Minggu, 12 Januari 2014

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan "Dormansi Pada Kulit Biji Yang Keras"

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal. Dengan demikian, dormansi merupakan suatu reaksi atas keadaan fisik atau lingkungan tertentu. Pemicu dormansi dapat bersifat mekanis, keadaan fisik lingkungan atau kimiawi.
Banyak biji tumbuhan budidaya yang menunjukkan perilaku ini. Penanaman benih secara normal tidak menghasilkan perkecambahan atau hanya sedikit perkecambahan. Perilaku tertentu perlu dilakukan untuk mematahkan dormansi sehingga benih menjadi tanggap terhadap kondisi yang kondusif bagi pertumbuhan. Bagian tumbuhan yang lainnya yang juga diketahui berperilaku dormansi adalah kuncup.
Kondisi dormansi mungkin dibawa sejak benih masak secara fisiologis ketika masih berada pada tanaman induknya atau mungkin setelah benih tersebut terlepas dari tanaman induknya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit biji dan keadaan fisiologis dari embrio atau bahkan kombinasi dari kedua keadaan tersebut.
Memecahkan dormansi pada benih tanaman pangan untuk mengetahui dan membedakan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormans adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat.
Ada beberapa cara yang telah diketahui antaranya dengan perlakuan mekanis yaitu Skalirifikasi. Skalirifikasi ini mencakup cara-cara seperti mengkikir/menggosok kulit biji dengan amplas. Melubangi kulit biji dengan pisau, memecahkan kulit biji maupun dengan perlakuan goncangan untuk benih-benih yang memiliki sumbat gabus. Tujuan dari perlakuan mekanis adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air dan gas.
Dengan perlakuan kimia, tujuan dari perlakuan ini adalah menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
Penyebab lain dari dormansi biji adalah adanya zat penghambat perkecambahan. Cairan buah tertentu seperti jeruk dan tomat mengandung zat penghambat perkecambahan sehingga mencegah biji tersebut tidak berkecambah ketika masih dalam buah. Dormansi karena adanya zat penghambat dapat dihilangkan dengan mencuci biji dengan air sehingga zat penghambat akan hilang.

B. Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu mematahkan dormansi pada biji karena kulit biji yang keras pada perlakuan fisik dan khemis.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Benih dikatakan dormansi bila benih tersebut sebenarnya hidup tetapi berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang secara umum dianggap telah memenuhi syarat bagi suatu perkecambahan. Dormansi merupakan terhambatnya proses metabolisme dalam biji. Dormansi dapat berlangsung dalam waktu yang sangat bervariasi (harian-tahunan) tergantung oleh jenis tanaman dan pengaruh lingkungannya. Dormansi pada benih dapat disebabkan oleh keadaan fisik dari kulit, keadaan fisiologis dari embrio, atau kombinasi dari kedua keadaan tersebut. Namun demikian, dormansi bukan berarti benih tersebut mati atau tidak dapat tumbuh kembali, disini hanya terjadi masa istirahat dari pada benih itu sendiri. Masa ini dapat dipecahkan dengan berbagai cara, seperti cara mekanis atau kimiawi. Cara mekanis dengan menggunakan sumber daya alat atau bahan mekanis yang ada seperti amplas, jarum, pisau, alat penggoncang dan sebagainya. Sedangkan cara kimiawi dengan menggunakan bahan-bahan kimia seperti asam sulfat pekat dan HNO3 pekat. Pada intinya cara-cara tersebut supaya terdapat celah agar air dan gas udara untuk perkecambahan dapat masuk ke dalam benih (Suetopo, 1985).
Menurut Dwidjoseputro (1985), variasi umur benih suatu tanaman sangatlah beragam, namun juga bukan berarti bahwa benih yang telah masak akan hidup selamanya. Seperti, kondisi penyimpanan selalu mempengaruhi daya hidup benih. Meningkatnya kelembaban biasanya mempercepat hilangnya daya hidup, walaupun beberapa biji dapat hidup lebih lama dalam air. Penyimpanan dalam botol atau di udara terbuka pada suhu sedang sampai tinggi menyebabkan biji kehilangan air dan sel akan pecah apabila biji diberi air. Pecahnya sel melukai embrio dan melepaskan hara yang merupakan bahan yang baik bagi pertumbuhan pathogen penyakit. Tingkat oksigen normal umumnya mempengaruhi dan merugikan masa hidup biji. Kehilangan daya hidup terbesar bila benih disimpan dalam udara lembab dengan suhu 35°C atau lebih. Adapun tipe dormansi adalah sebagai berikut :
1.      Dormansi fisik : yang menyebabkan pembatasan struktural terhadap perkecambahan. Seperti kulit biji yang keras dan kedap sehingga menjadi penghalang mekanisme terhadap masuknya air dan gas pada beberapa jenis tanaman.
2.      Dormansi fisiologi : dapat disebabkan oleh beberapa mekanisme, umumnya dapat disebabkan oleh pengatur tumbuh baik penghambat atau perangsang tumbuh, dapat juga oleh faktor-faktor dalam seperti ketidaksamaan embrio dan sebab-sebab fisiologi lainnya.
Perkecambah merupakan transformasi dari bentuk embrio menjadi tanaman yang sempurna. Perkecambahan biji yang dipermudah dengan keadaan tertentu seperti penyucian, dengan keberadaan zat penghambat tumbuh larut air pada kulit biji, suhu rendah, perpecahan kulit biji dan hal lain membuat potensial bahan tanam sebagai sumber keseragaman tanaman menjadi cukup rumit. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa lingkungan relung tanah tidak akan sama pada kondisi lapangan seperti dalam hal kandungan air, temperatur dan organisme (Sitompul dan Guritno, 1995).
Perkecambahan biji adalah kulminasi dari serangkaian kompleks proses-proses metabolik yang masing-masing harus berlangsung tanpa gangguan. Tiap substansi yang menghambat salah satu proses akan berakibat pada terhambatnya seluruh rangkaian proses pekecambahan. Beberapa zat penghambat dalam biji yang telah berhasil diisolir adalah soumarin dan lacton tidak jenuh, namun lokasi penghambatnya sukar ditentukan karena daerah kerjanya berbeda dengan tempat dimana zat tersebut diisolir. Zat penghambat dapat berada dalam embrio, endosperm, kulit biji maupun daging buah (Burhan, 1977).
Menurut Salisbury dan Ross (1995), untuk mengetahui dan membedakan apakah suatu benih yang tidak dapat berkecambah adalah dorman atau mati, maka dormansi perlu dipecahkan. Masalah utama yang dihadapi pada saat pengujian daya tumbuh/kecambah benih yang dormansi adalah bagaimana cara mengetahui dormansi, sehingga diperlukan cara-cara agar dormansi dapat dipersingkat. Ada beberapa cara yang telah diketahui, yaitu :

1.      Dengan perlakuan mekanis, tujuan dari perlakuan mekanis ini adalah untuk melemahkan kulit biji yang keras sehingga lebih permeabel terhadap air atau gas. Diantaranya yaitu dengan Skarifikasi.
2.      Dengan perlakuan kimia, tujuan dari perlakuan kimia adalah menjadikan agar kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi. Larutan asam kuat seperti asam sulfat, asam nitrat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.
3.      Dengan perlakuan perendaman dengan air, perlakuan perendaman di dalam air panas dengan tujuan memudahkan penyerapan air oleh benih.
4.      Dengan perlakuan suhu, cara yang sering dipakai adalah dengan memberi temperatur rendah pada keadaan lembap (stratifikasi). Selama stratifikasi terjadi sejumlah perubahan dalam benih yang berakibat menghilangkan bahan-bahan penghambat perkecambahan atau terjadi pembentukan bahan-bahan yang merangsang pertumbuhan.
5.      Dengan perlakuan cahaya, cahaya berpengaruh terhadap prosentase perkecambahan benih dan laju perkecambahan. Pengaruh cahaya pada benih bukan saja dalam jumlah cahaya yang diterima tetapi juga intensitas cahaya dan panjang hari.

BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Hari / tanggal       : Kamis/ 31 November 2013
Pukul                    : 15.00 WITA - selesai
Tempat                 : Laboratorium Biodiversity Jurusan Biologi FMIPA 
       UNTAD
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Alat
a.    Kertas amplas
b.    Cawan petri
c.    Kertas tissue
d.   Label
e.    Kamera
f.     Alat tulis
2. Bahan
a.    Biji asam (Tamarandus indica)
b.    Asam sulfat pekat
c.    Air

C.  Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengambil sebanyak 60 biji asam dan membaginya dalam 6 kelompok, masing-masing 10 biji.
2.      Kelompok 1 menghilangkan sebagian kulit bijinya pada bagian yang tidak ada lembaganya dengan cara digerinda dan kemudian dikecambahkan dalam air.
3.      Kelompok II, III, dan IV merendam biji asam dalam asam sulfat pekat selama 5, 10 dan 15 menit, kemudian dicuci dengan air dan kemudian dikecambahkan dalam air.
4.      Kelompok 6 langsung dikecambahkan di dalam air sebagai kontrol.
5.      Air untuk perkecambahan diganti tiap hari dan diamati kapan biji mulai berkecambah dan banyaknya pada tiap kelompok. Percobaan diakhiri setelah dua minggu.

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
IV.1  Hasil Pengamatan Morfologi Biji Thamarandus indica
Hari
Perlakuan
Diamplas
Larutan H2SO4
(5 menit)
Larutan H2SO4
(10 menit)
Larutan
H2SO4
(15 menit)
Larutan H2SO4
(20 menit)
Kontrol (air biasa)
1
-
-
-
-
-
-
2
Semua biji terkelupas (10)
2 biji yang terkelupas
6 biji yang terkelupas
2 biji yang terkelupas
5 biji yang terkelupas
1 biji yang terkelupas
3
-
-
-
-
-
-
4
Semua biji  terkelupas (10)
2 biji yang terkelupas
8 biji yang terkelupas
3 biji yang terkelupas
5 biji yang terkelupas
2 biji yang terkelupas
5
-
-
-
-
-
-
6
Semua biji terkelupas (10)
2 biji yang terkelupas
9 biji yang terkelupas
3 biji yang terkelupas
5 biji yang terkelupas
4 biji yang terkelupas
7
Semua biji terkelupas
(10)
3 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah
3 biji yang terkelupas
5 biji yang terkelupas
4 biji yang terkelupas
8
Semua biji terkelupas
(10)
3 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah)
5 biji yang terkelupas
6 biji yang terkelupas
4 biji yang terkelupas
9
Semua biji terkelupas
(10)
3 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah)
6 biji yang terkelupas
7 biji yang terkelupas
5 biji yang terkelupas
10
-
-
-
-
-
-
11
Semua biji terkelupas (10)
3 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah)
8 biji yang terkelupas



9 biji yang terkelupas



6 biji yang terkelupas
12
Semua biji terkelupas (10)
4 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah)
8 biji yang terkelupas
9 biji yang terkelupas
7 biji yang terkelupas
13
Semua biji terkelupas (10)
5 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah)
8 biji yang terkelupas
9 biji yang terkelupas
8 biji yang terkelupas
14
Semua biji terkelupas
(10)
5 biji yang terkelupas
Semua terkelupas
(2 biji yang berkecambah)
9 biji yang terkelupas
9 biji yang terkelupas
8 biji yang terkelupas

IV.2 Hasil Pengamatan Gambar Biji Thamarandus indica
Hari
Perlakuan
Diamplas
Larutan H2SO4
(5 menit)
Larutan H2SO4
(10 menit)
Larutan H2SO4
(15 menit)
Larutan H2SO4
(20 menit)
Kontrol (air biasa)
1



Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari pertama praktek\2013-10-31 16.49.05.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari pertama praktek\2013-10-31 16.49.24.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari pertama praktek\2013-10-31 16.49.11.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari pertama praktek\2013-10-31 16.49.17.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari pertama praktek\2013-10-31 16.48.54.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari pertama praktek\2013-10-31 16.49.00.jpg
2



Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari Ke 2\2013-11-02 11.23.38.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari Ke 2\2013-11-02 11.22.26.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari Ke 2\2013-11-02 11.22.36.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari Ke 2\2013-11-02 11.22.47.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari Ke 2\2013-11-02 11.23.02.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari Ke 2\2013-11-02 11.23.17.jpg
3




-
-
-
-
-
-
4




Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 4\C360_2013-11-04-14-58-06_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 4\C360_2013-11-04-14-58-45_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 4\C360_2013-11-04-15-01-50_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 4\C360_2013-11-04-14-59-32_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 4\C360_2013-11-04-14-59-47_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 4\C360_2013-11-04-14-57-55_org.jpg
5



-
-
-
-
-
-
6




Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 6\C360_2013-11-06-15-53-41_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 6\C360_2013-11-06-15-52-42_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 6\C360_2013-11-06-15-52-54_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 6\C360_2013-11-06-15-53-14_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 6\C360_2013-11-06-15-53-26_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 6\C360_2013-11-06-15-52-23_org.jpg
7




Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 7\20131107_161717.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 7\20131107_161757.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 7\C360_2013-11-07-16-20-55_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 7\C360_2013-11-07-16-21-17_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 7\C360_2013-11-07-16-21-36_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 7\20131107_161857.jpg
8




Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 8\20131108_152318.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 8\20131108_152247.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 8\20131108_152228.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 8\20131108_152329.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 8\20131108_152303.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 8\20131108_152347.jpg
9





Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 9\C360_2013-11-09-12-18-48_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 9\C360_2013-11-09-12-16-30_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 9\C360_2013-11-09-12-17-11_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 9\C360_2013-11-09-12-17-54_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 9\C360_2013-11-09-12-18-22_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 9\C360_2013-11-09-12-15-54_org.jpg
10




-
-
-
-
-
-
11





Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 11\C360_2013-11-11-15-38-12_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 11\C360_2013-11-11-15-34-58_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 11\C360_2013-11-11-15-35-26_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 11\C360_2013-11-11-15-35-49.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 11\C360_2013-11-11-15-36-02.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 11\C360_2013-11-11-15-34-41.jpg
12




Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 12\C360_2013-11-12-17-55-25_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 12\C360_2013-11-12-17-53-56_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 12\C360_2013-11-12-17-54-14_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 12\C360_2013-11-12-17-54-32_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 12\C360_2013-11-12-17-55-03_org.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 12\C360_2013-11-12-17-53-33_org.jpg
13




Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 13\20131113_155218.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 13\20131113_155107.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 13\20131113_155124.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 13\20131113_155142.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 13\20131113_155159.jpg
Description: E:\Laporankuuuuuu\lap. Fistum\Gambar Perc 6\Hari ke 13\20131113_155048.jpg
14







B.  Pembahasan
Tanaman asam atau Thamarindus indica memiliki kulit biji yang keras sehingga dapat menghalangi masuknya air dan oksigen kedalam biji sekaligus dapat menghambat pertumbuhan embrio. Perkecambahan ditandai dengan munculnya akar embrionik (radikula) menembus kulit biji. Perkecambahan terjadi setelah mengalami beberapa tahap yaitu absorbs air, metabolisme, pemecahan materi, proses transport materi, pembentukan kembali materi baru, respirasi dan pertumbuhan. Masa dormansi biji karena kulit biji yang keras dapat diputuskan dengan berbagai perlakuan khusus. Berdasarkan hasil praktikum maka dapat dilihat bahwa perlakuan-perlakuan khusus seperti perlakuan fisik dan perlakuan kimia dapat memutuskan masa dormansi suatu biji karena kulitnya yang keras.
Kecambah dibagi menjadi 6 kelompok dan diberi perlakuan yang berbeda-beda yaitu dengan skarifikasi fisik atau diamplas dan skarifikasi kimia (direndam didalam larutan asam sulfat pekat  selama 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit) dan yang terakhir sebagai kontrol hanya direndam dengan air. Pengamatan dilakukan selama 14 hari.
Skarifikasi secara fisik yang dilakukan pada biji Thamarindus indica adalah dengan cara di amplas hingga sebagian kulit biji terkelupas. Pengamplasan ini bertujuan untuk menipiskan atau merusak kulit biji sehingga kulit biji bersifat permeable untuk memudahkan biji melakukan imbibisi air dan oksigen yang dibutuhkan pada proses perkecambahan. Selain itu karena kulit bijinya tipis maka radikula akan dengan mudah menembus kulit biji. Hasil praktikum menunjukkan bahwa semua biji yang telah diamplas pada akhirnya akan terkelupas akan tetapi tidak mengalami perkecambahan karena pada beberapa biji Thamarindus indica yang di amplas telah berjamur, tumbuhnya organisme lain ini juga ikut mempengaruhi gagalnya perkecambahan karena terjadi persaingan dalam mengambil oksigen dan kebutuhan air.
Selain skarifikasi fisik, juga dilakukan skarifikasi kimia yaitu dengan merendam kecambah di dalam larutan asam sulfat pekat (H2SO4).  Perendaman dengan asam sulfat efektif dalam mengurangi kandungan dalam biji keras. Dengan kata lain perlakuan ini dapat menghilangkan sumbat hilum dan mengurangi kandungan kulit biji yang keras sehingga biji dapat tumbuh dengan baik. Skarifikasi kimia juga bertujuan untuk melunakkan kulit biji sehingga biji dapat mengimbibisi air dan oksigen, juga dapat memudahkan embrio untuk tumbuh. Biji yang direndam selama 5 menit hingga akhir pengamatan atau hari ke-14 hanya menunjukkan 5 biji yang kuliitnya terkelupas dan tidak berkecambah. Pada biji yang direndam selama 10 menit hingga akhir pengamatan hanya menunjukkan 2 buah yang berkecambah sedangkan yang lainnya tetap tidak menunjukkan tanda-tanda akan terjadinya perkecambahan tetapi mengalami pengelupasan pada kulit biji. Biji yang direndam selama 15 menit hingga akhir pengamatan tidak satupun biji yang mengalami perkecambahan tetapi 9 dari 10 biji tersebut mengalami pengelupasan pada kulit biji. Sedangkan untuk  yang direndam  selama 20 menit hanya menunjukkan 9 biji yang mengalami pengelupasan. Kurangnya biji yang mengalami perkecambahan disebabkan oleh beberapa faktor yaitu karena kulit biji belum lunak atau rusak sepenuhnya sehingga kulit biji masih bersifat impermeabilitas atau tidak dapat mengimbibisi air dan oksigen. Selain itu, mungkin saja perkecambahan gagal terjadi karena kondisi embrio tanaman Thamarindus indica telah rusak.
Pada tanaman kontrol (hanya direndam dengan air) hingga akhir pengamatan yaitu hari ke-14 tidak menunjukkan adanya perkecambahan tetapi 8 dari 10 biji mengalami pengelupasan. Hal ini jelas menunjukkan bahwa kulit biji yang keras tersebut menghalangi masuknya air dan oksigen kedalam biji dan menghalangi pertumbuhan embrio meskipun biji Thamarindus indica di letakkan di dalam wadah yang selalu di beri air yang cukup. Dari Praktikum ini dapat dilihat bahwa perlakuan-perlakuan yang lebih efisien dalam mematahkan dormansi biji Thamarandus indica yaitu pada perlakuan kimia karena larutan kimia (H2SO4) menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi, larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah. Secara alami, masa dormansi dapat dipatahkan karena adanya perubahan suhu lingkungan, aktivitas mikroba tanah dan atau oleh alat pencernaan burung dan hewan lainnya. Namun Biji yang telah mengalami dormansi yang sangat lama juga dapat menyebabkan menurunya kualitas tumbuh embrio.
BAB V
PENUTUP

A.  Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang di peroleh dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Dormansi adalah suatu keadaan berhenti tumbuh yang dialami organisme hidup atau bagiannya sebagai tanggapan atas suatu keadaan yang tidak mendukung pertumbuhan normal.
2.      Dari hasil pengamatan biji yang direndam pada larutan asam sulfat pekat (H2SO4) selama 5 menit, 10 menit, 15 menit dan 20 menit yang terkelupas secara berturut-turut yaitu 5 biji, 10 biji, 9 biji dan 9 biji. Sedangkan pada biji yang diamplas dan sebagai kontrol yang terkelupas secara berturut-turut yaitu 10 biji dan 8 biji.
3.      Dari Praktikum ini dapat dilihat bahwa perlakuan-perlakuan yang lebih efisien dalam mematahkan dormansi biji Thamarandus indica yaitu pada perlakuan kimia karena larutan kimia (H2SO4) menjadikan kulit biji lebih mudah dimasuki air pada waktu proses imbibisi, larutan asam kuat seperti asam sulfat dengan konsentrasi pekat membuat kulit biji menjadi lebih lunak sehingga dapat dilalui oleh air dengan mudah.

B.  Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.

Dwidjoseputro, D, 1985, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Sitompul dan Guritno, 1995, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.

Suetopo,E.B, 1985, Biologi, ITB, Bandung.