dan palu geologi
2. Lup
3. Buku
catatan lapangan
4. GPS
5. Peta
topografi
6. Kamera
3.3
Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum
ini yaitu sebagai berikut :
1. Sistem
Navigasi Darat.
Digunakan dalam penentuan posisi
darat. Menggunakan peta dasar (peta topografi), GPS dan kompas.
2. Pengamatan
Singkapan/Obyek Geologi.
Kenampakan morfologi, secara umum
digunakan aspek relief yang menilai dua hal yaitu sudut lereng (kemiringan) dan
beda tinggi tempat.
3. Pola
Aliran Sungai.
Mengamati jenis dan pola aliran
sungai.
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan
yang diperoleh pada praktikum lapangan ini adalah sebagai berikut :
A.
Posisi
Awal
Posisi : 50° 45' LS dan 119° 55' 23'' BT. 80° arah timur.
Relief : Miring landai
Sudut lereng : 3% - 7%
Beda tinggi : 5 meter – 50 meter
B.
Stasiun
I
·
Posisi :
0° 50' 338'' LS dan 119° 55' 30,4'' BT
·
Tanggal :
25 November 2012
·
Cuaca :
Cerah
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Buram
Ø Warna
Segar : Putih berbintik hitam
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur
Ø Kristalinitas : Holokristalin
Ø Granularitas : Fenerik
Ø Fabrik : Euhedral
·
Struktur : Masife (padat)
·
Nama Batuan : Batuan Beku
C. Stasiun II
·
Posisi : 0° 50' 17,3'' LS dan 119° 55' 32,1'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Cerah
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Buram
Ø Warna
Segar : Putih berbintik hitam
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur
Ø Kristalinitas : Holokristalin
Ø Granularitas : Fenerik
Ø Fabrik : Euhedral
·
Struktur : Masife (padat)
·
Nama Batuan : Batuan Beku
D. Stasiun III
·
Posisi : 4,0° 50' 07,1'' LS dan 119° 55' 42,2'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Cerah
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Putih kehitaman
Ø Warna
Segar : Abu-abu putih berbintik hitam
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur
Ø Kristalinitas : Holokristalin
Ø Granularitas : Fenerik
Ø Fabrik : Euhedral
·
Struktur : Masife (padat)
·
Komp. Mineral : Vein kuarsa (lapuk)
·
Nama Batuan : Batuan Beku
E. Stasiun IV
·
Posisi : 0° 50' 02,0'' LS dan 119° 55' 50,0'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Cerah
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Putih kehitaman
Ø Warna
Segar : Abu-abu putih berbintik hitam
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur
Ø Kristalinitas : Holokristalin
Ø Granularitas : Fenerik
Ø Fabrik : Euhedral
·
Struktur : Masife (padat)
·
Komp. Mineral : Vein kuarsa (lapuk)
·
Nama Batuan : Batuan Beku
F. Stasiun V
·
Posisi : 0° 49' 50,1'' LS dan 119° 56' 08,4'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Cerah
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Putih kehitaman
Ø Warna
Segar : Abu-abu putih berbintik hitam
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur
Ø Kristalinitas : Holokristalin
Ø Granularitas : Fenerik
Ø Fabrik : Euhedral
·
Struktur : Masife (padat)
·
Komp. Mineral : Vein kuarsa (lapuk) dan
lebih halus
·
Nama Batuan : Batuan Beku
G. Stasiun VI
·
Posisi : 0° 49' 43,3'' LS dan 119° 56' 20,7'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Cerah
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Putih keabuan
Ø Warna
Segar : Putih berbintik abu-abu
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur
Ø Kristalinitas : Holokristalin
Ø Granularitas : Fenerik
Ø Fabrik : Euhedral
·
Struktur : Masife (padat)
·
Komp. Mineral : Vein kuarsa (lapuk)
·
Nama Batuan : Batuan Beku
H. Stasiun VII
·
Posisi : 0° 49' 40,6'' LS dan 119° 56' 29,4'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Berawan
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Coklat kehitaman
Ø Warna
Segar : Hitam (agak kelabu)
Ø Jenis
Batuan : Batuan metamorf
·
Tekstur : Lepidosblastik (pipih)
·
Struktur : Poliasi (berlapis-lapis)
·
Komp. Mineral : Cholorid kuarsa
·
Nama Batuan : Schist cholorid
I. Stasiun VIII
·
Posisi : 0° 49' 40,6'' LS dan 119° 56' 29,4'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Mendung berawan
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Orange
Ø Warna
Segar : Putih kehitaman
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur : Holokristalin
·
Struktur : Poliasi (berlapis-lapis)
·
Komp. Mineral : Lebih halus
·
Nama Batuan : Batuan beku
J. Stasiun IX
·
Posisi : 0° 49' 39,4'' LS dan 119° 56' 41,8'' BT
·
Tanggal : 25 November 2012
·
Cuaca : Mendung
·
Deskripsi
Ø Warna
Lapuk : Coklat kehitaman
Ø Warna
Segar : Putih
Ø Jenis
Batuan : Batuan beku
·
Tekstur : Holokristalin
·
Struktur : Poliasi (berlapis-lapis)
·
Nama Batuan : Batuan beku
4.2
Pembahasan
Struktur geologi
adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya
yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Pada praktikum
lapangan kali ini, kita mengamati struktur batuan geologi yang ada di kawasan
Vatutela, Sulawesi Tengah. Terdapat 9 stasiun yang dilewati dengan rata-rata
jarak tempuh 500 meter/stasiun.
Sebelum menuju
stasiun pertama, terlebih dahulu mengukur posisi titik awal perjalanan yaitu 50°
45' LS dan 119° 55' 23'' BT, berjalan dengan 80° kearah timur dengan kondisi
relief malai landai (bergelombang) dengan sudut lereng berkisar antara 3-7% dan
beda tinggi berkisar antara 5-50%.
Pada stasiun
pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, kedelapan dan kesembilan rata-rata
berjarak 500 meter/stasiun dari posisi awal ke arah timur laut, dengan objek
batuan yang sama yaitu batuan beku. Batuan beku adalah jenis batuan yang
terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses
kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun
di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal
dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun
kerak bumi. Warna lapuk buram dan putih berbintik hitam untuk warna segar. Derajat
kristalisasi sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas
kristal sehingga disebut holokristalin. Struktur batuan ini adalah massive,
tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini
masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat meninggalkan
retakan pada batuan.Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena
mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang
besar menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang
realtif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar. Tekstur seperti ini
menunjukkan proses pembentukan magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada
batuan, dalam lingkungan bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa
tinggi dapat bergerak sangat cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa
sehingga membentuk suatu bentuk yang teratur dan semakin berukuran besar. Faktor
waktu sangat penting bagi ion-ion untuk membentuk orientasi yang tepat untuk
mengkristal. Dengan demikian, maka seharusnya tekstur holokrsitalin terbentuk
di bawah permukaan bumi dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi yang dapat
mempertahankan suhu yang tinggi.
Pada stasiun
ketujuh yang berlokasi dibawah kaki gunung lereng dengan jarak tempuh dari
stasiun enam 500 meter. Jenis batuan yang ditemukan pada stasiun ini berbeda
dengan jenis batuan distasiun lain yaitu batuan metamorf. Batuan metamorf (atau
batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil
transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya,
protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti
"perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari
150 °C) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang
besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf
lain yang lebih tua. Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi
dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies
metamorf). Batuan ini terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang
besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Batuan ini juga
terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan
terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi.
Batuan ini berstruktur lepidoblastik yaitu diamana mineral-mineral berbentuk
pipih, sejajar dan berlapis-lapis (poliasi).
.
BAB V
PENUTUP
Palu
adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia.
Secara astronomi Lembah Palu terletak antara 0°36' - 0°56' Lintang Selatan dan
119°45' - 121°1' Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Katulistiwa dengan
ketinggian 0 - 700 meter diatas permukaan laut. Vatutela adalah sebuah daerah
di kawasan bagian timur lembah Palu, secara astronomi terletak antara 0°50' -
0°55' Lintang Selatan dan 119°50' - 119°55' dengan ketinggian 550 – 670 meter
diatas permukaan laut. Jika dilihat dari reliefnya, lembah Palu dan kawasan
vatutela umumnya sama, karena terdapat di wilayah yang sama, akan tetapi
struktur tanah dari kawasan vatutela lebih kering dibandingkan lembah Palu pada
umumnya.