Minggu, 26 Januari 2014

Laporan Praktikum Lapangan Ekologi Tumbuhan "Analisis Vegetasi"

BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ekologi adalah ilmu yang mempelajari interaksi antara organisme dengan lingkungannya dan yang lainnya. Berasal dari kata Yunani oikos (habitat) dan logos (ilmu). Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Istilah ekologi pertama kali dikemukakan oleh Ernst Haeckel (1834-1914). Dalam ekologi, makhluk hidup dipelajari sebagai kesatuan atau sistem dengan lingkungannya. Pembahasan ekologi tidak lepas dari pembahasan ekosistem dengan berbagai komponen penyusunnya, yaitu faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik antara lain suhu, air, kelembaban, cahaya dan topografi, sedangkan faktor biotik adalah makhluk hidup yang terdiri dari manusia, hewan, tumbuhan dan mikroba. Ekologi juga berhubungan erat dengan tingkatan-tingkatan organisasi makhluk hidup, yaitu populasi, komunitas dan ekosistem yang saling memengaruhi dan merupakan suatu sistem yang menunjukkan kesatuan.
Analisis vegetasi ditujukan untuk mempelajari tingkat suksesi, evaluasi hasil pengendalian gulma, perubahan flora (shifting) sebagai akibat metode pengendalian tertentu dan evaluasi herbisida (trial) untuk menentukan aktivitas suatu herbisida terhadap jenis gulma di lapangan. Konsep dan metode analisis vegetasi sangat bervariasi tergantung keadaan vegetasi dan tujuan analisis. Metode yang digunakan harus disesuaikan dengan struktur dan komposisi vegetasi. Metode garis (line intercept) biasanya digunakan untuk areal yang luas dengan vegetasi semak rendah. Metode titik (point intercept) biasanya digunakan untuk pengamatan sebuah petak contoh dengan vegetasi yang tumbuh menjalar (creeping). Metode visual (visual emotion) dapat digunakan untuk suatu survey daerah yang luas dan tidak tersedia cukup waktu (Anggraini, 1979).
Dari pembahasan diatas, Mahasiswa Biologi dalam rangka mempelajari dan memperdalam ilmu biologi khususnya mengenai Ekologi Tumbuhan wajib melaksanakan tugas praktikum sebagai salah satu syarat dalam mata kuliah biologi. Dalam hal ini praktikum yang dilaksanakan adalah “ANALISIS VEGETASI” yang diperlukan untuk mengetahui vegetasi tumbuhan yang ada secara detail dari segi macam spesies, jumlah maupun bobot masing-masing spesies serta frekuensinya. Analisis vegetasi didasarkan pada pengambilan contoh  dari komposisi populasi di lapangan, metode serta ukuran pengambilan contoh ditentukan oleh tujuan analisis vegetasi tersebut. Analisis vegetasi yang umum digunakan adalah metode pembuatan plot dengan teknik sapling. Dengan uraian tersebut mahasiswa perlu membuat laporan hasil dari praktikum.

I.2 Tujuan
Tujuan praktikum lapangan analisis vegetasi adalah untuk mengetahui spesies yang ditemukan pada masing-masing plot dengan teknik sapling di Desa Talaga.
I.3 Manfaat
Adapun manfaat praktikum lapangan analisis vegetasi ini adalah untuk mengetahui komposisi jenis atau susunan tumbuhan dan bentuk atau struktur vegetasi yang ada di wilayah yang dianalisis melalui metode analisis vegetasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Sejarah Lokasi Praktikum Lapangan (Desa Talaga)
Desa Talaga termasuk dalam Kecamatan Damsol Kabupaten Donggala. Dahulu kala, sebelum Kerajaan Banawa yang terletak di Donggala ditaklukan oleh Pemerintah Belanda pada Tahun 1905, di wilayah Damsol (Dampelas Sojol) terdapat dua kerajaan kecil, yaitu Kerajaan Dampelas dengan Wilayah meliputi Desa Kembayang sampai Dusun Bayang dengan pusat pemerintah di Sabang dan Kerajaan Sojol dengan Wilayah meliputi Dusun Siraru sampai Desa Bou dengan pusat Pemerintah di Balukang. Kedua kerajaan tersebut di bawah Pemerintah Kerajaan Bawana yang berpusat di Donggala. Oleh Raja Bawana wilayah Damsol disebut wilaya Banawa Utara
(Djunair, 2003).
Setelah Kerajaan Banawa  ditaklukan oleh Pemerintah Belanda pada Tahun 1905, Kerajaan Banawa dijadikan wilayah admistratif dengan nama Landschap atau Swapraja Banawa yang dibawahi oleh Onder Afdeling Donggala, dan kerajaan kecil yang ada di bawah pemerintahannya disebut distrik. Dengan demikian wilayah Damsol yang meliputi Kembayang sampai Ogoamas disebut Distrik Banawa Utara (Djunair, 2003).
Dalam perkembangan selanjutnya, setelah Onder Afdeling Donggala, Palu, Parigi dan Toli-toli, dengan terbitnya PP No. 33 tahun 1952 tanggal 12 Agustus 1952 resmi berdiri menjadi Kabupaten Donggala, maka istilah distrik secara bertahap berubah menjadi kecamatan dan sub kecamatan (Djunair, 2003).

II.2 Kearifan Lokal (Hukum Adat)
Soso, begitu masyarakat Dampelas menyebutnya. Di kalangan orang Bugis menyebutnya walasuji. Bentuknya seperti miniatur kuba masjid segi empat. Rangkanya terbuat dari bambu. Dindingnya juga terbuat dari sulaman bambu. Karena bambu kian sulit diperoleh, diganti dengan kertas. Di tengahnya berdiri tiang dari batang pisang, dibungkus kertas warna sehingga menarik dipandang mata (Sutarno, 2007).
Di tiang itulah ditancapkan telur ayam yang sudah dimasak. Telur itu bergantungan dilengkapi aneka kertas warna-warni berbentuk bendera. Kertas-kertas itu digunting sedemikian rupa sehingga pinggirnya tampak berbunga. Cukup sulit mengerjakannya.
Di dalam soso terdapat bungkusan nasi ketan. Dibungkus daun pisang. Di dalam bungkusan itu juga terdapat telur. Benda inilah yang diusung belasan orang pada Festival Danau Dampelas, sebagai simbol dari keragaman suku bangsa yang mendiami wilayah Dampelas. Soso adalah salah satu tradisi masyarakat Dampelas khususnya setiap menyambut Maulid Nabi Muhammad (Sutarno, 2007).
Budayawan Hapri Ika Poigi berpendapat bahwa warna-warni dalam soso itu menunjukkan keanekaraman budaya Dampelas, namun tetap menjadi satu kesatuan yang harmonis. Dampelas sangat mengenal pluralisme dan religius dalam melestarikan tradisi bernafaskan Islam (Sutarno, 2007).
Soso sengaja dimunculkan kembali pada Festival Danau Dampelas karena sudah nyaris punah. Tak ada lagi soso setiap memperingati Maulid Nabi. Sebagai gantinya, diisi hiburan elekton dengan lagu-lagu bernafaskan Islam. Soso mulai tergusur, jauh ditinggal ke belakang sebagai akibat dari lajunya perubahan budaya di kampung-kampung tak terkecuali di Dampelas (Sutarno, 2007).
Dampelas adalah satu suku bangsa yang memiliki bahasa dan adat istiadat yang mendiami sebagian wilayah pantai barat, Kabupaten Donggala, yang terbentang dari Kecamatan Dampelas hingga Dampal. wilayah ini terletak di bagian utara Kota Palu, ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Jarak tempuhnya sekitar 150 kilometer dari Palu atau 2,5 jam dengan kecepatan rata-rata 40 kilometer per jam (Rochman, 2009).
Budayawan Hapri Ika Poigi mengatakan, salah satu kekayaan lokal di Dampelas adalah danau Dampelas. Danau ini memiliki sejarah mitologis yang terkait erat dengan kebudayaan lokal sehingga perlu dipertahankan kelestariannya. Danau tersebut harus tetap lestari dari ancaman kekeringan akibat pembabatan hutan. Akibat banyaknya jumlah manusia dan makin sempitnya lahan sehingga berpotensi mengancam lingkungan sekitar danau (Rochman, 2009).
Salah satu wujud dari upaya merawat lingkungan tersebut, masyarakat adat Dampelas yang mendiami wilayah Kecamatan Dampelas menggelar ritual di mata air Ogo Dampelas, Desa Sioyong. Ogo dalam bahasa Dampelas artinya air. Pelaksanaan ritual dilakoni oleh tokoh adat dan diikuti oleh masyarakat setempat (Rizal, 2006).
Ritual ini tujuannya untuk menumbuhkan kearifan lokal dalam menjaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan. Dia berharap dengan ritual adat tersebut bisa membangkitkan kesadaran masyarakat agar terus tumbuh dalam menjaga lingkungan khususnya di sekitar danau Dampelas (Rochman, 2009).

BAB III
METODOLOGI
III.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapangan adalah sebagai berikut :
Waktu      : Tanggal 17 – 19 Mei 2013
Tempat    : Obyek Wisata Danau Talaga, Desa Talaga, Kecamatan
Damsol.
III.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
a.    Alat
1.    Parang
2.    Gunting stek
3.    Meteran
4.    Kamera
b.    Bahan
1.    Tali rapiah
2.    Patok
3.    Plastik nener
4.    Label gantung
5.    Koran

III.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.  Memetak lahan dengan ukuran 10×10 m2, 5×5 m2 dan 2×2  m2 yang dibatasi oleh tali rafia
2.  Mencatat tumbuhan yang termasuk pohon didalam plot 10×10 m2
3.  Mencatat tumbuhan yang termasuk pohon didalam plot 5×5 m2
4.  Mencatat tumbuhan yang termasuk pohon didalam plot 2×2  m2
5.  Mengidentifikasi tumbuhan yang diperoleh dalam masing-masing plot.
6.  Menghitung nilai kerapatan, frekuensi, dominansi serta indeks keanekaragaman pada masing-masing plot.
III.4 Analisis Data
Plot 10 x 10
1.  Aletes
     T = 10,3   K = 59 cm = 0,59 m
 d = K/π = 59/3,14 = 18,7 cm ( tiang )
2.  Ongkolilan
 T= 10,7 K =132 cm = 0,132 m
d = K/π = 132/3,14 = 42,03 cm ( pohon )
3.  Sama
T= 10,1 K= 20 cm
d= K/π  20/3,14= 6,36 cm ( pancang )
4.  Aren
T= 4 cm  K = 36 cm
d = K/π = 36/3,14 = 11,46 cm ( tiang )
5.  Beringin
T=10,91 m  K= 800 cm
d= K/ π= 800/3,14= 254,7 cm ( pohon )

Ø Pohon = Ongkolilan   =  1
Beringin       =  1   +
                                  2 
·      Kerapatan =
K. Ongkolian
 =   =    5
     K. Beringin     =   =    5   +
                                                       10                            
·      Kerapatan Relatif =
KR Ongkolilan =   x 100 % =  50 %
KR Beringin    =  x 100 %   =  50 %  +
                                                                   100 %
·      Frekuensi =                   
F Ongkolian   =     
F Beringin      =
  +
                                                   0,66
·      Frekuensi relatif =
FR Ongkolian =    = 50 %
FR Ficus         =  = 50 %  +
                                                                       100 %
·      Dominansi =
D ongkolilan =                     
D Beringin =   +
                                                 14,8


·      Dominansi Relatif =
DR Ongkolian =
 DR Ficus  sp. =     +                                                                                        99,99 %
·      INP = KR + FR + DR
INP Ongkolian  =  50% + 50% + 14,18 %    = 114,18 %
INP Beringin     = 50 % + 50 % + 85.81 %  = 185, 81 %  + 
                                                                               299,99 %                   
Ø Tiang
·      Aletes =   1
·      Aren   =    1    +
                            2     
·      Kerapatan =                                             
·      K Aletes =                                    
·      K Aren    =    +                             
                           20                                                                                           
·      Kerapatan Relatif =
·      KR Aletes   =
·      KR Aren     =   +
                                           100 %  
·      Dominansi =
·      D Aletes  = =    1,8                                 
·      D Aren    =    +
        2,9
·      DR  Aletes =
·      DR Aren =     +
                                                            99,99 %         



·      Frekuensi
·      F Aletes =                                
·      F Aren    =    +   
   0, 66
·      FR Aletes =
·      FR Aren =     +
                                                                        100 %                                       
·      INP = KR + FR + DR
·      INP Aletes = 50 % + 50 % + 62,06 % = 162,06 %
·      INP Aren = 50 % + 50 % + 37,93 %   = 137,93 %   +
                                                                               299,99  %
Ø Pancang
·      Sama  = 1
·      Kerapatan     
·      K Sama  =              
·      Kerapatan Realatif =

·      Frekuensi =
·      F sama =                    
·      Kerapatan Relatif  =
·      Dominansi
·      D Sama =              
·      Kerapatan Relatif =
·      INP = KR+ FR+DR
INP Sama = 100 % + 100 % + 100 % = 300 %

Plot 5 x 5
1.  Pandan (7 cm)
D Pandan = d = k / π = 7 / 3,14 = 2,22 cm =0,022 m (pancang)
2.  Jati (9,87 cm)
D Jati = d = k /π = 9,87 /3,14 = 3,14 cm = 0.0314 m (pancang)
3.  Bambu (6,5 cm)
D Jati = d = k /π = 6,5/3,14 = 2,07cm = 0.0207 m (pancang)
·      Luas Bidang Alas
·      G Pandan           = x  π x d2  X  = 2
                                                                                                         =
                 =  0,037994
·      G  Jati      = 2
                 = 2
                 =
= 0,000774
·      G Bambu            = 2
= 2
=
=  0,000336
·      Kerapatan =
·      Kerapatan Pandan =  = 20
·      Kerapatan Jati        =  = 20
·      Kerapatan Bambu  =  = 20  +
      60


·      Kerapatan Relatif =
·      KR Pandan        =
·      KR Jati                =  
·      KR Bambu         =   +
    99,99 %
·      Frekuensi =
·      F. Pandan =
·      F. Bambu =
·      F. Jati      =   +
 0,99
·      Frekuensi Relatif =
·      FR Pandan =
·      FR Bambu  =
·      FR Jati        =   +
                                                     99,99 %
·      Dominansi =
·      D. Pandan =
·      D. Bambu =
·      D. Jati        =   +
        0,7




·      Dominansi Relatif =
·      DR. Pandan =
·      DR. Jati        =
·      DR. Bambu  =  0,789 % +
  99,99 %
·      INP = KR + FR + DR
·      INP. Pandan = 33,33 + 33,33 + 97,36  = 164,02 %
·      INP. Jati         = 33,33 + 33,33 + 1,842 =   68,502 %
·      INP. Bambu  = 33,33 + 33,33 + 0,789  =   67,449 %  +
       299,971 %

Ø Plot 2 x 2
·      D. Pandan  =
·      D. Rotan =
·      Luas Bidang Alas
·      G. Pandan          = 2 = 2
                                                       = 2
   = 0,0000118
·      Kerapatan =
·      K. Pandan =
·      K. Rotan    =  +
                                      40



·      Kerapatan Relatif =
·      KR. Pandan = %
·      KR. Rotan    =   +
                                                  100 %
·      Frekuensi =
·      F. Pandan =
·      F. Rotan     =   +
                                0,66
·      Frekuensi Relatif = 100 %
·      FR. Pandan =
·      FR. Rotan    =   +
          100 %
·      Dominansi =
·      D. Pandan =
·      D. Rotan    =    +
                                            0,000518               
·      Dominansi Relatif =
·      DR. Pandan =  %
·      DR. Rotan    =   +
        99,99 %
·      INP = KR + FR + DR
·      INP. Pandan = 50 % + 50 % + 54,44 % = 154,44 %
·      INP. Rotan    = 50 % + 50 % + 45,55 % = 145,55 %  +
  299,99 

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
IV.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
Plot
Nama Lokal Spesies
Tinggi (m)
Keliling (cm)
Kanopi (m)
1
10×10
Beringin
10,9
800
5
2
Ongkolian
10,7
132
8
3
Aletes
10,3
59
5
4
Sama
10,1
20
6
5
Aren
4
36
0,68
1
5×5
Pandan
2
7
2
2
Jati
8
9,87
4
3
Bambu
9
6,5
5
1
2×2
Pandan
5
1,32
4
2
Rotan
4
1,25
3

IV.2 Pembahasan
Vegetasi dalam ekologi adalah istilah untuk keseluruhan komunitas tetumbuhan. Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem. Beraneka tipe hutan, kebun, padang rumput dan tundra merupakan contoh-contoh vegetasi.
Analisis vegetasi biasa dilakukan oleh ilmuwan ekologi untuk mempelajari kemelimpahan jenis serta kerapatan tumbuh tumbuhan pada suatu tempat.Dengan menganalisis persebaran vegetasi maka ilmuwan ekologi akan lebih mudah untuk mempelajari suatu komunitas tumbuhan. Kelestarian lingkungan ditentukan oleh indikatornya yang berupa ada atau tidaknya komunitas suatu tumbuhan tertentu pada suatu lingkungan tertentu. Hal ini terjadi karena beberapa jenis komunitas tumbuhan sangat sensitif terhadap perubahan yang terjadi pada tempatnya tinggal atau hidup.
Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
Dari hasil pengamatan yang diperoleh dapat diketahui bahwa pada plot 10×10 m2 terdiri dari 2 jenis pohon, 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total tumbuhan sebanyak 5 spesies. Pada plot 10×10 m2, untuk spesies pohon yang memiliki ketinggian diatas 10 meter. Luas bidang dasar dari beringin, ongkolian, aletes sama dan aren berturut-turut yaitu 2,54, 0,42, 0,18, 0,06 dan 0,11.
Jumlah kerapatan pohon secara keseluruhan yaitu 10 dan jumlah kerapatan relatif keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi pohon keseluruhan yaitu 0,66 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi pohon keseluruhan 14,8 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan  99 %. INP keseluruhan 299,99.
Selain itu untuk tiang jumlah kerapatan tiang secara keseluruhan yaitu 20 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,66 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 2,9 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan  99,99 %. INP keseluruhan 299,99 %.
Untuk pancang jumlah kerapatan pancang  secara keseluruhan yaitu 20 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,3 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 1,2 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan  100 %. INP keseluruhan 300 %.
Pada plot 5×5 m2 terdiri dari 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total tumbuhan sebanyak 3 spesies. Pada plot 5×5 m2, untuk spesies tiang yang memiliki ketinggian 2 dan 8 meter. Luas bidang dasar dari pandan dan jati berturut-turut yaitu 0,037994 dan 0,000774.
Jumlah kerapatan tiang secara keseluruhan yaitu 40 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,66 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 0,754 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan  100 %. INP keseluruhan 299,99 %.
Untuk pancang jumlah kerapatan pancang  secara keseluruhan yaitu 20 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,3 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 0,39 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan  100 %. INP keseluruhan 300 %.
Pada plot 2×2 m2 terdiri dari 2 jenis pancang yaitu pandan dan rotan dengan total tumbuhan sebanyak 2 spesies. Pada plot 2×2 m2, spesies tumbuhan memiliki ketinggian 5 dan 4 meter. Luas bidang dasar dari pandan dan rotan berturut-turut yaitu 0,0000141 dan 0,0000118.
Jumlah kerapatan pancang  secara keseluruhan yaitu 40 dan jumlah kerapatan relatif tiang keseluruhan yaitu 100 %. Jumlah frekuensi tiang keseluruhan yaitu 0,66 dan frekuensi relatif pohon keseluruhan yaitu 100 %. Sedangkan jumlah dominansi tiang keseluruhan 0,000518 dengan jumlah dominansi relatif pohon keseluruhan  299,99 %. INP keseluruhan 299,99 %.
Tingginya tingkat densitas dari spesies dari ketiga plot diatas yang menempati suatu ekosistem tertentu ini disebabkan oleh banyak faktor, salah satunya faktor lingkungan yang mendukung seperti pH, suhu dan kelembaban yang cocok guna untuk mendukung pertumbuhan populasi selain itu juga memiliki kemampuan bersaing yang cukup kuat terhadap tanaman lain untuk tetap bertahan hidup di lingkungannya, karena cengkeh, jati, dan ingas  memiliki sistem perakaran yang mendukung dia untuk tumbuh.

BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh dari praktikum lapangan ekologi tumbuhan adalah sebagai berikut :
1.  Vegetasi merupakan bagian hidup yang tersusun dari tumbuhan yang menempati suatu ekosistem.
2.  Analisis vegetasi adalah suatu cara mempelajari susunan dan atau komposisi vegetasi secara bentuk (struktur) vegetasi dari tumbuh-tumbuhan.
3.  Tingginya tingkat populasi dari tiap plot (10×10 m2, 5×5 m2 dan 2×2  m2), mulai dari pohon, tiang hingga pancang.
4.  Pada plot 10×10 m2 terdiri dari 2 jenis pohon, 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total tumbuhan sebanyak 5 spesies.
5.  Pada plot 5×5 m2 terdiri dari 2 jenis tiang dan 1 jenis pancang dengan total tumbuhan sebanyak 3 spesies.
6.  Pada plot 2×2 m2 terdiri dari 2 jenis pancang yaitu pandan dan rotan dengan total tumbuhan sebanyak 2 spesies.
V.2 Saran
Sebaiknya pengamatan spesies untuk mengetahui analisi vegetasi harus lebih teliti dalam mengamati dan mengukur  jenis tumbuhan yang tumbuh pada ltiap plot atau sampling.

DAFTAR PUSTAKA
Djunair. 2003. Sejarah Desa Talaga  (http://djunair.blogspot.com /2003/06/sejarah-desa-talaga.html). Diakses pada tanggal 01 Juni 2013.
Rizal, 2006. Keragaman Masyarakat Sekitar Danau Talaga (http://Rizalchiki.blogspot.com/2006/03/keragaman-masyarakat-sekitar-danau-talaga.html) . Diakses pada tanggal 01 Juni 2013.
Rochman, 2009Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Ladang dan Laboratorium. Jakarta : UI Press.

Sutarno, 2007. Ragam Adat Masyarakat Dampelas (http://sutarno.blogspot.com/2007/01/ragam-adat-masyarakat-dampelas .html) . Diakses pada tanggal 01 Juni 2013.