Minggu, 29 Desember 2013

Pengamatan Praktikum Bioteknologi KULTUR JARINGAN

Pengamatan Hari ke-4

 Pengamatan Hari ke-7


Pengamatan Praktikum Bioteknologi FEREMENTASI ALKOHOL (PEMBUATAN SARI BUAH BERALKOHOL)

Pengamatan Alkohol dari Sari Buah


Sukrosa 0%


Sukrosa 5%


Sukrosa 10%


Sukrosa 15%


Sukrosa 20%






Pengamatan Praktikum Bioteknologi BIOLOGICAL CULTUR

Biakan Jamur Secara Invitro


Pengamatan Morfologis Aspergillus sp.


Pengamatan Morfologis Trichoderma sp.


Uji Antagonis Aspergillus sp. dan Trichoderma sp.




Laporan Praktikum Bioteknologi KULTUR JARINGAN

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Kultur jaringan merupakan salah satu cara perbanyakan tanaman secara vegetatif. Kultur jaringan merupakan teknik perbanyakan tanaman dengan cara mengisolasi bagian tanaman seperti daun, mata tunas, serta menumbuhkan bagian-bagian tersebut dalam media buatan secara aseptik yang kaya nutrisi dan zat pengatur tumbuh dalam wadah tertutup yang tembus cahaya sehingga bagian tanaman dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap. Prinsip utama dari teknik kultur jaringan adalah perbanyakan tanaman dengan menggunakan bagian vegetatif tanaman menggunakan media buatan yang dilakukan di tempat steril.
Media merupakan faktor penentu dalam perbanyakan dengan kultur jaringan. Komposisi media yang digunakan tergantung dengan jenis tanaman yang akan diperbanyak. Media kultur yang baik seharusnya menyediakan unsur hara baik makro maupun mikro, sumber vitamin dan asam amino, sumber karbohidrat, zat pengatur tumbuh, senyawa organik sebagai tambahan seperti air kelapa, ekstrak buah dll, bahan pemadat agar-agar dan gelrite dan juga menyediakan arang aktif untuk kasus tertentu untuk tanaman.
Berdasarkan pemaparan diatas yang melatar belakangi pembuatan laporan ini untuk mempelajari teknik penanaman biji dan eksplan secara in vitro.

B.     Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah mempelajari teknik penanaman biji dan eksplan secara in vitro.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Kultur jaringan atau budidaya in vitro adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, jaringan atau organ yang serba steril, ditumbuhkan pada media buatan yang steril, dalam botol kultur yang steril dan dalam kondisi yang aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi suatu tanaman yang lengkap (Indrianto, 2002).
Kultur jaringan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk membuat bagian tanaman (akar, tunas, jaringan tumbuh tanaman) tumbuh menjadi tanaman utuh (sempurna) dikondisi in vitro (didalam gelas). Jadi Kultur in vitro dapat diartikan sebagai bagian jaringan yang dibiakkan di dalam tabung inkubasi atau cawan petri dari kaca atau material tembus pandang lainnya. Secara teoritis teknik kultur jaringan dapat dilakukan untuk semua jaringan, baik dari tumbuhan, hewan, bahkan juga manusia, karena berdasarkan teori Totipotensi Sel (Total Genetic Potential), bahwa setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan berediferensiasi menjadi tanaman lengkap. Sel dari suatu organisme multiseluler di mana pun letaknya, sebenarnya sama dengan sel zigot karena berasal dari satu sel tersebut, setiap sel berasal dari satu sel (Harianto, 2009).
Kultur adalah budidaya dan jaringan adalah sekelompok sel yang mempunyai bentuk dan fungsi yang sama. jadi, kultur jaringan berarti membudidayakan suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang mempunyai sifat seperti induknya (Pramono, 2007).
Metode kultur jaringan dikembangkan untuk membantu memperbanyak tanaman, khususnya untuk tanaman yang sulit dikembangbiakkan secara generatif. Bibit yang dihasilkan dari kultur jaringan mempunyai beberapa keunggulan, antara lain: mempunyai sifat yang identik dengan induknya, dapat diperbanyak dalam jumlah yang besar sehingga  tidak terlalu membutuhkan tempat yang luas, mampu menghasilkan bibit dengan jumlah besar dalam waktu yang singkat, kesehatan dan mutu bibit lebih terjamin, kecepatan tumbuh bibit lebih cepat dibandingkan dengan perbanyakan konvensional (Widianti, 2003).
Sebelum melakukan kultur jaringan untuk suatu tanaman, kegiatan yang pertama harus dilakukan adalah memilih bahan induk yang akan diperbanyak. Tanaman tersebut harus jelas jenis, spesies, dan varietasnya serta harus sehat dan bebas dari hama dan penyakit. Tanaman indukan sumber eksplan tersebut harus dikondisikan dan dipersiapkan secara khusus di rumah kaca atau greenhouse agar eksplan yang akan dikulturkan sehat dan dapat tumbuh baik serta bebas dari sumber kontaminan pada waktu dikulturkan secara in-vitro (Andini, 2001).
Tahapan yang dilakukan dalam perbanyakan tanaman dengan teknik kultur jaringan yaitu sebagai berikut yang dimulai dari Pembuatan media, Inisiasi,  Sterilisasi, Multiplikasi, Pengakaran, Aklimatisasi (Harianto, 2009).
Kelebihan teknik kultur jaringan adalah dapat memperbanyak tanaman tertentu yang sangat sulit dan lambat diperbanyak secara konvensional, dalam waktu singkat dapat menghasilkan jumlah bibit yang lebih besar, perbanyakannya tidak membutuhkan tempat yang luas, dapat dilakukan sepanjang tahun tanpa mengenal musim, bibit yang dihasilkan lebih sehat dan dapat memanipulasi genetik dan biaya pengangkutan bibit lebih murah. Sedangkan kelemahannya adalah dibutuhkannya biaya yang relatif lebih besar untuk pengadaan laboratorium, dibutuhkan keahlian khusus untuk mengerjakannya dan tanaman yang dihasilkan berukuran kecil dengan kondisi aseptik, terbiasa dilingkungan hidup dengan kelembaban tinggi dan relatif stabil sehingga perlu perlakuaan khusus setelah aklimatisasi dan perlu penyesuaian lagi untuk kelingkungan eksternal (Pramono, 2007).
  
BAB III
METODOLOGI
A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/tanggal  :  Sabtu, 07 Desember 2013
Waktu           :  Pukul 17.00 WITA - Selesai
Tempat          :  Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA UNTAD
B.     Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
a. Alat
1.      Laminar air flow
2.      Growth chamber
3.      Botol selai
4.      Skalpel
5.      Pingset
6.      Penjepit
7.      Cawan petri
8.      Alat tulis
9.      Kamera
b. Bahan
1.      Biji buah kakao (Theobroma cacao)
2.      Aquadest
3.      Tissue
4.      Alkohol 98%
5.      Media MS
6.      Karet gelang
7.      Label

C.    Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.         Memilih biji yang bagus
2.         Mencuci biji dengan deterjen selama 3 menit
3.         Membilas dengan aquades sebanyak 3 kali selama 2 menit
4.         Mencuci biji dengan fungisida selama 3 menit
5.         Membilas dengan aquades sebanyak 3 kali selama 2 menit
6.         Mencuci biji dengan larutan klorox
7.         Membilas dengan aquades sebanyak 3 kali selama 2 menit
8.         Memasukkan biji ke dalam cawan petri
9.         Mengupas hilus (kulit biji)
10.     Memasukkan ke dalam botol yang didalamnya terdapat medium MS
11.     Memasukkan ke dalam Growth chamber

BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
 A. Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
Hari Pengamatan
Gambar
Keterangan
1.
Hari ke-4


Belum terjadi perkecambahan pada biji kakao.
2.
Hari ke-7


Sudah mulai terjadi terjadi perkecambahan, terlihat adanya duri pada ujung biji kakao.




 B. Pembahasan
Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik. Sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan bergenerasi menjadi tanaman lengkap kembali.
Pada praktikum ini yaitu mengkultur biji kakao, hal pertama yang dilakukan yaitu mencuci bersih biji kakao dengan deterjen hal ini bertujuan menghilangkan lendir-lendir dari biji kakao kemudian direndam dengan fungisida yang berfungsi untuk membunuh kuman kemudian merendam dengan larutan klorox untuk membunuh mikroba setelah itu biji kakao dicuci dengan menggunakan aquades selama 3 kali yang bertujuan untuk menghilangkan larutan klorox yang melekat pada biji kakao tersebut. Biji kakao tersebut dimasukkan kedalam cawan petri dan mulai bekerja pada laminar air flow yang berfungsi  untuk menyaring udara yang masuk, sehingga udara yang masuk adalah udara steril atau telah bebas dari bakteri-bakteri dan mikroorganisme yang dapat menyebabkan kontaminasi pada bahan kultur dan juga menyemprotkan alkohol 98% pada tangan agar tangan steril dan tidak terkontaminasi oleh bakteri, setelah itu mengelupas kulit biji, tujuan dari mengelupas biji agar biji mudah berkecambah, kemudian dimasukkan kedalam botol yang didalam terdapat medium MS.
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan selama 7 hari di growth chamber tanaman tumbuh tetapi tidak berkembang dengan cepat tanpa kontaminasi hal ini disebabkan karena didalam medium MS terdapat gula yang berfungsi sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi.
Menurut Hutami (1993), sukrosa adalah sumber karbohidrat penghasil energi yang terbaik melebihi glukosa, maltosa, rafinosa. Namun jika tidak terdapat sukrosa, sumber karbohidrat tersebut dapat digantikan dengan gula pasir. Gula pasir cukup memenuhi syarat untuk mendukung pertumbuhan kultur. Selain sebagai sumber energi, gula juga berfungsi sebagai tekanan osmotik media, sedangkan penggunaan agar berfungsi sebagai bahan pemadat media, keuntungan menggunakan agar adalah agar-agar membeku pada suhu 45° C dan mencair pada suhu 100° C sehingga dalam kisaran suhu kultur, agar-agar akan berada dalam keadaan beku yang stabil, tidak dicerna oleh enzim tanaman, dan Tidak bereaksi dengan persenyawaan penyusun media. Selain itu hal yang mempengaruhi dalam kultur jaringan ini yaitu alat yang digunakan steril sehingga tanaman tidak terkontaminasi oleh jamur dan bakteri.
Komposisi media yang digunakan dalam kultur jaringan dapat berbeda komposisinya. Perbedaan komposisi media dapat mengakibatkan perbedaan pertumbuhan dan perkembangan eksplan yang ditumbuhkan secara in vitro. Media Murashige dan Skoog (MS) sering digunakan karena cukup memenuhi unsur hara makro, mikro dan vitamin untuk pertumbuhan tanaman. Nutrien yang tersedia di media berguna untuk metabolisme dan vitamin pada media dibutuhkan oleh organisme dalam jumlah sedikit untuk regulasi. Pada media MS, tidak terdapat zat pengatur tumbuh (ZPT) oleh karena itu ZPT ditambahkan pada media (eksogen). ZPT atau hormon tumbuhan berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Interaksi dan keseimbangan antara ZPT yang diberikan dalam media (eksogen) dan yang diproduksi oleh sel secara endogen menentukan arah perkembangan suatu kultur (Harianto, 2009).

BAB V
PENUTUP
 A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Kultur jaringan adalah suatu metode untuk mengisolasi bagian dari tanaman seperti protoplasma, sel, sekelompok sel, jaringan dan organ, serta menumbuhkannya dalam kondisi aseptik.
2.    Lambatnya pertumbuhan pada tanaman disebabkan karena biji masih sulit untuk menyerap nutrisi didalam medium MS yang terdapat gula sebagai sumber energi dalam media kultur, karena umumnya bagian tanaman atau eksplan yang dikulturkan tidak autotrof dan mempunyai laju fotosintesis yang rendah. Oleh sebab itu tanaman kultur jaringan membutuhkan karbohidart yang cukup sebagai sumber energi.
3.    Kultur jaringan memiliki banyak manfaat diantarnya tanaman cepat tumbuh, tidak membutuhkan tempat yang luas, tidak mudah terinfeksi oleh oleh jamur dan bakteri

 B. Saran
Pada praktikum kultur jaringan akan datang agar memperoleh hasil yang lebih maksimal agar memperhatikan kesterilan alat yang digunakan.

DAFTAR PUSTAKA


Andini, Linda, 2001, Cara memperbanyak Tanaman Secara Efisien, Jakarta :              Agromedia Pustaka.

Harianto,Wijaya,2009, Pengenalan teknik in vitro, Jakarta : Bumi Aksara.

Indrianto, Yuni, 2002, Pembiakan Tanaman Melalui Kultur Jaringan, Jakarta : Gramedia.

Pramono, Hari.2007, Teknik Kultur Jaringan, Jakarta : Kanisius.


Hutami, Sri dan Purnamaningsih, Ragapadmi, 2003, Perbanyakan Klonal Temu Mangga (Curcuma mangga) melalui Kultur In Vitro, Buletin Plasma Nutfah Vol.9 No.1,  Jakarta : Yudhistira.

Laporan Praktikum Bioteknologi FERMENTASI ALKOHOL (PEMBUATAN SARI BUAH BERALKOHOL)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-9. Bioteknologi dengan menggunakan mikroorganisme dapat menghasilkan makanan dan minuman karena dapat tumbuh dengan cepat, mengandung protein yang cukup tinggi dan dapat menggunakan produk-produk sisa sebagai substratnya misalnya dari limbah dapat menghasilkan produk yang tidak toksik dan reaksi biokimianya dapat dikontrol oleh enzim organisme itu sendiri (Darma, 2010).
Fermentasi merupakan bentuk tertua dari bioteknologi minuman beralkohol (bir, anggur, tuak), makanan terfermentasi (keju, yoghurt, tape, tempe, petis, terasi). Orang Somaria dan Babilon kuno sudah minum bir sejak 6000 tahun sebelum masehi. Orang Mesir sudah membuat adonan Kue Asam sejak tahun 4000 sebelum masehi. Sedangkan di Eropa, minuman anggur sudah dikenal jauh dimasa lalu dengan proses fermentasi perkembangan bioteknologi jaman sebelum Louis Pasteur. Tujuan fermentasi adalah untuk menghasilkan suatu produk (bahan pakan) yang mempunyai kandungan nutrisi, tekstur, biological availability yang lebih baik, disamping itu juga menurunkan zat anti nutrisinya (Darma, 2010).
Sehingga yang melatarbelakangi pembuatan laporan ini yaitu untuk mengetahui bagaiafmana cara pembuatan alkohol dari sari buah mangga (Mangifera indica).

1.2  Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum ini yaitu untuk mempelajari prosedur pembuatan sari buah beralkohol dan mempelajari proses terbentuknya alkohol dengan bantuan Saccharomyces cerivisiae.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan makhluk hidup (bakteri, fungi, virus, dan lain-lain) maupun produk dari makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk menghasilkan barang dan jasa. Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi pangan adalah pembuatan bir, roti, maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19,pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan dan reproduksi hewan. Di bidang medis, penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat proses fermentasiyang tidak sempurna. Perubahan signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat dilakukan secara massal. Berikut akan kami bahas mengenai salah satu bentuk Bioteknologi yaitu Fermentasi (Darma, 2010).
Mikroorganisme dapat menjadi bahan pangan ataupun mengubah bahan pangan menjadi bentuk lain. Proses pembuatan pangan yang dibantu oleh mikroorganisme misalnya melalui fermentasi, seperti keju, yoghurt, dan berbagai makanan lain termasuk kecap dan tempe. Pada masa mendatang diharapkan peranan mikroorganisme dalam penciptaan makanan baru seperti mikroprotein dan protein sel tunggal. Mengenal sifat dan cara hidup mikroorganisme juga akan sangat bermanfaat dalam perbaikan teknologi pembuatan makanan (Darma, 2010).
Fermentasi adalah bentuk pengawetan makanan secara modern. Umumnya bahan makanan yang akan diawetkan akan mengalami proses pengubahan karbohidrat menjadi alkohol. Proses tersebut dipengaruhi oleh enzim yang dibuat oleh sel-sel ragi. Umumnya bahan makanan yang diawetkan ditaburi dengan ragi, kemudian disimpan dalam keadaan lembab tanpa sinar matahari. Beberapa contoh
Fermentasi adalah perubahan kimia dalam bahan pangan yang disebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam bahan pangan (Bucle, 1985).
Fermentasi merupakan suatu reaksi yang biasanya terjadi pada senyawa organik zat gula. Senyawa tersebut akan diubah oleh reaksi reduksi dengan katalis enzim menjadi senyawa lain. Hal ini yang menyebabkan buah-buahan dapat diproses secara fermentasi, karena didalam buah-buahan terdapat senyawa organik berupa zat gula (Fardiaz, 1984).
Etanol atau etil alkohol yang di pasaran lebih dikenal sebagai alkohol merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H5OH. Dalam kondisi kamar, etanol berwujud cairan yang tidak berwarna, mudah menguap, mudah terbakar, mudah larut dalam air dan tembus cahaya. Etanol adalah senyawa organik golongan alkohol primer. Sifat fisik dan kimia etanol bergantung pada gugus hidroksil. Reaksi yang dapat terjadi pada etanol antara lain dehidrasi, dehidrogenasi, oksidasi, dan esterifikasi (Rizani, 2000).
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi jumlah etanol yang dihasilkan dari fermentasi adalah mikroorganisme dan media yang digunakan, adanya komponen media yang dapat menghambat pertumbuhan serta kemampuan fermentasi mikroorganisme dan kondisi selama fermentasi (Astuty, 1991).
Pemilihan sel khamir didasarkan pada jenis karbohidrat yang digunakan sebagai medium untuk memproduksi alkohol dari pati dan gula digunakan Saccharomyces cerevisiae. Suhu yang baik untuk proses fermentasi berkisar antara 25-30°C. Derajat keasaman (pH) optimum untuk proses fermentasi sama dengan pH optimum untuk proses pertumbuhan khamir yaitu pH 4,0-4,5. (Rizani, 2000)
Menurut Fardiaz (1992), fermentasi etanol meliputi dua tahap yaitu:
1.      Pemecahan rantai karbon dari glukosa dan pelepasan paling sedikit dua pasang atom hidrogen melalui jalur EMP (Embden-Meyerhoff-Parnas), menghasilkan senyawa karbon lainnya yang lebih teroksidasi daripada glukosa.
2.      Senyawa yang teroksidasi tersebut direduksi kembali oleh atom hidrogen yang dilepaskan dalam tahap pertama, membntuk senyawa-senyawa hasil fermentasi yaitu etanol.
Penggunaan ethanol sangat luas, misalnya bahan baku kosmetik, pelarut organik, obat-obatan, minuman berethanol, dan sumber energi. Ragi yang sering digunakan dalam industri fermentasi ethanol adalah Saccharomyces cerevisiae, Saccharomyces adalah yeast yang dapat tumbuh dengan baik dalam kondisi aerob maupun anaerob. Tapi dalam kondisi anaerob, yeast akan memfermentasi subtrat menjadi gula sangat cepat dan akan segera dikonversi menjadi ethanol. Dalam penelitian Hartati (1999), Pengaruh Saccharomyces cerevisiae terhadap pembuatan ethanol dari buah nangka sortiran ini mencoba menggunakan baker yeast untuk proses fermentasi alkohol. Seperti yang telah kita ketahui bahwa ternyata di dalam udara masih banyak terdapat spora-spora bakteri dan mikroorganisme hidup. Agar tidak mengganggu jalannya fermentasi yang utama, maka semua spora maupun mikroorganisme yang ada dalam udara harus dihilangkan terlebih dahulu. Penghilangan mikroorganisme dilakukan dengan cara sterilisasi. Variabel-variabel yang berpengaruh adalah temperatur,konsentrasi glukosa, jumlah nutrien N, P dan K (Hartati,1999).
Saccharomyces cerevisiae diklasifikasikan sebagai Ascomycetes,  bentuk selnya bulat telur dengan ukuran diameter 5-10 mikrometer. Khamir ini dapat dibudidayakan dengan mudah, waktu generasinya  pendek, dapat menggandakan diri dalam waktu 1,5-2 jam pada suhu 30°C, produksinya cepat dan pemeliharaan beberapa spesimen dengan biaya rendah. Sering digunakan dalam industri misalnya bir, roti dan anggur fermentasi. Pertumbuhan khamir melewati 4 fase yang sangat dipengaruhi oleh nutrisi yang tersedia di dalam medium yaitu fase lag atau disebut juga fase tenggang dimana bakteri masih beradaptasi dengan lingkungan disekitarnya, fase logaritma (PK<50%)., fase stasioner (PK=50%) dan fase kematian (PK>50%) (Bucle, 1985).


Berdasarkan peran oksigen, dikenal dua macam respirasi, yaitu respirasi aerob dan respirasi anaerob (fermentasi). Umumnya respirasi aerob mempunyai tahap-tahap reaksi, mulai dari awal sampai akhir berturut-turut ialah: glikolisis, pembentukan asetil coenzim A (Asetil CoA), siklus krebs dan sistem transport elektron (Soedirokoesoemo, 1993).
Fermentasi adalah proses penghasil energi utama dari berbagai mikroorganisme. Mikroorganisme seperti itu disebut anaeroob, karena mereka mampu hidup dan memecah senyawa organik tanpa oksigen. Beberapa dari organisme tersebut akan mati jika didedahkan dengan oksigen. Dalam hal ini mereka disebut anaerob obligat (Sasmitamihardja, 1996).





















BAB III
METODOLOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum ini adalah sebagai berikut :
Hari/tanggal  :  Kamis, 05 Desember 2013
Waktu           :  Pukul 14.30 WITA - Selesai
Tempat          :  Laboratorium Bioteknologi Jurusan Biologi FMIPA UNTAD
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
3.2.1 Alat
a.      Hot Plate
b.      Gelas ukur 100 ml
c.       Botol sirup
d.      Selang plastik
e.       Corong
f.       Kertas saring
g.      Tabung reaksi
h.      Batang pengaduk
3.2.2 Bahan
a.         Buah mangga
b.        Khamir Saccaromyces cereviseae
c.         Kapas
d.        Lilin
e.         Aquades
f.         Sukrosa 5%, 10%, 15% dan 20%



3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Buah mangga ditimbang sebanyak 500 gram.
2.      Buah mangga direbus dalam air sebanyak 1 liter, hingga mendidih.
3.      Air ekstrak buah mangga dituangkan sebanyak 200 ml ke dalam botol yang telah disterilkan.
4.      Sukrosa ditambahkan kedalam masing-masing botol sebanyak  5%, 10%, 15% dan 20%.
5.      Larutan didinginkan hingga suhu kamar.
6.      10 % suspensi khamir ditambahkan sebagai starter.
7.      Botol ditutup dengan kapas dan memasang pipa plastik menutupi kapas tersebut.
8.      Kapas ditutup dengan lapisan lilin, dilakukan dengan merata hingga tidak ada udara dari luar yang bisa masuk ke dalam botol fermentasi.
9.      Ujung pipa plastik dipasang ke dalam tabung reaksi yang diikatkan pada botol dan diisi air.
10.  Mengamati pada hari ke tiga dan hari ke tujuh dan memperhatikan adanya gelembung udara yang keluar lewat pipa plastik. Adanya gelembung menunjukkan berlangsungnya proses fermentasi.
11.  Setelah hari ke tujuh, aroma alkohol dan asam akan tercium saat tutup botol dibuka.









BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang dilakukan dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
Waktu Pengamatan
Gambar
Keterangan
1.
Hari - 4


Tidak adanya gelembung udara yang dihasilkan serta botol yang diisi sukrosa 20% sudah tercium bau alkohol.
2.
Hari - 7


Tidak adanya gelembung udara yang dihasilkan serta botol yang diisi sukrosa 15% dan 20% sudah tercium bau alkohol.








4.2 Pembahasan
Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba. Produk-produk tersebut biasanya dimanfaatkan sebagai makanan atau minuman. Pada praktikum ini yaitu pembuatan sari buah beralkohol
Pada praktikum ini menggunakan buah mangga, buah mangga direbus dengan aquades hingga mendidih, hal ini bertujuan untuk memperoleh sari buah mangga, kemudian di masukkan kedalam botol sirup steril  yang telah disediakan dan menambahkan sukrosa 5%, 10%, 15% dan 20% serta khamir (Saccaromyces cerevisiae) sebagai starter. Penggunaan Saccaromyces cerevisiae karena mengandung enzim rerspirasi yang sangat kompleks sehingga cocok untuk membantu proses fermentasi sari buah mangga tersebut.
Saccaromyces cerevisiae dapat hidup baik dalam kondisi lingkungan cukup Oksigen maupun kurang Oksigen. Dalam keadaan cukup Oksigen, Saccaromyces cerevisiae akan melakukan respirasi biasa akan tetapi, jika dalam keadaan lingkungan kurang oksigen Saccaromyces sereviciae akan melakukan fermentasi. Hal ini dikarenakan selain membentuk alkohol, hasil fermentasi akan menghasilkan gas CO2 karena dibuktikan dengan munculnya gelembung-gelembung udara pada botol yang berisi air, jika hal ini terjadi maka proses fermentasi sedang berlangsung.
Hasil yang diperoleh dari percobaan ini tidak maksimal karena kapas dan lilin yang digunakan untuk menutup ujung botol tidak tertutup rapat sehingga masih ada Oksigen yang masuk ke dalam botol, pada proses fermentasi alkohol jika Oksigen masih tersedia maka khamir yang bersifat fakultatif akan melakukan respirasi bukan fermentasi dan tidak menghasilkan alkohol. Selain itu kemungkinan starter khamir yang digunakan terlalu sedikit, menurut Sasmitamihardja (1996), presentase starter khamir yang optimal untuk proses fermentasi yaitu 30,29% sedangkan pada percobaan kali ini hanya menggunakan 10% starter kamir.
 Menurut Hartati (1999), kemampuan mikroorganisme untuk tumbuh dan tempat hidup merupakan hal yang penting dalam ekosistem pangan. Beberapa faktor utama yang mempengaruhi sistem fermentasi alkohol oleh mikroorganisme meliputi suplai makanan, waktu, suhu, air, pH, ketersediaan Oksigen, substrat dan mikroba.
Menurut Soedirokoesoemo (1993), proses terbentuknya alkohol dalam keadaan anaerob, asam pirufat yang dihasilkan oleh proses glikolisis akan diubah menjadi asam asetat dan CO2. Selanjuntnya asam asetat diubah menjadi alkohol. Proses perubahan asam asetat menjadi alkohol tersebut di ikuti pula dengan perubahan NADH menjadi NAD+. Dengan terbentuknya NAD+  peristiwa glikolisis dapat terjadi lagi.




















BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Fermentasi merupakan suatu cara untuk mengubah substat menjadi produk tertentu yang dikehendaki dengan menggunakan bantuan mikroba
2.      Pada percobaan hasil yang didapatkan tidak maksimal karena kapas dan lilin yang digunakan untuk menutup ujung botol tidak tertutup rapat sehingga masih ada Oksigen yang masuk ke dalam botol selain itu kemungkinan starter khamir yang digunakan terlalu sedikit.

5.2 Saran
  Pada praktikum selanjutnya alat yang digunakan harus steril dan pengamatan tepat waktu agar hasil pengamatan yang diperoleh lebih baik.
















DAFTAR PUSTAKA
Astuty, E. D. 1991. Fermentasi Etanol Kulit Buah Pisang. UGM. Yogyakarta.

Buckle, K.A, 1985, Ilmu pangan, UI Pres, Jakarta.

Fardiaz, Winarmo, 1984. Biofermentasi dan Biosintesa Protein, Angkasa, Bandung.

Fardiaz. 1992. Mikrobiologi Pangan. Gramedia Pustaka Utam. Jakarta

Rizani, K. Z. 2000. Pengaruh Konsentrasi Gula Reduksi dan Inokulum (Saccharomyces cerevisiae) pada Proses Fermentasi Sari Kulit Nanas (Ananas comosus L. Merr) untuk Produksi Etanol. Skripsi. Jurusan Biologi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Brawijaya. Malang.

Sasmitamihardja, Dardjat. 1996. Fisiologi Tumbuhan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Bandung.


Soedirokoesoemo, Wibisono. 1993. Materi Pokok Anatomi dan Fisiologi Tumbuhan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.