BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Begitu banyak tanaman di dunia ini. Dari sekian banyak
tanaman,dapat dibedakan atau dikelompokkan berdasarkan ciri
tertentu,
misalnya dari daunnya, buahnya, bunganya, batangnya, dan beberapa sifat lain yang lebih khusus. Dari
ciri-ciri tersebut tumbuhan dapat dikelompokkan berdasar phylum, ordo, suku, marga (genus), kelas atau
spesies. Metode pengelompokkan ini disebut klasifikasi. Klasifikasi adalah
sebuah metode untuk menyusun data secara sistematis atau berdasar ciri atau
sifat yang dimiliki.
(Anonymous, 2008)
Makhluk hidup selalu
bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu
berhubungan dengan individu yang lain, baik yang berspesies sama maupun yang berbeda
spesies. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi
antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat.
(Anonymous, 2009)
Tumbuhan
memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik sebagai
sumber pangan, pakan, papan, bahan indusri maupun obat-obatan, seperti
diketahui indonesia terdapat lebih kurang 40.000 jenis tumbuhan dan tidakkurang
3000 jenis, baik yang merupakan pohon maupun yang bukan pohon. (Anonymous,
2009)
Morfologi
tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagianbagian,
bentuk maupun fungsinya secara klasik, tumbuhan terdiri dari morfologi dan
anatomi tumbuhan biologi umum. Farmakologi, biokimia, asuhan farmasi,
farmakognosi, fitofarmasi, undang undang kesehatan, pemasaran farmasi, biologi
farmasi, kimia analisa, preskripsi, farmasetika morfologi dan anatomi tumbuhan
biologi umum. 1 buah buah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu buah tunggal, buah
agregat, dan buah majemuk a buah tunggal buah tunggal yaitu bila buah dibentuk
oleh satu bakal buah morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum. (Anonymous, 2008)
B. Maksud dan Tujuan
1.
Maksud
Praktikum ini dimaksudkan agar para
praktikan dapat menentukan dan mengetahui klasifikasi dari beberapa macam
tanaman dan hewan laut.
2.
Tujuan
Praktiukum ini bertujuan:
a. Memahami prinsip atau dasar
klasifikasi makhluk hidup.
b. Mampu melakukan klasifikasi
menggunakan dasar tertentu.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Sejarah Lokasi Praktrek Lapangan
Dinamakan laut laut Pusat oleh penduduk
setempat, baik karena menyerupai sumur pusat, atau mungkin karena cerita itu
bahwa begitu, apa pun yang jatuh ke dalam lubang, akan ditemukan disimpan di
sebuah pulau pasir (Pasi bai) lepas pantai. Aspek lain yang unik adalah bahwa
air di sumur ini akan meningkat ketika laut surut-sehingga bertindak dalam
sebaliknya. Air tidak pernah menjadi kotor meskipun ada banyak orang yang
berenang di dalamnya, sehingga tidak ada cerita yang pasti tentang asal-usul
penamaan ini.
Sepanjang pantai daerah ini terungkap
pantai pasir berkilau putih dan laut hijau, ada pandangan yang luas pantai yang
menakjubkan yang akan memanjakan mata siapapun dan membuat orang yang
mengunjungi tempat ini tidak dapat menolak ditanduk terburu-buru ke dalam air
laut yang hangat, atau hanya berbaring di pasir putih hangat.
Ada beberapa pondok untuk sewa di lokasi
ini, biaya yang sangat terjangkau bagi anda yang memiliki dana liburan, jika
hal ini tidak dengan keinginan anda Anda bisa sangat banyak menikmati suasana
pantai yang indah, lokasi cukup jauh jauh dari peradaban itu sangat disarankan
untuk mempersiapkan segala macam kebutuhan peralatan dan cocok untuk masa
tinggal yang menghibur.
Selain berenang atau bersantai di pasir
putih yang indah, lokasi ini juga sangat menyenangkan bagi mereka yang
penggemar memancing. Memancing yang baik dapat dilakukan dari pantai atau
dermaga di sini, tetapi Anda juga dapat menyewa perahu milik nelayan setempat.
B. Topografi
Pusat "Laut adalah kawasan wisata
pantai di Kabupaten Donggala, sekitar 12 mil selatan pusat kota Kabupaten
Donggala, dapat dicapai dari Limboro desa, Ibukota Distrik Banawa Tengah.
"Pusat laut dalam nama lokal Pusentasi", ia memiliki air garam besar
alam dengan baik, tepat di pantai, dengan diameter perkiraan 3 meter.
Pusat laut adalah sebuah kawasan wisata
pantai di Donggala, dari pusat Kota berjarak sekitar 12 kilometer arah selatan
kota Donggala, akses menuju lokasi ini bisa dicapai dari Desa Limboro, Ibukota
Kecamatan Banawa Tengah. Pusat laut dalam bahasa lokal setempat pusentasi,
lebih merupakan sebuah sumur alami berukuran raksasa, berisi air asin, tepat di
bibir pantai, berdiameter 10 meter dengan kedalaman sekitar tujuh meter. Keunikan lainnya adalah air pada Pusat Laut
tersebut tidak pernah keruh, meski banyak pengunjung berenang di dalamnya.
Pusat Laut terletak sekitar 500 meter dari bibir Tanjung Karang, pantai yang
sudah tersohor keindahannya dan banyak dikunjungi wisatawan asing.
ü
Geologi dan Topografi
Kawasan Kecamatan Banawa merupakan
bagian dari wilayah Dataran Bambamua-Tanah Mea, yang secara geologi terdiri
dari endapan-endapan pantai dan alluvial baru yang berasal dari sedimen yang
lebih tua. Tanahnya bertekstur sedang
dengan drainase dari lambat sampai agak baik. Topografi dari datar sampai
bergelombang. Dataran-dataran yang lebih sempit/kecil terdapat di wilayah
pesisir pantai.
Kawasan pesisir kecamatan Banawa merupakan
dataran yang berbatasan dengan laut, dengan ketinggian antara 0 -
100 meter dari permukaaan laut.
dengan laut, dengan ketinggian antara 0
- 100 meter dari permukaaan laut. Topografi
relatif sedang dengan kemiringan tanah 2
– 15 %. Disepanjang pantai Topografi
relatif sedang dengan kemiringan tanah 2
– 15 %. Disepanjang pantai membentang pasir putih dan rataan terumbu karang (reef flat), yang
merupakan habitat beberapa jenis ikan karang .
ü
Letak Geografis
Kawasan
Wisata Tanjungkarang-Pusentasi
merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Banawa Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah.
Kecamatan Banawa adalah salahsatu dari 19 kecamatan yang terdapat di Kabupaten
Donggala. Wilayah ini membentang di sepanjang pesisir pantai mulai dari bagian
barat Teluk Palu hingga Selat Makassar yang membentang dari arah utara ke
selatan dengan panjang pantai ± 35 kilometer utara ke selatan dengan panjang
pantai ± 35 kilometer.
Kecamatan Banawa, yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten
Donggala, terletak antara 0°9´-0°1´ LS
dan 119°34´-119°10´ BT dengan batas fisik wilayah yaitu :
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banawa
Selatan,
- Sebelah timur berbatasan dengan Kota Palu, dan
- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar.
Kecamatan Banawa memiliki luas 213,39 km²,
yang terdiri dari 17 desa dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan dapat dilalui
dengan kendaraan roda empat, sehingga mempermudah hubungan antara satu
desa/kelurahan ke ibukota kecamatan dan dengan desa/kelurahan lainnya. Secara
khusus, Kawasan Wisata Tanjung Karang-Pusentasi mencakup dua
wilayah Kelurahan dan dua Desa yaitu
Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan
Boneoge, Desa Limboro, dan Desa Tovale.
Meskipun demikian, fokus kegiatan
pariwisata hanya terdapat pada lokasi Tanjung Karang yang merupakan bagian dari
wilayah Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, dan Dusun Kaluku yang
merupakan bagian dari wilayah Desa Limboro, serta salah satu lokasi yang dikenal dengan nama Pusentasi
terletak diujung Desa Tovale dan tidak dihuni oleh masyarakat. Kawasan ini berada pada ujung barat Teluk
Palu, yang memanjang dari utara ke selatan sepanjang ± 10
kilometer dan sebagian besar terletak di Selat Makassar.
ü
Iklim dan Curah hujan
Sebagaimana dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten
Donggala memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan. Musim panas terjadi antara bulan April sampai
September, sedangkan musim hujan pada bulan Oktober sampai Maret Hasil
pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu pada tahun 2005 bahwa
suhu udara maksimum tertinggi terjadi
pada bulan Juli (34,0° C) dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada
bulan Nopember (31,6° C). Sementara suhu
rata-rata minimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober yaitu 23,8° C, sedangkan suhu udara minimum
terendah terjadi pada bulan Juni yang mencapai 22,1° C).
Kelembaban udara yang tercatat pada
stasiun yang sama berkisar antara 73 – 82 persen. Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi
pada bulan Februari yang mencapai 82 persen, sedangkan kelembaban udara
rata-rata terendah terjadi Pusentasi pada bulan Juli dan Agustus yaitu 73
persen. Curah hujan pada tahun 2005 yaitu antara 27-281 mm perbulan atau
rata-rata 148,08 mm perbulan, sementara jumlah hari hujan berkisar anatara 4-13
hari perbulan atau rata-rata 8,25 hari perbulan Penyinaran matahari rata-rata
69%, dan penguapan rata-rata 6,14
mm/hari.
ü
Kondisi hidrologi
Secara umum, keadaan hidrologi di Kecamatan
Banawa sama dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala. Di Kecamatan Banawa
terdapat beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh
tinggi rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di
Desa Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta satu
buah sungai yang membelah kota Donggala
Khusus untuk ketiga lokasi yang masuk
kedalam kawasan wisata yaitu Tanjung Karang, Boneoge dan Dusun Kaluku tidak
terdapat sungai. Selain Tanjung Karang, kedua lokasi tersebut memiliki sumber
air tanah yang dimanfaatkan oleh
penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali sumur di sekitar
pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan wilayah daratan yang
menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif sempit dan tidak memiliki
sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki oleh kedua lokasi
lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan wisatawan sangat
tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air Mimum (PDAM) di Donggala.
ü
Tipologi dan Ekosistem Pantai
Kawasan pantai Tanjung Karang -
Pusentasi sebagian didominasi oleh jenis batuan lepas (rawan
longsor) dan karang pantai seperti yang terdapat pada bagian ujung selatan
Boneoge sampai Dusun Kaluku, Limboro, sedangkan pantai yang landai dan berpasir
sebagian besar terdapat pada bagian tengah hingga utara Desa Boneoge dan
Tanjung Karang. Di bagian utara kawasan ini terdapat terumbu pantai yang
relatif sempit, dan rataan tengah yang relatif lebar. Disamping itu terdapat
pula suatu patch reef (gosong) dengan
lebar sekitar 100 meter dan kedalaman antara 1 – 2 meter pada saat air
surut.
Gosong tersebut memanjang dari Tanjung Karang ke Wilayah 21 Boneoge. Di kawasan ini, khususnya di
Boneoge dan Dusun Kaluku (Limboro) sebagian ditumbuhi oleh lamun dari jenis Enhallus acoroides, Thalassia
hemprichii, dan Syringgoinium
sp. Pada
beberapa tempat telah terjadi kerusakan karang yang disebabkan oleh aktifitas
manusia berupa pengambilan batu karang untuk bahan bangunan dan penangkapan
ikan dengan menggunakan bahan peledak dan potasium. Disamping itu kerusakan
yang terjadi juga disebabkan oleh
organisme pemangsanya yaitu bintang laut bermahkota duri atau Acanthaster
plancii.
Pantai di kawasan ini umumnya ditumbuhi
oleh vegetasi hutan pantai seperti jenis Ketapang (Terminalia catappa),
Beringin (Ficus benyamina),
dan Bayam (Intsia bijuga). Pada
bagian lain sebagian besar ditumbuhi oleh pohon kelapa milik masyarakat. Disamping itu juga terdapat beberapa jenis
burung seperti burung Gosong (Megapodius
bernsteinee), Dara Laut (Sterna hirundo), Elang Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), dan Nuri atau
Betet kelapa punggung biru (Tanygnathus sumatranus). Sedangkan jenis fauna yang lainnya adalah
Biawak (Varanus sp.), Musang
Sulawesi (Macrogalidea Musschenbroeki),
dan Penyu (Celonia sp.)
C. Peta Lokasi Praktek Lapangan
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penelitian ini yaitu :
Waktu :
Tanggal 23 – 24 Desember 2011
Tempat : Pusat Laut Kabupaten Donggala, Sulawesi
Tengah.
B. Alat dan bahan
Adapun
alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Gunting stek
2. Plastik nener
3. Botol selai
4. Label Gantung
5. Tali rafia
6. Karung
7. Pensil 2B
8. Buku lapangan
9. Kamera
Adapun
bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Spiritus
2. Formalin
3. Koran
4. Label tempel
C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam
praktikum lapangan Biologi Umum ini, terdiri atas dua kali penelitian, yaitu :
·
Penelitian Tumbuhan
1.
Mengambil berbagai
macam jenis tumbuhan yang telah tersedia di hutan dengan metode Transek pada 5
tempat yang berbeda.
2.
Memberikan label
gantung sebagai identitas pada masing-masing tumbuhan berdasarkan
tempat/stasiun dimana tumbuhan tersebut didapatkan
3.
Mencari nama latin
dan family dari setiap spesies tumbuhan yang ditemukan dan belum dikenali
4.
Mengelompokkan
masing-masing tumbuhan, berdasarkan Familynya
5.
Menyusun tumbuhan
tersebut menggunakan koran, kemudian mengikatnya dengan tali rafia’
6.
Memasukkannya
kedalam Plastik nener kemudian menuangkan spiritus pada semua permukaan
tumbuhan tersebut, diamkan selama semalaman agar larutan merata
7.
Memasukkan hasil
penelitian kedaam oven.
·
Penelitian Hewan
1.
Mencari berbagai
jenis hewan laut yang terdapat disekitaran pantai
2.
Memasukkan hewan
laut yang didapatkan kedalam Wadah toples yang disediakan
3.
Membersihkan hewan
laut yang didapatkan
4.
Memasukkan larutan
formalin yang sudah diencerkan kedalamwadahyangberisi hewan laut tersebyt.
5.
Memberi label pada
masing-masing wadah, sesuai dengan nama hewan laut yang berhasil didapatkan.
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
pengamatan
- Koleksi tumbuhan
a.
Stasiun 1
No
|
Gambar
|
Nama spesies
|
Nama daerah
|
Family
|
Ket
|
1.
|
|
|
|
Polypodiace
|
1
|
2.
|
|
Sterculia sp.
|
Banilad
|
Sterculiaceae
|
2
|
b.
Stasiun 2
No
|
Gambar
|
Nama spesies
|
Nama daerah
|
Family
|
Ket
|
1.
|
|
Stachytarpheta
jamaicensis (L.) Vahl
|
Pecut Kuda
|
Verbenaceae
|
1
|
2.
|
|
Ipomoea s.p
|
Kangkung
|
Convolvulaceae
|
1
|
3.
|
|
|
Baulu
|
Pyperaceae
|
1
|
5
|
|
|
Jarak
|
Euphorbiaceae
|
2
|
4.
|
|
|
|
Rubiaceae
|
2
|
c.
Stasiun 3
No
|
Gambar
|
Nama spesies
|
Nama daerah
|
Family
|
Ket
|
|
|
|
|
Euphorbiaceae
|
2
|
|
|
|
|
Davalliaceae
|
1
|
|
|
Sterculia sp.
|
Banilad
|
Sterculiaceae
|
2
|
|
|
|
|
Zingiberaceae
|
1
|
d. Stasiun 4
No
|
Gambar
|
Nama spesies
|
Nama daerah
|
Family
|
Ket
|
|
|
|
|
Rubiaceae
|
1
|
|
|
|
|
Apocynaceae
|
1
|
e. Stasiun 5
No
|
Gambar
|
Nama spesies
|
Nama daerah
|
Family
|
Ket
|
|
|
|
|
Myrtaceae
|
1
|
|
|
|
|
Rubiaceae
|
2
|
- Koleksi hewan
No
|
Gambar
|
Nama spesies
|
Nama Daerah
|
Family
|
Ket
|
|
|
Asteroidea sp
|
Bintang laut
|
Asteroidae
|
1
|
|
|
Parathelpusa sp
|
Kepiting
|
Callinidae
|
1
|
B.
Pembahasan
1. Penelitian Tumbuhan
Morfologi
tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagianbagian,
bentuk maupun fungsinya secara klasik, tumbuhan terdiri dari morfologi dan
anatomi tumbuhan biologi umum. Farmakologi, biokimia, asuhan farmasi,
farmakognosi, fitofarmasi, undang undang kesehatan, pemasaran farmasi, biologi
farmasi, kimia analisa, preskripsi, farmasetika morfologi dan anatomi tumbuhan
biologi umum.
Cara untuk mengklasifikasikan
tanaman salah satunya dengan melihat ciri yang dimlikidaun pada tanaman
tersebut. Dari daun-daun tersebut dapat dibedakan berdasarkan :
•
bangun daun (circum scripto)
•
ujung daun (apex)
•
pangkal daun (basis)
•
susunan tulang daun (nervatio/nenatio)
•
tepi daun (margo)
•
daging daun (intervenium)
•
permukaan daun
•
warna daun
Verbenaceae
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Lamiales
Family : Verbenaceae
Verbenaceae tumbuh liar di tepi jalan,
tanah lapang dan tempat terlantar lainnya. tanaman yang berasal dari Amerika
tropis ini dapat ditemukan di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar
matahari dan pada ketinggian 1-1500 m dpl.
Terna tahunan, tegak, tinggi 20-90 cm.
Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun berbantuk bulat telur,
pangkal menyempit, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan jelas
berlekuk-lekuk, panjang 4-8 cm, lbar 3-6 cm, berwarna hijau tua. Bunga majemuk tersusun
dalam poros bulir yang memanjang, seperti pecut, panjangnya 1-20 cm. Bunga
mekar dalam waktu yang berbeda, ukuran kecil, berwarna ungu, jarang berwarna
putih. Buah berbentuk garis, berbiji dua. Biji berbentuk jarum, berwarna hitam.
Untuk jenis Stachytarpheta jamaicensis
indica Vahl, tingginya mencapai 2 meter, dipelihara sebagai tanaman pagar
dan mempunyai khasiat obat yang sama dengan jenis Stachytarpheta jamaicensis [L] Vahl. Pecut kuda dapat diperbanyak
dengan biji.
Sifat
dan Khasiat
Rasa pahit dan sifatnya dingin.
Berkhasiat sebagai pembersih darah, anti radang dan peluruh kencing (diuretik).
Pecut kuda mengandung glikosa flavonoid dan alkaloid. Bagian yang digunakan
adalah herba, bunga dan akar. Untuk penyimpanan, setelah dicuci dan dipotong-potong
jemur sampai kering.
Herba digunakan untuk pengobatan:
• Infeksi dan batu saluran kencing
• Sakit tenggorokan karena radang
(faringitis), batuk
• Rematik
• haid tidak teratur
Bunga
dan tangkainya digunakan untuk pengobatan :
• Radang hati (hepatitis A)
Akar
digunakan untuk pengobatan :
• Keputihan (leukore)
Cara pemakaiannya, untuk obat yang
diminum, rebus 15-30g herba kering atau 30-60g herba segar lalu minum air
rebusannya. Untuk pemakaian luar, giling herba segar sampai halus lalu
tempelkan kebagian tubuh yang sakit, seperti bisul, radang kulit bernanah dan
luka.
Untuk radang tenggorokan, batuk. Sediakan
50g herba pecut kuda segar, 2 buah kencur ukuran sedang, 2 siung bwang putih.
Cuci bahan-bahan tersebut, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1/2 cangkir air
gula sambil diaduk rata, lalu peras dan saring. Selanjutnya minum air yang
terkumpul, lakukann 3 kali sehari selama 3-5 hari.
Untuk keputihan, cuci 50g akar pecut kuda
segar lalu iris-iris seperlunya. Tambahkan 3 gelas air bersih, lalu rebusa
sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin saring dan air saringannya dibagi untuk
dua kali minum, pagi dan sore hari masing-masing 1/2 gelas
Untuk hepatitis A, cuci 5-10 tangkai
bunga pecut kuda sampai bersih, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan gula
batu secukupnya, lalu rebus dalam 3 gelas air samapai tersisa 1 gelas. Setelah
dingin sraing dan air saringannya diminum. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
Untuk rematik, cuci 10-60g herba pecut
kuda segar, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dalam 3 gelas air bersih
sampai air rebusannya tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan iar
saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
Ibu hamil dilarang minum air rebusan
ramuan obat ini karena bisa menyebabkan keguguran
Apocynaceae
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Mangnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Geantianales
Family : Apocynaceae
Genus : Nerium
L.
Spesies : Nerium
oleander
Bunga Oleander adalah suatu semak
belukar pohon yang selalu hijau atau pohon kecil dalam keluarga Apochynaceae.
Bunga ini merupakan bunga asli dari Afrika Utara, Asia bagian Utara dan
Mediterania Timur. Tumbuhan jenis renek ini biasanya ditanam sebagai pokok
hiasan. Tingginya mencapai 3-7 meter.
Nerium
oleander berdaun
keras dan tajam selebar 2 cm. Daun pokok ini tersusun dalam pusaran tiga, apabila termakan dapat menyebabkan kematian.
Daunnya berpasangan, berwarna hijau gelap, dengan panjang 5-21 cm dan lebar
1-3,5 cm dengan suatu keseluruhan garis tepi. Bentuk daun ini panjangnya
berkisar antara 4-10 (10,2-25,4 cm), tergantung pada variasi dan berwarna hijau
terang.
ü Daun
Pengaturan
daun : Berlawanan arah
Jenis daun : Sederhana
Garis tepi
daun : Bertepi rata
Bentuk
daun : Seperti garis
Daun
venation : Berdaun muda tangkai
Warna daun : Hijau
ü Bunga
Bunga
berwarna putih atau kelabu, merah ke unggu atau
kuning kemerahan. Mempunyai diameter 2,5-5 cm. Bunga berkembang dalam
seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi suatu mahkota pusat.
ü Buah
Buah
berbentuk kapsul sempit dengan panjang 5-23 cm yang merobek pada saat dewasa
untuk melepaskan banyak benih halus.
Bentuk
buah : Memanjang
Panjang
buah : 3-6 inci
Kulit
buah : Keras dan kering
Karakteristik
buah : Kasat mata, tidak ada tanda khusus
ü Batang dan Cabang
Cabang secara rutin tumbuh dengan
tegak lurus dan tidak akan layu, tidak terlalu terlihat. Pohon tumbuh dengan
beberapa cabang tetapi dapat tumbuh dengan batang tunggal dan tidak berduri. Kebutuhan Pembabatan, memerlukan
pembabatan agar supaya struktur dapat berkembang. Kerusakan peka terhadap
kerusakan bagian manapun di cabang pohon dalam kaitan dengan formasi kayu, atau
kemungkinan kayu itu sendiri telah lemah dan rusak.
Oleander
adalah salah satu jenis tanaman yang beracun dan dapat menyebabkan kematian
terutama pada anak kecil. Yang toksin adalah oleandrin dan neriine, berhubungan
dengan jantung glycosides. Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu
adalah beracun.
Reaksinya
adalah sebagai berikut, proses pencernaan dapat menyebabkan gastrointestinal
dan berefek pada jantung. Gastrointestinal dapat menyebabkan kemuakan dan
muntahan, kelebihan salivation, sakit abdominal, diare yang dapat berisi darah,
dan terutama sakit perut di dalam kuda. Reaksi yang berhubungan dengan jantung
tidak beraturan, kadang-kadang denyut jantung cepat lalu melambat di bawah
normal. Ekstrimitas menjadi dingin dan pucat sehingga peredaran darah tidak
teratur. Reaksi ini juga mempengaruhi system saraf. Gejala ini meliputi keadaan
mengantuk, gemetaran atau goncangan otot, perampasan, roboh, dan bahkan pingsan
yang dapat mendorong kearah kematian. Getah Bunga oleander dapat menyebabkan
iritasi kulit, iritasi pada mata, dan reaksi alergi yang ditandai oleh infeksi
kulit.
Rubiaceae
Klasifikasi :
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Pandanales
Family : Rubiaceae
Famili Rubiaceae tersebar luas di seluruh dunia, dapat
ditemukan di kawasan tropis dan subtropis. Ditemukan melimpah di Amerika Utara
dan Asia Selatan. Kawasan Asia terdiri dari 135 genus yang mewakili seluruh
vegetasi maupun tumbuhan bawah dari dataran rendah dan hutan hujan. Jenis ini
juga tumbuh liar di pematang sawah, tebing-tebing sungai, pinggir jalan, kebun
atau di padang rumput. Tumbuh dari dataran rendah sampai menengah dari
ketinggian 10 m sampai 600 m di atas permukaan laut misalnya Hedyotis
diffusa. Van Balgooy (1998) mengemukakan bahwa, di daerah paleotropik
terdapat genus Gardenia yang tersebar di hutan hujan dataran rendah. Hedyotis
tumbuh di dataran rendah dan hutan pegunungan, Ixora tumbuh di hutan
hujan dataran rendah, Mussaenda tumbuh di dataran rendah dan hutan
pegunungan, Nauclea tumbuh di hutan hujan dataran rendah, Urophyllum tumbuh
di hutan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Di daerah pantropical
terdapat genus Psychtria tumbuh di dataran rendah dan hutan hujan
dataran rendah dan Uncaria tumbuh di hutan primer dataran rendah, dan
hutan hujan sekunder, Cinchona legeriana, Cinchona succirubra, Cinchona
officinalis tersebar di daerah India Selatan.
Kacapiring (Gardenia augusta)
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Rubiales
Famili :
Rubiaceae
Genus :
Gardenia
Spesies :
Gardenia augusta
Tinggi tanaman 1-3 meter, berasal
dari Asia Timur dan banyak tumbuh di alam bebas, walaupun lebih banyak dijumpai
di sekitar tempat tinggal manusia sebagai tanaman hias. Daun berbentuk bulat
telur, tebal, permukaan daun berwarna hijau tua yang mengkilat.
Bunga hanya muncul sekuntum di
ujung-ujung tangkai, mempunyai 6 daun mahkota walaupun sebagian kultivar
mempunyai bunga ganda (daun mahkota berlapis). Bunga sewaktu baru mekar
berwarna putih bersih, tapi sedikit-sedikit berubah warna menjadi krem
kekuningan. Bunga berbau sangat harum sehingga sering digunakan sebagai bahan
baku minyak bunga. Harum bunga yang sepintas mirip Melati banyak menarik minat
serangga seperti beberapa spesies Lepidoptera dan semut.
Buah berwarna kuning dengan daun
kelopak yang masih menempel, berbentuk oval dan tidak akan retak walaupun sudah
matang dan kering. Tanaman berkembang biak dengan cara stek atau cangkok.
Bunga merupakan komoditas bunga
potong, digunakan dalam karangan bunga dan korsase. Daun bisa digunakan sebagai
obat seriawan dan akarnya sebagai obat sakit gigi. Buah mengandung crocin
(salah satu jenis karotenoida) berwarna kuning cerah seperti yang terdapat pada
safron. Buah yang kering merupakan bahan pewarna. Di Jepang, bahan pewarna dari
Kacapiring digunakan untuk pencelupan tekstil dan pewarna kue tradisional
(wagashi) dan asinan lobak (takuan).
Piperaceae
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Monocotyledoneae
Ordo :
Piperales
Famili :
Piperaceae
Genus :
Piper
Spesies :
Piper nigrum L
Suku Sirih-sirihan atau Piperaceae
adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Suku ini diakui keberadaannya
oleh banyak sistem klasifikasi tumbuhan.Sistem klasifikasi APG II memasukkannya
ke dalam bangsa Piperales.Sistem klasifikasi Cronquist memasukkannya ke dalam
bangsa Piperales, anak kelas Magnoliidae, dan kelas Magnoliopsida.Bunganya
majemuk, tersusun dalam untaian (bunga untai). Buahnya kecil, kering, dan
keras, tergolong buah batu.Dari anggotanya yang mencapai 1.300 jenis (dengan
sekitar selusin genera), banyak di antaranya yang bermanfaatan sebagai bahan
pengobatan maupun bumbu. Marga yang paling populer adalah Piper. Merica, baik putih maupun hitam, merupakan bumbu masak
populer yang diperoleh dari buah lada (P. nigrum). Sesudah garam, boleh dikatakan
merica adalah rempah-rempah yang paling umum dipakai di penjuru dunia. Dari
akar Piper methyscum, penduduk
kawasan Pasifik membuat kava, yaitu sejenis minuman memabukkan yang
dipergunakan untuk keperluan upacara.
Terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu
seringkali memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekat, dengan daun-daun
tunggal yang duduknya tersebar atau berkarang dengan atau tanpa daun-daun
penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut bunga lada (amentum),
masing-masing kecil tanpa hiasan bunga.
Bunga
Piperaceae berkelamin tunggal atau banci dengan 1 sampai 10 benangsari, putik
terdiri dari 1 sampai 6 dan buah (kebanyakan 3) dengan 1 sampai 6 kepala putik.
Kepala putik beruang satu dengan 1 bakal biji yang tegak pada dasarnya. Buahnya
buah batu atau buah buni, jadi dengan endosperm dan perisperm. Dalam biji
terdapat sel-sel minyak atsiri. Batang dengan berkas-berkas penganggutan yang
pada penampang melintang tampak tersebar atau tersusun dalam beberapa
lingkaran. Suku piperaceae meliputi kurang lebih 1300 jenis yang terbagi dalam
10 marga, hampir semuanya tumbuh di daerah tropika.
Euphorbiaceae
Klasifikasi
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Embryophyta
Kelas :
Spermatopsida
Ordo :
Malpighiales
Famili :
Euphorbiaceae
Genus :
Jatropha
Spesies :
Jatropha curcas
Euphorbiacece merupakan salah satu
family tumbuhan yang terdistribusi secara luas. Selain memiliki peranan penting
dalam bidang ekologi, Euphorbiaceae juga memiliki peranan penting dalam bidang
ekonomi (kayu dan getahnya), bahan pangan, tanaman hias, dan memiliki manfaat
farmakologis. Salah satu anggota dari famili Euphorbiaceae adalah genus Jathropa. Genus Jathropa terdistribusi
secara luas dibeberapa negara yang
berada didaerah tropis dan subtropis. Kepulauan Indonesia termasuk didalamnya. Jathropa adalah genus yang memiliki
jumlah anggota yang besar, yaitu kira-kira 800 jenis.
Jathropa merupakan tumbuhan semak berkayu
yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan
kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal
sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian
sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak
bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabat dekatnya,
jarak pohon (Ricinus communis), yang
bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.
Tanaman jarak mudah beradaptasi
terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur,
tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 – 6.5
Convolvulaceae
Kangkung tergolong sayur yang sangat
populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water
convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke
Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung banyak ditanam di Pulau
Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten
Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam
Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk
konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar.
Kangkung termasuk suku
Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam
sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam :
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledonae
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
Spesies : Ipomoea
reptans
Kangkung merupakan tanaman yang
tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih.
Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua)
varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang
tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit.
Kangkung air berbatang dan berdaun
lebih besar dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air
berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Kangkung darat
lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat
diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung yang paling
penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur.
Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi,
mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat
besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan. Disamping itu hewan
juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci
dan babi.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik
sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas
dan beriklim dingin.
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan
yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung
(ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus.
Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila
ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas
sehingga disukai konsumen.
Suhu udara dipengaruhi oleh
ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun
1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang
dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
Myrtaceae
Klasifikasi:
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Spermatophyta
Kelas :
Dicotyledonae
Ordo :
Myrtales
Family :
Myrtaceae
Genus : Melaleuca
Spesies : Melaleuca
Leucadendra
L
Suku jambu-jambuan atau Myrtaceae merupakan kelompok besar
tumbuh-tumbuhan yang anggota-anggotanya banyak dikenal dan dimanfaatkan
manusia. Di dalamnya termasuk sejumlah tanaman buah-buahan, tanaman hias,
tanaman obat, serta tanaman industri.
Suku
jambu-jambuan dicirikan dengan bunganya yang memiliki banyak kelopak
dengan cacah dasar lima, namun ada juga yang tidak memilikinya, dan banyak benang sari.
Bakal buahnya juga memiliki banyak bakal biji. Anggotanya yang berbentuk pohon mudah dikenal dari kulit luar batangnya yang
seperti kulit mengering tipis dan terlepas-lepas.
Tumbuhan dan famili myrtaceae merupakan salah
satu sumber atsiri yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi.
Polipodiaceae
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Pteridophyta
Kelas : Pteridopsida
Ordo : Polypodiales
Famili : Polypodiaceae
Polypodiaceae merupakan salah satu suku
anggota tumbuhan paku
(Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Suku yang monofiletik
ini merupakan suku dengan anggota jenis yang paling banyak dibandingkan dengan
suku-suku tumbuhan paku lainnya, dengan lebih dari 60 marga dan merangkum
sekitar 1000 jenis. Sejumlah suku yang biasanya dipisahkan sekarang digabungkan
ke dalam suku ini, seperti Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae,
Loxogrammaceae, Platyceriaceae, dan Pleurisoriopsidaceae.
Anggota-anggotanya
kebanyakan epifit,
rimpang yang menjalar di tanah atau batang pohon, dengan daun yang lebar dan
bentuknya beraneka ragam. Banyak anggotanya yang merupakan tanaman hias taman
atau ruangan, seperti Drynaria dan paku tanduk rusa (Platycerium).
Berikut
adalah contoh dan manfaat dari marga dari Polypodiaceae, antara lain:
1.
Paku tanduk rusa (Platycerium coronaruium)
Paku
tanduk rusa (Paltycerium coronarium)
termasuk jenis paku-pakuan. Tumbuhan ini banyak ditemukan dan dipelihara
sebagai tanaman hias karena pesona juntaian daunnya yang indah. Tanduk rusa
merupakan tanaman yang hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon lain tetapi
tidak merugikan tumbuhan yang menjadi inangnya. Atau mempunyai sifat epifit.
Tanduk rusa atau juga di sebagian daerah disebut simbar menjangan selain
permukaan daunnya mirip kulit rusa yaitu kasar, daun tanduk rusa menjuntai ke
bawah bercabang-cabang menyerupai tanduk binatang rusa yang terbalik. Pada
dasarnya tanduk rusa merupakan tumbuhan tegak yang menempel pada inang dengan
pokok penumpu berupa akar dan rimpang batang membentuk bungkah kool berwarna
coklat dan jutaian helaian daun berwarna hijau. Tanduk rusa menyukai tempat
yang tidak langsung memperoleh sinar matahari. Pengembangbiakannya dilakukan
dengan spora atau dengan memindahkan akar rimpangnya. Selain sebagai tanaman
hias, paku tanduk rusa juga berkhasiat sebagai obat demam, radang Rahim luar,
haid tidak teratur, bisul, abses.
2.
Pakis Sarang Burung (Asplenium nidus)
Pakis
sarang burung yang batangnya berupa rizoma yang pendek, bersisik rapat, warna
coklat kehitaman, daun tunggal, roset akar, dan akar serabut, adalah spesies
epifit yang biasanya ditemui di kawasan tanah pamah. Paku sarang burung
merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda
menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah.
Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India
tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Paku ini
mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm
dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna
helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung.
Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup
semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Ental-ental yang mengering
akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang
pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi
tumbuhan epifit lainnya. Khasiat dari paku sarang burung antara lain anti
radang dan pelancar peredaran darah, obat bengkak, obat luka memar, dan
lain-lain.
3.
Sisik naga (Drymoglossum piloselloides)
Sisik
naga merupakan tumbuh-tumbuhan epifit kecil dengan akar rimpang tipis, merayap
jauh. Daun satu sama lain tumbuh pada jarak yang pendek, tangkai
pendek,
tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit, permukaan buah
tidak
berbulu sama sekali atau sedikit. Tumbuh-tumbuhan ini tersebar di seluruh
Asia
Tropik, di daerah dengan musim kering yang banyak hujan, dari daerah datar.
Seluruh tanaman sisik naga, baik segar maupun yang dikeringkan, dapat digunakan
untuk mengatasi beragam penyakit seperti: radang gusi, sariawan, pendarahan,
rematik pada jaringan lunak, TBC paru-paru disertai batuk darah, dan
kanker
payudara. Sisik naga dapat juga digunakan untuk pengobatangondongan
(parotitis), sakit kuning (jaundice), sakit perut, sembelit, keputihan.
Pemakaian luar untuk penyakit kulit, seperti kudis dan kurap.
Zingiberaceae
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Monocots
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Suku
temu-temuan atau Zingiberaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan
berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk ke dalam bangsa
Zingiberales, klad commelinids (core monocots).
Zingiberaceae
merupakan familia terbesar dari ordo Zingiberales, dengan perkiraan 50 genus
dan lebih dari 1000 spesies. Zingiberaceae sering disebut temu-temuan di
Indonesia dan tanaman jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis, khususnya di
kawasan Asia Tenggara.
Temu-temuan
dibedakan berdasarkan adanya labellum, yang terbentuk akibat fusi 2 benang sari
yang steril, dan adanya minyak esensial di dalam jaringannya. Temu-temuan biasa
digunakan sebagai tanaman hias, bumbu masakan, dan obat tradisional. Masyarakat
Cina zaman dahulu menggunakan rimpang dari temu-temuan ini sebagai obat
gangguan pencernaan, hepatitis, penyakit kuning, diabetes, arterosklerosis, dan
infeksi bakteri.
Sterculiaceae
Klasifikasi:
Kingdom : Plantae
Divisi : spermatophyta
Kelas : dicotyledonae
Ordo : malvales
Famili : strculiaceae
Batang: Biasanya tegak, sedikit
bengkok atau berkerut, Buttress jelas; coklat gelap Bark.
Daun: berbentuk lanset, ujung daun
meruncing, pangkal daun tumpul berbentuk hati dan berwarna hijau.
Buah: Agregat dari 4 atau lebih kapsul
pecah, berwarna hijau ke merah marun atau merah; Biji bulat telur, 3 sampai 4
(lebih atau kurang), dilapisi dengan kulit hitam dan tipis
Jenis
jenis dari tumbuhan ini dikenal dengan nama sterculia campanulata, jenis sterculia
campanulataini menyebar diseluruh nusantara, dijawa tumbuh hingga ketinggian
500 m dpl. Daun yang dilumatkan berguna untuk sendi-sendi yang terkilir.
Daun
muda yang ditumbuk dan dicampur dengan air matang, air kemasannya digunakan
sebagai obat sakit demam. S. Javanica, maupun dari jenis sterculia lainnya
dalam perdagangan jamu dikenal dengan “pranajiwa’ umumnya jenis kayu tumbuhan
ini ringan sehingga banyak digunakan dalampembuatan perahu dan peti kemas.
Davalliaceae
Klasifikasi
Kingdom
: Plantae
Kelas : Pteridopsida
Ordo
: Polypodiales
Family
: Davalliaceae
Genus :
Davallodes
Hans
(1996;155) menyatakan bahwa “ akar dari
Davallodes ini berupa rhizome yang panjang dan menjalar. Tebal dan tertutupi
oleh sisik/kulit. Daun menyatu ke dalam
rhizome, daun muda bertangkai, mempunyai sedikit urat daun, muncul di atas
permukaan tanah. Sori terletak pada
bagian dorsal daun, dan pada percabangan yang pendek dari urat daunnya.
Indusial tipis, menjadi satu dengan sori dan terletak di bagian dasar atau sisi
dari daun.
Holttum
(1972;163) menyatakan bahwa pada Davallodes sisiknya berupa peltate, dan
Davallodes ini di kelompokkan ke dalam dua spesies. sisiknya berbentuk over
lapping dan berbentuk hati.Menurut Hans (1996;164) menyatakan bahwa pada daun
Davallodes ini memanjang dan tidak
lebar, bahkan kadang-kadang sempit, ciri-ciri ini juga yang terdapat pada
Davallia membranulosa dan Davallia asamica.
Pinnula
dari Davallodes ini umumnya bertipe catradromous, ada juga yang bertipe
anadromous pada spesies lain, kecuali Davallia membranulosa. Kato (1985) dan
Nooteboom (1992) dalam Hans (1996;164) memasukkan Davallia membranulosa ke
dalam spesies Davallodes, karena pada Davallia membranulosadaunnya mempunyai
bulu, ciri-ciri ini yang terdapat pada spesies Davallodes.
Habitat bersifat epifit
pada pohon yang berlumut atau berbatu berlumut yang ada pada daerah lembab di
hujan hijau.
Daun Davalliaceae biasa
dijadikan unsur pendukung dalam karangan bunga.
2. Penelitian Hewan
Kepiting
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Kelas : Malacostraca
Ordo :
Decapoda
Famili : Cillinidae
Genus : Parathelpusa
Spesies : Parathelpusa sp.
Kepiting adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat
pendek (bahasa Yunani: brachy
= pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh
kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam
adalah nama lain bagi kepiting.
Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan laut dan
jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar (sungai dan
danau).
Kepiting beraneka
ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting
laba-laba Jepang, dengan rentangan
kaki hingga 4 M
Ukuran
kepiting yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah dan musim. Misalnya,
diperairan bakau Ujung Alang, Cilacap, terdapat kepiting dengan kisaran panjang
karapas ( kerangka luar ) 18,80mm – 142,40 mm. Sedangkan di perairan bakau
Segara Anakan, Cilacap, didapatkan kepiting dengan kisaran panjang karapas
19,20 mm – 116,70 mm.
Berdasarkan
lebar karapasnya, tingkat perkembangan kepiting dapat dibagi menjadi tiga
kelompok :
-
Kepiting Juana, lebar karapas 20 mm – 80 mm.
-
Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm – 150 mm, dan
-
Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm – 200 mm.
Umumnya,
kepiting yang berada di wilayah tropik tingkat kedewasaanya dicapai pada ukuran
yang cenderung lebih kecil dibanding kepiting yang ada di wilayah sub tropik.
Kepiting
bakau karapasnya berwarna seperti warna lumpur atau sedikit kehijauan. Panjang
karapasnya kurang lebih dua pertiga dari lebarnya. Permukaan karapasnya hampir
semuanya licin kecuali pada beberapa lekuk bergranula ( berbintik kasar ).
Untuk
membedakan kepiting jantan dan betina dapat dilakukan secara eksternal. Pada
kepiting bakau jantan tempat, tempat di mana organ kelamin menempel pada bagian
perutnya, berbentuk segitiga dan agak meruncing. Sedangkan pada kepiting betina
bentuknya cenderung membulat.
Membedakan
jenis kelamin juga dapat dilakukan dengaan membandingkan pertumbuhan berat
sapit terhadap berat tubuh. Kepiting jantan dan betina yang lebar karapasnya 3
cm – 10 cm berat sapitnya sekitar 22 % dari berat tubuh. Setelah ukuran
karapasnya mencapai 10 cm – 15 cm, sapit kepiting jantan menjadi lebih berat
yakni 30% - 35 % dari berat tubuh, sementara sapit betina tetap sama 22 %.
Membedakan
jantan dan betina kepiting dapat dilakukan dengan melihat ruas – ruas
abdomennya. Pada kepiting jantan, ruas – ruas abdomennya sempit, sedangkan pada
kepiting betina lebih lebar.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi
sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis
kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang . Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih
("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda.
. Kepiting bakau merupakan salah satu
sumber hayati perairan bernilai ekonomis tinggi. Jenis kepiting ini telah
dikenal baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri karena rasa dagingnya
yang leza dan bernilai gizi yang tinggi yakni mengandung berbagai nutrien
penting.
Di
Indonesia terdapat 4 jenis kepiting bakau yaitu Scylla serrata, S. Tranquebarica, S.paramamosain dan S.olivacea.
Keempat jenis kepiting bakau tersebut sangat potensial untuk dibudidayakan.
Dengan ini kmi sebagai agen kepiting dalam masa sekarang sedang mencoba untuk
membudidayakan kepiting bakau ini, karena mengharapkan tangkapan nelayan tidak
dapat mencukupi pesanan costumer diberbagai wilayah di Indonesia.
Bintang
Laut
Klasifikasi:
Kingdom : Animalia
Filum : Echinodermata
Kelas : Asteroidea
Genus : Asteroidea
Spesies : Asteroidea sp.
Bagian
dan fungsi tubuh bintang laut yaitu :
•
Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh.
•
Saluran batu
•
Saluran cincin
•
saluran radial, meluas ke seluruh tubuh.
•
Saluran lateral
•
Ampula
•
Kaki tabung
Sistem
ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan ini air
laut masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit)
menuju ke pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai
cabang ke lima tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran
lateral. Pada setiap cabang terdapat deretan kaki tabung dan berpasangan dengan
semacam gelembung berotot atau disebut juga ampula.Dari saluran lateral, air
masuk ke ampula. Saluran ini berkahir di ampula Jika ampula berkontraksi, maka
air tertekan dan masuk ke dalam kaki tabung. Akibatnya kaki tabung berubah
menjulur panjang. Apabila hewan ini akan bergerak ke sebelah kanan, maka kaki
tabung sebelah kanan akan memegang benda di bawahnya dan kaki lainnya akan
bebas. Selanjutnya ampula mengembang kembali dan air akan bergerak berlawanan
dengan arah masuk. Kaki tabung sebelah kanan yang memegang objek tadi akan
menyeret tubuh hewan ini ke arahnya. Begitulah cara hewan ini bergerak. Di
samping itu hewan ini juga bergerak dalam air dengan menggunakan gerakan
lengan-lengannya.
Stomach :
sebagai alat pencernaan
Mulut :
tempat menyerap makanan
Anus :
mengeluarkan sisa metabolisme
Gonad :
kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon kelamin.
Peranan bintang laut bagi kehidupan yaitu :
Sebagai
detrivor yaitu pemakan materi organik ,herbivora, karnivora, kotoran dan
bangkai laut. Sehingga laut menjadi bersih dan keseimbangan ekosistem terjaga.
Morfologi bintang laut :
·
Tubuh terdiri atas lima lengan atau lebih
yang tersusun radial.
·
Pada ujung-ujung lengan terdapat alat sensor.
·
Ujung tentakel pada bintik matayang
mengandung pigmen merah ,peka terhadap cahaya.
·
Permukaan tubuh bagian atas di tutupi
duri-duri tumpul berbentuk catut (pediselaria).
·
Pada umumnya berwarna oranye,biru, ungu,
hijauatau gabungan warna-warna tersebut.
·
Alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh
lengan.
·
Mulut terdapat di permukaan bawah atau disebut
permukaan oral dan anus terletak di permukaan atas (permukaan aboral).
·
Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada
permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula
madreporit.
·
Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai
saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang
kelamin.
BAB V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dalam praktikum ini dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.
Klasifikasi
tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat ciri dan sifat pada daun contohnya,
bentuknya, ujungnya, pangkalnya, susunan tulang-tulangnya, tepinya ,daging
daunnya, permukaan daunnya, arah anak tulang,bentuk tulang daun, dan warna
permukaan daun.
2.
Morfologi
tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagianbagian,
bentuk maupun fungsinya secara klasik, tumbuhan terdiri dari morfologi dan
anatomi tumbuhan biologi umum. Farmakologi, biokimia, asuhan farmasi,
farmakognosi, fitofarmasi, undang undang kesehatan, pemasaran farmasi, biologi farmasi,
kimia analisa, preskripsi, farmasetika morfologi dan anatomi tumbuhan biologi
umum.
2. Saran
Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan
bahan yang akan digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikan dapat
berjalan dengan baik. Dan untuk para praktikan agar mempersiapkan diri
materi-materi yang akan dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak
terhambat.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonymous.2008.http://agrolink.moa.my/doa/bdc/vege/ka_tek_bm.html.
Diakses pada tanggal 28 Desember
2011 pukul 14.35 WITA
Anonymous.2008. http://id.wikipedia.org/wiki/Bintang_laut.
Diakses
pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.02 WITA
Anonymous
2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Jarak_pagar.
Diakses
pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.25 WITA
Anonymous.2009.
http://id.wikipedia.org/wiki/Kategori:Zingiberaceae.
Diakses
pada tanggal 27 Desember 2011 pukul 19.35 WITA
Anonymous.2009.
http://takanoe1413.blogspot.com/biologi-umum.html.
Diakses
pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.55 WITA
Anonymous.2010. http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Myrtaceae.
Diakses
pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 14.56 WITA
Anonymous.2010. http://visitsulteng.com/index.php?option=com.
Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul
14.46 WITA
Anonymous.2011.
http://eri08tirtayasa.blogspot.com/2011/02/nerium-oleander
Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.55 WITA