Rabu, 25 Desember 2013

Laporan Praktikum Lapangan Biologi Umum

BAB 1
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Begitu banyak tanaman di dunia ini. Dari sekian banyak tanaman,dapat dibedakan atau dikelompokkan berdasarkan ciri tertentu, misalnya dari daunnya, buahnya, bunganya, batangnya, dan beberapa sifat lain yang lebih khusus. Dari ciri-ciri tersebut tumbuhan dapat dikelompokkan berdasar phylum, ordo, suku, marga (genus), kelas atau spesies. Metode pengelompokkan ini disebut klasifikasi. Klasifikasi adalah sebuah metode untuk menyusun data secara sistematis atau berdasar ciri atau sifat yang dimiliki. (Anonymous, 2008)
 Makhluk hidup selalu bergantung kepada makhluk hidup yang lain. Tiap individu akan selalu berhubungan dengan individu yang lain, baik yang berspesies sama maupun yang berbeda spesies. Interaksi demikian banyak kita lihat di sekitar kita. Interaksi antarorganisme dalam komunitas ada yang sangat erat dan ada yang kurang erat. (Anonymous, 2009)
Tumbuhan memiliki peranan penting dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, baik sebagai sumber pangan, pakan, papan, bahan indusri maupun obat-obatan, seperti diketahui indonesia terdapat lebih kurang 40.000 jenis tumbuhan dan tidakkurang 3000 jenis, baik yang merupakan pohon maupun yang bukan pohon. (Anonymous, 2009)
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagianbagian, bentuk maupun fungsinya secara klasik, tumbuhan terdiri dari morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum. Farmakologi, biokimia, asuhan farmasi, farmakognosi, fitofarmasi, undang undang kesehatan, pemasaran farmasi, biologi farmasi, kimia analisa, preskripsi, farmasetika morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum. 1 buah buah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu buah tunggal, buah agregat, dan buah majemuk a buah tunggal buah tunggal yaitu bila buah dibentuk oleh satu bakal buah morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum. (Anonymous, 2008)

B. Maksud dan Tujuan
1.      Maksud
Praktikum ini dimaksudkan agar para praktikan dapat menentukan dan mengetahui klasifikasi dari beberapa macam tanaman dan hewan laut.
2.      Tujuan
Praktiukum ini bertujuan:
a.       Memahami prinsip atau dasar klasifikasi makhluk hidup.
b.      Mampu melakukan klasifikasi menggunakan dasar tertentu.











BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Lokasi Praktrek Lapangan
Dinamakan laut laut Pusat oleh penduduk setempat, baik karena menyerupai sumur pusat, atau mungkin karena cerita itu bahwa begitu, apa pun yang jatuh ke dalam lubang, akan ditemukan disimpan di sebuah pulau pasir (Pasi bai) lepas pantai. Aspek lain yang unik adalah bahwa air di sumur ini akan meningkat ketika laut surut-sehingga bertindak dalam sebaliknya. Air tidak pernah menjadi kotor meskipun ada banyak orang yang berenang di dalamnya, sehingga tidak ada cerita yang pasti tentang asal-usul penamaan ini.
Sepanjang pantai daerah ini terungkap pantai pasir berkilau putih dan laut hijau, ada pandangan yang luas pantai yang menakjubkan yang akan memanjakan mata siapapun dan membuat orang yang mengunjungi tempat ini tidak dapat menolak ditanduk terburu-buru ke dalam air laut yang hangat, atau hanya berbaring di pasir putih hangat.
Ada beberapa pondok untuk sewa di lokasi ini, biaya yang sangat terjangkau bagi anda yang memiliki dana liburan, jika hal ini tidak dengan keinginan anda Anda bisa sangat banyak menikmati suasana pantai yang indah, lokasi cukup jauh jauh dari peradaban itu sangat disarankan untuk mempersiapkan segala macam kebutuhan peralatan dan cocok untuk masa tinggal yang menghibur.
Selain berenang atau bersantai di pasir putih yang indah, lokasi ini juga sangat menyenangkan bagi mereka yang penggemar memancing. Memancing yang baik dapat dilakukan dari pantai atau dermaga di sini, tetapi Anda juga dapat menyewa perahu milik nelayan setempat.

B. Topografi
Pusat "Laut adalah kawasan wisata pantai di Kabupaten Donggala, sekitar 12 mil selatan pusat kota Kabupaten Donggala, dapat dicapai dari Limboro desa, Ibukota Distrik Banawa Tengah. "Pusat laut dalam nama lokal Pusentasi", ia memiliki air garam besar alam dengan baik, tepat di pantai, dengan diameter perkiraan 3 meter.
Pusat laut adalah sebuah kawasan wisata pantai di Donggala, dari pusat Kota berjarak sekitar 12 kilometer arah selatan kota Donggala, akses menuju lokasi ini bisa dicapai dari Desa Limboro, Ibukota Kecamatan Banawa Tengah. Pusat laut dalam bahasa lokal setempat pusentasi, lebih merupakan sebuah sumur alami berukuran raksasa, berisi air asin, tepat di bibir pantai, berdiameter 10 meter dengan kedalaman sekitar tujuh meter.  Keunikan lainnya adalah air pada Pusat Laut tersebut tidak pernah keruh, meski banyak pengunjung berenang di dalamnya. Pusat Laut terletak sekitar 500 meter dari bibir Tanjung Karang, pantai yang sudah tersohor keindahannya dan banyak dikunjungi wisatawan asing.
ü   Geologi dan Topografi
Kawasan Kecamatan Banawa merupakan bagian dari wilayah Dataran Bambamua-Tanah Mea, yang secara geologi terdiri dari endapan-endapan pantai dan alluvial baru yang berasal dari sedimen yang lebih tua.  Tanahnya bertekstur sedang dengan drainase dari lambat sampai agak baik. Topografi dari datar sampai bergelombang. Dataran-dataran yang lebih sempit/kecil terdapat di wilayah pesisir pantai.
Kawasan pesisir kecamatan Banawa merupakan dataran yang berbatasan dengan laut, dengan ketinggian antara 0  -  100  meter dari permukaaan laut. dengan laut, dengan ketinggian antara 0  -  100  meter dari permukaaan laut. Topografi relatif  sedang dengan kemiringan tanah 2 – 15 %. Disepanjang pantai  Topografi relatif  sedang dengan kemiringan tanah 2 – 15 %. Disepanjang pantai membentang pasir putih dan  rataan terumbu karang (reef flat), yang merupakan habitat beberapa jenis ikan karang .
ü   Letak Geografis 
Kawasan  Wisata Tanjungkarang-Pusentasi  merupakan bagian dari wilayah Kecamatan Banawa  Kabupaten Donggala Propinsi Sulawesi Tengah. Kecamatan Banawa adalah salahsatu dari 19 kecamatan yang terdapat di Kabupaten Donggala. Wilayah ini membentang di sepanjang pesisir pantai mulai dari bagian barat Teluk Palu hingga Selat Makassar yang membentang dari arah utara ke selatan dengan panjang pantai ± 35 kilometer utara ke selatan dengan panjang pantai ± 35 kilometer.  
Kecamatan Banawa,  yang saat ini merupakan ibukota Kabupaten Donggala,    terletak antara 0°9´-0°1´ LS dan 119°34´-119°10´ BT dengan batas fisik wilayah yaitu :
- Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Banawa Selatan, 
- Sebelah timur berbatasan dengan Kota Palu, dan 
- Sebelah barat berbatasan dengan Selat Makassar. 
Kecamatan Banawa memiliki luas 213,39 km², yang terdiri dari 17 desa dan kelurahan. Semua desa dan kelurahan dapat dilalui dengan kendaraan roda empat, sehingga mempermudah hubungan antara satu desa/kelurahan ke ibukota kecamatan dan dengan desa/kelurahan lainnya. Secara khusus,  Kawasan  Wisata Tanjung Karang-Pusentasi mencakup dua wilayah Kelurahan dan  dua Desa yaitu Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan  Boneoge, Desa Limboro, dan Desa Tovale.
Meskipun demikian, fokus kegiatan pariwisata hanya terdapat pada lokasi Tanjung Karang yang merupakan bagian dari wilayah Kelurahan Labuan Bajo, Kelurahan Boneoge, dan Dusun Kaluku yang merupakan bagian dari wilayah Desa Limboro, serta salah satu lokasi  yang dikenal dengan nama  Pusentasi  terletak diujung Desa Tovale dan tidak dihuni oleh masyarakat.   Kawasan ini berada pada ujung barat Teluk Palu, yang memanjang dari utara ke selatan sepanjang  ± 10  kilometer dan sebagian besar terletak di Selat Makassar.  
ü  Iklim  dan Curah hujan
  Sebagaimana dengan daerah-daerah lainnya di Indonesia, Kabupaten Donggala memiliki dua musim yaitu musim panas dan musim hujan.  Musim panas terjadi antara bulan April sampai September, sedangkan musim hujan pada bulan Oktober sampai Maret Hasil pencatatan suhu udara pada Stasiun Udara Mutiara Palu pada tahun 2005 bahwa suhu udara  maksimum tertinggi terjadi pada bulan Juli (34,0° C) dan suhu udara maksimum terendah terjadi pada bulan  Nopember (31,6° C). Sementara suhu rata-rata minimum tertinggi terjadi pada bulan Oktober  yaitu 23,8° C, sedangkan suhu udara minimum terendah terjadi pada bulan Juni yang mencapai 22,1° C). 
Kelembaban udara yang tercatat pada stasiun yang sama berkisar antara 73 – 82 persen.  Kelembaban udara rata-rata tertinggi terjadi pada bulan Februari yang mencapai 82 persen, sedangkan kelembaban udara rata-rata terendah terjadi Pusentasi pada bulan Juli dan Agustus yaitu 73 persen. Curah hujan pada tahun 2005 yaitu antara 27-281 mm perbulan atau rata-rata 148,08 mm perbulan, sementara jumlah hari hujan berkisar anatara 4-13 hari perbulan atau rata-rata 8,25 hari perbulan Penyinaran matahari rata-rata 69%,  dan penguapan rata-rata 6,14 mm/hari.   
ü   Kondisi hidrologi
 Secara umum, keadaan hidrologi di Kecamatan Banawa sama dengan kecamatan lainnya di Kabupaten Donggala. Di Kecamatan Banawa terdapat beberapa buah sungai yang keadaan airnya sangat dipengaruhi oleh tinggi rendahnya curah hujan. Sungai-sungai tersebut masing-masing terdapat di Desa Loli Oge, Loli Tasiburi, Kabonga Besar, Limboro dan Tovale, serta satu buah sungai yang membelah kota Donggala
Khusus untuk ketiga lokasi yang masuk kedalam kawasan wisata yaitu Tanjung Karang, Boneoge dan Dusun Kaluku tidak terdapat sungai. Selain Tanjung Karang, kedua lokasi tersebut memiliki sumber air tanah yang  dimanfaatkan oleh penduduk untuk keperluannya sehari-hari dengan menggali sumur di sekitar pemukiman mereka. Sementara, Tanjung Karang merupakan wilayah daratan yang menjorok ke laut, dengan wilayah dataran yang relatif sempit dan tidak memiliki sumber air tawar berupa air tanah seperti yang dimiliki oleh kedua lokasi lainnya. Karenanya untuk kebutuhan air bagi warga dan wisatawan sangat tergantung pada suplai air dari Perusahaan Daerah Air Mimum  (PDAM) di Donggala.
ü   Tipologi dan Ekosistem Pantai
Kawasan pantai Tanjung Karang  -  Pusentasi  sebagian  didominasi oleh jenis batuan lepas (rawan longsor) dan karang pantai seperti yang terdapat pada bagian ujung selatan Boneoge sampai Dusun Kaluku, Limboro, sedangkan pantai yang landai dan berpasir sebagian besar terdapat pada bagian tengah hingga utara Desa Boneoge dan Tanjung Karang. Di bagian utara kawasan ini terdapat terumbu pantai yang relatif sempit, dan rataan tengah yang relatif lebar. Disamping itu terdapat pula suatu patch reef  (gosong) dengan lebar sekitar 100 meter dan kedalaman antara 1 – 2 meter pada saat air surut. 
Gosong tersebut memanjang  dari Tanjung Karang ke Wilayah  21 Boneoge. Di kawasan ini, khususnya di Boneoge dan Dusun Kaluku (Limboro) sebagian ditumbuhi oleh lamun dari jenis  Enhallus acoroides, Thalassia hemprichii,  dan  Syringgoinium  sp. Pada beberapa tempat telah terjadi kerusakan karang yang disebabkan oleh aktifitas manusia berupa pengambilan batu karang untuk bahan bangunan dan penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak dan potasium. Disamping itu kerusakan yang  terjadi juga disebabkan oleh organisme pemangsanya yaitu bintang laut bermahkota duri atau Acanthaster plancii.
Pantai di kawasan ini umumnya ditumbuhi oleh vegetasi hutan pantai seperti jenis Ketapang (Terminalia catappa),  Beringin (Ficus benyamina), dan Bayam (Intsia bijuga). Pada bagian lain sebagian besar ditumbuhi oleh pohon kelapa milik masyarakat.   Disamping itu juga terdapat beberapa jenis burung seperti  burung Gosong (Megapodius  bernsteinee), Dara  Laut (Sterna hirundo), Elang Perut Putih (Haliaeetus leucogaster), dan Nuri atau Betet kelapa punggung biru  (Tanygnathus sumatranus).  Sedangkan jenis fauna yang lainnya adalah Biawak (Varanus  sp.), Musang  Sulawesi  (Macrogalidea Musschenbroeki),  dan Penyu (Celonia sp.)

C. Peta Lokasi Praktek Lapangan











BAB III
METODOLOGI

A.    Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat penelitian ini yaitu :
Waktu      : Tanggal 23 – 24 Desember 2011
Tempat     : Pusat Laut Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

B.     Alat dan bahan
*      Adapun alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.    Gunting stek
2.    Plastik nener
3.    Botol selai
4.    Label Gantung
5.    Tali rafia
6.    Karung
7.    Pensil 2B
8.    Buku lapangan
9.    Kamera

*      Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1.    Spiritus
2.    Formalin
3.    Koran
4.    Label tempel









C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja dalam praktikum lapangan Biologi Umum ini, terdiri atas dua kali penelitian, yaitu :
·         Penelitian Tumbuhan
1.        Mengambil berbagai macam jenis tumbuhan yang telah tersedia di hutan dengan metode Transek pada 5 tempat yang berbeda.
2.        Memberikan label gantung sebagai identitas pada masing-masing tumbuhan berdasarkan tempat/stasiun dimana tumbuhan tersebut didapatkan
3.        Mencari nama latin dan family dari setiap spesies tumbuhan yang ditemukan dan belum dikenali
4.        Mengelompokkan masing-masing tumbuhan, berdasarkan Familynya
5.        Menyusun tumbuhan tersebut menggunakan koran, kemudian mengikatnya dengan tali rafia’
6.        Memasukkannya kedalam Plastik nener kemudian menuangkan spiritus pada semua permukaan tumbuhan tersebut, diamkan selama semalaman agar larutan merata
7.        Memasukkan hasil penelitian kedaam oven.

·         Penelitian Hewan
1.      Mencari berbagai jenis hewan laut yang terdapat disekitaran pantai
2.      Memasukkan hewan laut yang didapatkan kedalam Wadah toples yang disediakan
3.      Membersihkan hewan laut yang didapatkan
4.      Memasukkan larutan formalin yang sudah diencerkan kedalamwadahyangberisi hewan laut tersebyt.
5.      Memberi label pada masing-masing wadah, sesuai dengan nama hewan laut yang berhasil didapatkan.



BAB  IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil pengamatan
  • Koleksi tumbuhan
a.                   Stasiun 1
No
Gambar
Nama spesies
Nama daerah
Family
Ket
1.






Polypodiace


1
2.

Sterculia sp.

Banilad

Sterculiaceae

2

b.                  Stasiun 2
No
Gambar
Nama spesies
Nama daerah
Family
Ket
1.

Stachytarpheta jamaicensis  (L.) Vahl

Pecut Kuda


Verbenaceae

1
2.

Ipomoea s.p

Kangkung

Convolvulaceae

1
3.



Baulu

Pyperaceae

1
5


Jarak

Euphorbiaceae

2
4.



Rubiaceae

2
c.         Stasiun 3
No
Gambar
Nama spesies
Nama daerah
Family
Ket




Euphorbiaceae

2




Davalliaceae

1


Sterculia sp.

Banilad

Sterculiaceae

2





Zingiberaceae

1
d.   Stasiun 4
No
Gambar
Nama spesies
Nama daerah
Family
Ket




Rubiaceae

1




Apocynaceae

1
e.    Stasiun 5
No
Gambar
Nama spesies
Nama daerah
Family
Ket




Myrtaceae

1




Rubiaceae

2

  • Koleksi hewan
No
Gambar
Nama spesies
Nama Daerah
Family
Ket


Asteroidea sp


Bintang laut

Asteroidae

1


Parathelpusa sp

Kepiting

Callinidae

1





B.     Pembahasan
1.      Penelitian Tumbuhan
Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagianbagian, bentuk maupun fungsinya secara klasik, tumbuhan terdiri dari morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum. Farmakologi, biokimia, asuhan farmasi, farmakognosi, fitofarmasi, undang undang kesehatan, pemasaran farmasi, biologi farmasi, kimia analisa, preskripsi, farmasetika morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum.
Cara untuk mengklasifikasikan tanaman salah satunya dengan melihat ciri yang dimlikidaun pada tanaman tersebut. Dari daun-daun tersebut dapat dibedakan berdasarkan :
• bangun daun (circum scripto)
• ujung daun (apex)
• pangkal daun (basis)
• susunan tulang daun (nervatio/nenatio)
• tepi daun (margo)
• daging daun (intervenium)
• permukaan daun
• warna daun


Verbenaceae

Klasifikasi:
Kingdom  :  Plantae
Divisi        :  Magnoliophyta
Kelas        :  Magnoliopsida
Ordo         :  Lamiales
Family      :   Verbenaceae

       Verbenaceae tumbuh liar di tepi jalan, tanah lapang dan tempat terlantar lainnya. tanaman yang berasal dari Amerika tropis ini dapat ditemukan di daerah cerah, sedang, terlindung dari sinar matahari dan pada ketinggian 1-1500 m dpl.
       Terna tahunan, tegak, tinggi 20-90 cm. Daun tunggal, bertangkai, letak berhadapan. Helaian daun berbantuk bulat telur, pangkal menyempit, ujung runcing, tepi bergerigi, permukaan jelas berlekuk-lekuk, panjang 4-8 cm, lbar 3-6 cm, berwarna hijau tua. Bunga majemuk tersusun dalam poros bulir yang memanjang, seperti pecut, panjangnya 1-20 cm. Bunga mekar dalam waktu yang berbeda, ukuran kecil, berwarna ungu, jarang berwarna putih. Buah berbentuk garis, berbiji dua. Biji berbentuk jarum, berwarna hitam. Untuk jenis Stachytarpheta jamaicensis indica Vahl, tingginya mencapai 2 meter, dipelihara sebagai tanaman pagar dan mempunyai khasiat obat yang sama dengan jenis Stachytarpheta jamaicensis [L] Vahl. Pecut kuda dapat diperbanyak dengan biji.
Sifat dan Khasiat
       Rasa pahit dan sifatnya dingin. Berkhasiat sebagai pembersih darah, anti radang dan peluruh kencing (diuretik). Pecut kuda mengandung glikosa flavonoid dan alkaloid. Bagian yang digunakan adalah herba, bunga dan akar. Untuk penyimpanan, setelah dicuci dan dipotong-potong jemur sampai kering.
   Herba digunakan untuk pengobatan:
•    Infeksi dan batu saluran kencing
•    Sakit tenggorokan karena radang (faringitis), batuk
•    Rematik
•    haid tidak teratur
Bunga dan tangkainya digunakan untuk pengobatan :
•    Radang hati (hepatitis A)
Akar digunakan untuk pengobatan :
•    Keputihan (leukore)
       Cara pemakaiannya, untuk obat yang diminum, rebus 15-30g herba kering atau 30-60g herba segar lalu minum air rebusannya. Untuk pemakaian luar, giling herba segar sampai halus lalu tempelkan kebagian tubuh yang sakit, seperti bisul, radang kulit bernanah dan luka.
       Untuk radang tenggorokan, batuk. Sediakan 50g herba pecut kuda segar, 2 buah kencur ukuran sedang, 2 siung bwang putih. Cuci bahan-bahan tersebut, lalu tumbuk sampai halus. Tambahkan 1/2 cangkir air gula sambil diaduk rata, lalu peras dan saring. Selanjutnya minum air yang terkumpul, lakukann 3 kali sehari selama 3-5 hari.
       Untuk keputihan, cuci 50g akar pecut kuda segar lalu iris-iris seperlunya. Tambahkan 3 gelas air bersih, lalu rebusa sampai tersisa 1 gelas. Setelah dingin saring dan air saringannya dibagi untuk dua kali minum, pagi dan sore hari masing-masing 1/2 gelas
       Untuk hepatitis A, cuci 5-10 tangkai bunga pecut kuda sampai bersih, lalu potong-potong seperlunya. Tambahkan gula batu secukupnya, lalu rebus dalam 3 gelas air samapai tersisa 1 gelas. Setelah dingin sraing dan air saringannya diminum. Lakukan setiap hari sampai sembuh.
       Untuk rematik, cuci 10-60g herba pecut kuda segar, lalu potong-potong seperlunya. Rebus dalam 3 gelas air bersih sampai air rebusannya tersisa 1 gelas. Setelah dingin, saring dan iar saringannya diminum sehari 2 kali, masing-masing 1/2 gelas.
       Ibu hamil dilarang minum air rebusan ramuan obat ini karena bisa menyebabkan keguguran

Apocynaceae

Klasifikasi:
     Kingdom    :  Plantae
     Divisi          :  Mangnoliophyta
     Kelas           :  Magnoliopsida
     Ordo           :  Geantianales
     Family         :  Apocynaceae
     Genus         :  Nerium L.
     Spesies        :  Nerium oleander

       Bunga Oleander adalah suatu semak belukar pohon yang selalu hijau atau pohon kecil dalam keluarga Apochynaceae. Bunga ini merupakan bunga asli dari Afrika Utara, Asia bagian Utara dan Mediterania Timur. Tumbuhan jenis renek ini biasanya ditanam sebagai pokok  hiasan. Tingginya mencapai 3-7 meter.
        Nerium oleander berdaun keras dan tajam selebar 2 cm. Daun pokok ini tersusun dalam pusaran tiga,   apabila termakan dapat menyebabkan kematian. Daunnya berpasangan, berwarna hijau gelap, dengan panjang 5-21 cm dan lebar 1-3,5 cm dengan suatu keseluruhan garis tepi. Bentuk daun ini panjangnya berkisar antara 4-10 (10,2-25,4 cm), tergantung pada variasi dan berwarna hijau terang.
ü Daun
Pengaturan daun            :  Berlawanan arah
Jenis daun                      :  Sederhana
Garis tepi daun              :  Bertepi rata
Bentuk daun                  :  Seperti garis
Daun venation               :  Berdaun muda tangkai
Warna daun                   :  Hijau

ü  Bunga
Bunga berwarna putih atau kelabu, merah ke unggu atau  kuning kemerahan. Mempunyai diameter 2,5-5 cm. Bunga berkembang dalam seikat ujung cabang masing-masing yang mengelilingi suatu mahkota pusat.
ü  Buah
Buah berbentuk kapsul sempit dengan panjang 5-23 cm yang merobek pada saat dewasa untuk melepaskan banyak benih halus.
Bentuk buah                :  Memanjang
Panjang buah               :  3-6 inci
Kulit buah                   :  Keras dan kering
Karakteristik buah       :  Kasat mata, tidak ada tanda khusus
ü  Batang dan Cabang
Cabang secara rutin tumbuh dengan tegak lurus dan tidak akan layu, tidak terlalu terlihat. Pohon tumbuh dengan beberapa cabang tetapi dapat tumbuh dengan batang tunggal dan tidak   berduri. Kebutuhan Pembabatan, memerlukan pembabatan agar supaya struktur dapat berkembang. Kerusakan peka terhadap kerusakan bagian manapun di cabang pohon dalam kaitan dengan formasi kayu, atau kemungkinan kayu itu sendiri telah lemah dan rusak.
Oleander adalah salah satu jenis tanaman yang beracun dan dapat menyebabkan kematian terutama pada anak kecil. Yang toksin adalah oleandrin dan neriine, berhubungan dengan jantung glycosides. Keseluruhan yang mencakup getah putih seperti susu adalah beracun.
Reaksinya adalah sebagai berikut, proses pencernaan dapat menyebabkan gastrointestinal dan berefek pada jantung. Gastrointestinal dapat menyebabkan kemuakan dan muntahan, kelebihan salivation, sakit abdominal, diare yang dapat berisi darah, dan terutama sakit perut di dalam kuda. Reaksi yang berhubungan dengan jantung tidak beraturan, kadang-kadang denyut jantung cepat lalu melambat di bawah normal. Ekstrimitas menjadi dingin dan pucat sehingga peredaran darah tidak teratur. Reaksi ini juga mempengaruhi system saraf. Gejala ini meliputi keadaan mengantuk, gemetaran atau goncangan otot, perampasan, roboh, dan bahkan pingsan yang dapat mendorong kearah kematian. Getah Bunga oleander dapat menyebabkan iritasi kulit, iritasi pada mata, dan reaksi alergi yang ditandai oleh infeksi kulit.

Rubiaceae

Klasifikasi :
Kingdom            :  Plantae
Divisi                 :  Magnoliophyta
Kelas                  :  Liliopsida
Ordo                  :  Pandanales
Family                :  Rubiaceae
Famili Rubiaceae tersebar luas di seluruh dunia, dapat ditemukan di kawasan tropis dan subtropis. Ditemukan melimpah di Amerika Utara dan Asia Selatan. Kawasan Asia terdiri dari 135 genus yang mewakili seluruh vegetasi maupun tumbuhan bawah dari dataran rendah dan hutan hujan. Jenis ini juga tumbuh liar di pematang sawah, tebing-tebing sungai, pinggir jalan, kebun atau di padang rumput. Tumbuh dari dataran rendah sampai menengah dari ketinggian 10 m sampai 600 m di atas permukaan laut misalnya Hedyotis diffusa. Van Balgooy (1998) mengemukakan bahwa, di daerah paleotropik terdapat genus Gardenia yang tersebar di hutan hujan dataran rendah. Hedyotis tumbuh di dataran rendah dan hutan pegunungan, Ixora tumbuh di hutan hujan dataran rendah, Mussaenda tumbuh di dataran rendah dan hutan pegunungan, Nauclea tumbuh di hutan hujan dataran rendah, Urophyllum tumbuh di hutan dataran rendah dan hutan hujan pegunungan. Di daerah pantropical terdapat genus Psychtria tumbuh di dataran rendah dan hutan hujan dataran rendah dan Uncaria tumbuh di hutan primer dataran rendah, dan hutan hujan sekunder, Cinchona legeriana, Cinchona succirubra, Cinchona officinalis tersebar di daerah India Selatan.

Kacapiring (Gardenia augusta)
Klasifikasi
Kingdom    :  Plantae
Divisi          :  Magnoliophyta
Kelas           :  Magnoliopsida
Ordo           :  Rubiales
Famili          :  Rubiaceae
Genus         :  Gardenia
Spesies        :  Gardenia augusta

Tinggi tanaman 1-3 meter, berasal dari Asia Timur dan banyak tumbuh di alam bebas, walaupun lebih banyak dijumpai di sekitar tempat tinggal manusia sebagai tanaman hias. Daun berbentuk bulat telur, tebal, permukaan daun berwarna hijau tua yang mengkilat.
Bunga hanya muncul sekuntum di ujung-ujung tangkai, mempunyai 6 daun mahkota walaupun sebagian kultivar mempunyai bunga ganda (daun mahkota berlapis). Bunga sewaktu baru mekar berwarna putih bersih, tapi sedikit-sedikit berubah warna menjadi krem kekuningan. Bunga berbau sangat harum sehingga sering digunakan sebagai bahan baku minyak bunga. Harum bunga yang sepintas mirip Melati banyak menarik minat serangga seperti beberapa spesies Lepidoptera dan semut.
Buah berwarna kuning dengan daun kelopak yang masih menempel, berbentuk oval dan tidak akan retak walaupun sudah matang dan kering. Tanaman berkembang biak dengan cara stek atau cangkok.
Bunga merupakan komoditas bunga potong, digunakan dalam karangan bunga dan korsase. Daun bisa digunakan sebagai obat seriawan dan akarnya sebagai obat sakit gigi. Buah mengandung crocin (salah satu jenis karotenoida) berwarna kuning cerah seperti yang terdapat pada safron. Buah yang kering merupakan bahan pewarna. Di Jepang, bahan pewarna dari Kacapiring digunakan untuk pencelupan tekstil dan pewarna kue tradisional (wagashi) dan asinan lobak (takuan).
Piperaceae
Klasifikasi
Kingdom    :  Plantae
Divisi          :  Spermatophyta
Kelas           :  Monocotyledoneae
Ordo           :  Piperales
Famili          :  Piperaceae
Genus         :  Piper
Spesies        :  Piper nigrum L

Suku Sirih-sirihan atau Piperaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Suku ini diakui keberadaannya oleh banyak sistem klasifikasi tumbuhan.Sistem klasifikasi APG II memasukkannya ke dalam bangsa Piperales.Sistem klasifikasi Cronquist memasukkannya ke dalam bangsa Piperales, anak kelas Magnoliidae, dan kelas Magnoliopsida.Bunganya majemuk, tersusun dalam untaian (bunga untai). Buahnya kecil, kering, dan keras, tergolong buah batu.Dari anggotanya yang mencapai 1.300 jenis (dengan sekitar selusin genera), banyak di antaranya yang bermanfaatan sebagai bahan pengobatan maupun bumbu. Marga yang paling populer adalah Piper. Merica, baik putih maupun hitam, merupakan bumbu masak populer yang diperoleh dari buah lada (P. nigrum). Sesudah garam, boleh dikatakan merica adalah rempah-rempah yang paling umum dipakai di penjuru dunia. Dari akar Piper methyscum, penduduk kawasan Pasifik membuat kava, yaitu sejenis minuman memabukkan yang dipergunakan untuk keperluan upacara.
Terna atau tumbuh-tumbuhan berkayu seringkali memanjat dengan menggunakan akar-akar pelekat, dengan daun-daun tunggal yang duduknya tersebar atau berkarang dengan atau tanpa daun-daun penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk yang disebut bunga lada (amentum), masing-masing kecil tanpa hiasan bunga.
            Bunga Piperaceae berkelamin tunggal atau banci dengan 1 sampai 10 benangsari, putik terdiri dari 1 sampai 6 dan buah (kebanyakan 3) dengan 1 sampai 6 kepala putik. Kepala putik beruang satu dengan 1 bakal biji yang tegak pada dasarnya. Buahnya buah batu atau buah buni, jadi dengan endosperm dan perisperm. Dalam biji terdapat sel-sel minyak atsiri. Batang dengan berkas-berkas penganggutan yang pada penampang melintang tampak tersebar atau tersusun dalam beberapa lingkaran. Suku piperaceae meliputi kurang lebih 1300 jenis yang terbagi dalam 10 marga, hampir semuanya tumbuh di daerah tropika.
Euphorbiaceae
Klasifikasi
Kingdom    :  Plantae
Divisi          :  Embryophyta
Kelas           :  Spermatopsida
Ordo           :  Malpighiales
Famili          :  Euphorbiaceae
Genus         :  Jatropha
Spesies        :  Jatropha curcas

Euphorbiacece merupakan salah satu family tumbuhan yang terdistribusi secara luas. Selain memiliki peranan penting dalam bidang ekologi, Euphorbiaceae juga memiliki peranan penting dalam bidang ekonomi (kayu dan getahnya), bahan pangan, tanaman hias, dan memiliki manfaat farmakologis. Salah satu anggota dari famili Euphorbiaceae adalah genus Jathropa. Genus Jathropa  terdistribusi secara luas dibeberapa negara yang berada didaerah tropis dan subtropis. Kepulauan Indonesia termasuk didalamnya. Jathropa adalah genus yang memiliki jumlah anggota yang besar, yaitu kira-kira 800 jenis.
Jathropa merupakan tumbuhan semak berkayu yang banyak ditemukan di daerah tropik. Tumbuhan ini dikenal sangat tahan kekeringan dan mudah diperbanyak dengan stek. Walaupun telah lama dikenal sebagai bahan pengobatan dan racun, saat ini ia makin mendapat perhatian sebagai sumber bahan bakar hayati untuk mesin diesel karena kandungan minyak bijinya. Peran yang agak serupa sudah lama dimainkan oleh kerabat dekatnya, jarak pohon (Ricinus communis), yang bijinya menghasilkan minyak campuran untuk pelumas.
Tanaman jarak mudah beradaptasi terhadap lingkungan tumbuhnya, dapat tumbuh pada tanah yang kurang subur, tetapi memiliki drainase baik, tidak tergenang, dan pH tanah 5.0 – 6.5
Convolvulaceae
Kangkung tergolong sayur yang sangat populer, karena banyak peminatnya. Kangkung disebut juga Swamp cabbage, Water convovulus, Water spinach. Berasal dari India yang kemudian menyebar ke Malaysia, Burma, Indonesia, China Selatan Australia dan bagian negara Afrika.
Kangkung banyak ditanam di Pulau Jawa khususnya di Jawa Barat, juga di Irian Jaya di Kecamatan Muting Kabupaten Merauke kangkung merupakan lumbung hidup sehari-hari. Di Kecamatan Darussalam Kabupaten Aceh Besar tanaman kangkung darat banyak ditanam penduduk untuk konsumsi keluarga maupun untuk dijual ke pasar.
Kangkung termasuk suku Convolvulaceae (keluarga kangkung-kangkungan). Kedudukan tanaman kangkung dalam sistematika tumbuh-tumbuhan diklasifikasikan ke dalam :
Klasifikasi:
     Kingdom    :  Plantae
     Divisi          :  Spermatophyta
     Kelas           :  Dicotyledonae
     Famili          :  Convolvulaceae
     Genus         :  Ipomoea
     Spesies        :  Ipomoea reptans
Kangkung merupakan tanaman yang tumbuh cepat yang memberikan hasil dalam waktu 4-6 minggu sejak dari benih. Kangkung yang dikenal dengan nama Latin Ipomoea reptans terdiri dari 2 (dua) varietas, yaitu Kangkung Darat yang disebut Kangkung Cina dan Kangkung Air yang tumbuh secara alami di sawah, rawa atau parit-parit.
Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat. Warna batang berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan kangkung darat putih kehijau-hijauan. Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air. Itu sebabnya kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek pucuk batang.
Bagian tanaman kangkung yang paling penting adalah batang muda dan pucuk-pucuknya sebagai bahan sayur-mayur. Kangkung selain rasanya enak juga memiliki kandungan gizi cukup tinggi, mengandung vitamin A, B dan vitamin C serta bahan-bahan mineral terutama zat besi yang berguna bagi pertumbuhan badan dan kesehatan. Disamping itu hewan juga menyukai kangkung bila dicampur dalam makanan ayam, itik, sapi, kelinci dan babi.
Tanaman ini dapat tumbuh dengan baik sepanjang tahun. Kangkung darat dapat tumbuh pada daerah yang beriklim panas dan beriklim dingin.
Jumlah curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 500-5000 mm/tahun. Pada musim hujan tanaman kangkung pertumbuhannya sangat cepat dan subur, asalkan di sekelilingnya tidak tumbuh rumput liar. Dengan demikian, kangkung pada umumnya kuat menghadapi rumput liar, sehingga kangkung dapat tumbuh di padang rumput, kebun/ladang yang agak rimbun.
Tanaman kangkung membutuhkan lahan yang terbuka atau mendapat sinar matahari yang cukup. Di tempat yang terlindung (ternaungi) tanaman kangkung akan tumbuh memanjang (tinggi) tetapi kurus-kurus. Kangkung sangat kuat menghadapi panas terik dan kemarau yang panjang. Apabila ditanam di tempat yang agak terlindung, maka kualitas daun bagus dan lemas sehingga disukai konsumen.
Suhu udara dipengaruhi oleh ketinggian tempat, setiap naik 100 m tinggi tempat, maka temperatur udara turun 1 derajat C. Apabila kangkung ditanam di tempat yang terlalu panas, maka batang dan daunnya menjadi agak keras, sehingga tidak disukai konsumen.
Myrtaceae

Klasifikasi:
Kingdom  :  Plantae
Divisi        :  Spermatophyta
Kelas        :  Dicotyledonae
Ordo         :  Myrtales
Family      :  Myrtaceae
Genus       :  Melaleuca
Spesies     :  Melaleuca Leucadendra L
Suku jambu-jambuan atau Myrtaceae merupakan kelompok besar tumbuh-tumbuhan yang anggota-anggotanya banyak dikenal dan dimanfaatkan manusia. Di dalamnya termasuk sejumlah tanaman buah-buahan, tanaman hias, tanaman obat, serta tanaman industri.
Suku jambu-jambuan dicirikan dengan bunganya yang memiliki banyak kelopak dengan cacah dasar lima, namun ada juga yang tidak memilikinya, dan banyak benang sari. Bakal buahnya juga memiliki banyak bakal biji. Anggotanya yang berbentuk pohon mudah dikenal dari kulit luar batangnya yang seperti kulit mengering tipis dan terlepas-lepas.
Tumbuhan dan famili myrtaceae merupakan salah satu sumber atsiri yang memiliki nilai komersial yang cukup tinggi.
Polipodiaceae
Klasifikasi:
     Kingdom    :  Plantae
     Divisi          :  Pteridophyta
     Kelas           :  Pteridopsida
     Ordo           :  Polypodiales
     Famili          :  Polypodiaceae

          Polypodiaceae merupakan salah satu suku anggota tumbuhan paku (Pteridophyta) yang tergolong sebagai bangsa paku sejati yang terbesar (Polypodiales). Suku yang monofiletik ini merupakan suku dengan anggota jenis yang paling banyak dibandingkan dengan suku-suku tumbuhan paku lainnya, dengan lebih dari 60 marga dan merangkum sekitar 1000 jenis. Sejumlah suku yang biasanya dipisahkan sekarang digabungkan ke dalam suku ini, seperti Drynariaceae, Grammitidaceae, Gymnogrammitidaceae, Loxogrammaceae, Platyceriaceae, dan Pleurisoriopsidaceae.
  Anggota-anggotanya kebanyakan epifit, rimpang yang menjalar di tanah atau batang pohon, dengan daun yang lebar dan bentuknya beraneka ragam. Banyak anggotanya yang merupakan tanaman hias taman atau ruangan, seperti Drynaria dan paku tanduk rusa (Platycerium).
Berikut adalah contoh dan manfaat dari marga dari Polypodiaceae, antara lain:
1. Paku tanduk rusa (Platycerium coronaruium)
Paku tanduk rusa (Paltycerium coronarium) termasuk jenis paku-pakuan. Tumbuhan ini banyak ditemukan dan dipelihara sebagai tanaman hias karena pesona juntaian daunnya yang indah. Tanduk rusa merupakan tanaman yang hidupnya menempel kuat pada benda atau pohon lain tetapi tidak merugikan tumbuhan yang menjadi inangnya. Atau mempunyai sifat epifit. Tanduk rusa atau juga di sebagian daerah disebut simbar menjangan selain permukaan daunnya mirip kulit rusa yaitu kasar, daun tanduk rusa menjuntai ke bawah bercabang-cabang menyerupai tanduk binatang rusa yang terbalik. Pada dasarnya tanduk rusa merupakan tumbuhan tegak yang menempel pada inang dengan pokok penumpu berupa akar dan rimpang batang membentuk bungkah kool berwarna coklat dan jutaian helaian daun berwarna hijau. Tanduk rusa menyukai tempat yang tidak langsung memperoleh sinar matahari. Pengembangbiakannya dilakukan dengan spora atau dengan memindahkan akar rimpangnya. Selain sebagai tanaman hias, paku tanduk rusa juga berkhasiat sebagai obat demam, radang Rahim luar, haid tidak teratur, bisul, abses.

2. Pakis Sarang Burung (Asplenium nidus)
Pakis sarang burung yang batangnya berupa rizoma yang pendek, bersisik rapat, warna coklat kehitaman, daun tunggal, roset akar, dan akar serabut, adalah spesies epifit yang biasanya ditemui di kawasan tanah pamah. Paku sarang burung merupakan jenis tumbuhan paku populer sebagai tanaman hias halaman. Orang Sunda menyebutnya kadaka, sementara dalam bahasa Jawa dikenal dengan kedakah. Penyebaran alaminya adalah di sabuk tropis Dunia Lama (Afrika Timur, India tropis, Indocina, Malesia, hingga pulau-pulau di Samudera Pasifik. Paku ini mudah dikenal karena tajuknya yang besar, entalnya dapat mencapai panjang 150cm dan lebar 20cm, menyerupai daun pisang. Peruratan daun menyirip tunggal. Warna helai daun hijau cerah, dan menguning bila terkena cahaya matahari langsung. Spora terletak di sisi bawah helai, pada urat-urat daun, dengan sori tertutup semacam kantung memanjang (biasa pada Aspleniaceae). Ental-ental yang mengering akan membentuk semacam "sarang" yang menumpang pada cabang-cabang pohon. "Sarang" ini bersifat menyimpan air dan dapat ditumbuhi tumbuhan epifit lainnya. Khasiat dari paku sarang burung antara lain anti radang dan pelancar peredaran darah, obat bengkak, obat luka memar, dan lain-lain.

3. Sisik naga (Drymoglossum piloselloides)
Sisik naga merupakan tumbuh-tumbuhan epifit kecil dengan akar rimpang tipis, merayap jauh. Daun satu sama lain tumbuh pada jarak yang pendek, tangkai
pendek, tidak terbagi, pinggir utuh, berdaging atau seperti kulit, permukaan buah
tidak berbulu sama sekali atau sedikit. Tumbuh-tumbuhan ini tersebar di seluruh
Asia Tropik, di daerah dengan musim kering yang banyak hujan, dari daerah datar. Seluruh tanaman sisik naga, baik segar maupun yang dikeringkan, dapat digunakan untuk mengatasi beragam penyakit seperti: radang gusi, sariawan, pendarahan, rematik pada jaringan lunak, TBC paru-paru disertai batuk darah, dan
kanker payudara. Sisik naga dapat juga digunakan untuk pengobatangondongan (parotitis), sakit kuning (jaundice), sakit perut, sembelit, keputihan. Pemakaian luar untuk penyakit kulit, seperti kudis dan kurap.

Zingiberaceae

Klasifikasi:
     Kingdom    :  Plantae
     Divisi          :  Magnoliophyta
     Kelas           :  Monocots
     Ordo           :  Zingiberales
     Famili          :  Zingiberaceae

Suku temu-temuan atau Zingiberaceae adalah salah satu suku anggota tumbuhan berbunga. Menurut sistem klasifikasi APG II suku ini termasuk ke dalam bangsa Zingiberales, klad commelinids (core monocots).
Zingiberaceae merupakan familia terbesar dari ordo Zingiberales, dengan perkiraan 50 genus dan lebih dari 1000 spesies. Zingiberaceae sering disebut temu-temuan di Indonesia dan tanaman jenis ini banyak ditemukan di daerah tropis, khususnya di kawasan Asia Tenggara.
Temu-temuan dibedakan berdasarkan adanya labellum, yang terbentuk akibat fusi 2 benang sari yang steril, dan adanya minyak esensial di dalam jaringannya. Temu-temuan biasa digunakan sebagai tanaman hias, bumbu masakan, dan obat tradisional. Masyarakat Cina zaman dahulu menggunakan rimpang dari temu-temuan ini sebagai obat gangguan pencernaan, hepatitis, penyakit kuning, diabetes, arterosklerosis, dan infeksi bakteri.





Sterculiaceae

Klasifikasi:
     Kingdom    :  Plantae
     Divisi          :  spermatophyta
     Kelas           :  dicotyledonae
     Ordo           :  malvales
     Famili          :  strculiaceae

          Batang: Biasanya tegak, sedikit bengkok atau berkerut, Buttress jelas; coklat gelap Bark.
          Daun: berbentuk lanset, ujung daun meruncing, pangkal daun tumpul berbentuk hati dan berwarna hijau.
          Buah: Agregat dari 4 atau lebih kapsul pecah, berwarna hijau ke merah marun atau merah; Biji bulat telur, 3 sampai 4 (lebih atau kurang), dilapisi dengan kulit hitam dan tipis
Jenis jenis dari tumbuhan ini dikenal dengan nama sterculia campanulata, jenis sterculia campanulataini menyebar diseluruh nusantara, dijawa tumbuh hingga ketinggian 500 m dpl. Daun yang dilumatkan berguna untuk sendi-sendi yang terkilir.
Daun muda yang ditumbuk dan dicampur dengan air matang, air kemasannya digunakan sebagai obat sakit demam. S. Javanica, maupun dari jenis sterculia lainnya dalam perdagangan jamu dikenal dengan “pranajiwa’ umumnya jenis kayu tumbuhan ini ringan sehingga banyak digunakan dalampembuatan perahu dan peti kemas.





Davalliaceae
Klasifikasi
Kingdom    : Plantae
Kelas            : Pteridopsida
Ordo           : Polypodiales
Family         : Davalliaceae
Genus         : Davallodes
          Hans (1996;155) menyatakan bahwa “  akar dari Davallodes ini berupa rhizome yang panjang dan menjalar. Tebal dan tertutupi oleh sisik/kulit. Daun menyatu  ke dalam rhizome, daun muda bertangkai, mempunyai sedikit urat daun, muncul di atas permukaan  tanah. Sori terletak pada bagian dorsal daun, dan pada percabangan yang pendek dari urat daunnya. Indusial tipis, menjadi satu dengan sori dan terletak di bagian dasar atau sisi dari daun.
          Holttum (1972;163) menyatakan bahwa pada Davallodes sisiknya berupa peltate, dan Davallodes ini di kelompokkan ke dalam dua spesies. sisiknya berbentuk over lapping dan berbentuk hati.Menurut Hans (1996;164) menyatakan bahwa pada daun Davallodes  ini memanjang dan tidak lebar, bahkan kadang-kadang sempit, ciri-ciri ini juga yang terdapat pada Davallia membranulosa dan Davallia asamica.
          Pinnula dari Davallodes ini umumnya bertipe catradromous, ada juga yang bertipe anadromous pada spesies lain, kecuali Davallia membranulosa. Kato (1985) dan Nooteboom (1992) dalam Hans (1996;164) memasukkan Davallia membranulosa ke dalam spesies Davallodes, karena pada Davallia membranulosadaunnya mempunyai bulu, ciri-ciri ini yang terdapat pada spesies Davallodes.
Habitat bersifat epifit pada pohon yang berlumut atau berbatu berlumut yang ada pada daerah lembab di hujan hijau.
Daun Davalliaceae biasa dijadikan unsur pendukung dalam karangan bunga.

2. Penelitian Hewan

Kepiting
Klasifikasi:
            Kingdom            :  Animalia
            Filum                  :  Arthropoda
            Kelas                  :  Malacostraca
            Ordo                  :  Decapoda
            Famili                 :  Cillinidae
            Genus                 :  Parathelpusa
            Spesies               :  Parathelpusa sp.

          Kepiting adalah binatang anggota krustasea berkaki sepuluh dari upabangsa (infraordo) Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang sangat pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura = ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras, tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan sepasang capit. Ketam adalah nama lain bagi kepiting.
          Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada pula kepiting air tawar dan darat, khususnya di wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting yang hidup di perairan laut dan jarang naik ke pantai, sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan tawar (sungai dan danau).
Kepiting beraneka ragam ukurannya, dari ketam kacang, yang lebarnya hanya beberapa milimeter, hingga kepiting laba-laba Jepang, dengan rentangan kaki hingga 4 M
Ukuran kepiting yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah dan musim. Misalnya, diperairan bakau Ujung Alang, Cilacap, terdapat kepiting dengan kisaran panjang karapas ( kerangka luar ) 18,80mm – 142,40 mm. Sedangkan di perairan bakau Segara Anakan, Cilacap, didapatkan kepiting dengan kisaran panjang karapas 19,20 mm – 116,70 mm.
Berdasarkan lebar karapasnya, tingkat perkembangan kepiting dapat dibagi menjadi tiga kelompok :
- Kepiting Juana, lebar karapas 20 mm – 80 mm.
- Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm – 150 mm, dan
- Kepiting dewasa, lebar karapas 150 mm – 200 mm.
Umumnya, kepiting yang berada di wilayah tropik tingkat kedewasaanya dicapai pada ukuran yang cenderung lebih kecil dibanding kepiting yang ada di wilayah sub tropik.
Kepiting bakau karapasnya berwarna seperti warna lumpur atau sedikit kehijauan. Panjang karapasnya kurang lebih dua pertiga dari lebarnya. Permukaan karapasnya hampir semuanya licin kecuali pada beberapa lekuk bergranula ( berbintik kasar ).
Untuk membedakan kepiting jantan dan betina dapat dilakukan secara eksternal. Pada kepiting bakau jantan tempat, tempat di mana organ kelamin menempel pada bagian perutnya, berbentuk segitiga dan agak meruncing. Sedangkan pada kepiting betina bentuknya cenderung membulat.
Membedakan jenis kelamin juga dapat dilakukan dengaan membandingkan pertumbuhan berat sapit terhadap berat tubuh. Kepiting jantan dan betina yang lebar karapasnya 3 cm – 10 cm berat sapitnya sekitar 22 % dari berat tubuh. Setelah ukuran karapasnya mencapai 10 cm – 15 cm, sapit kepiting jantan menjadi lebih berat yakni 30% - 35 % dari berat tubuh, sementara sapit betina tetap sama 22 %.
Membedakan jantan dan betina kepiting dapat dilakukan dengan melihat ruas – ruas abdomennya. Pada kepiting jantan, ruas – ruas abdomennya sempit, sedangkan pada kepiting betina lebih lebar.
Kepiting sejati mempunyai lima pasang kaki; sepasang kaki yang pertama dimodifikasi menjadi sepasang capit dan tidak digunakan untuk bergerak. Di hampir semua jenis kepiting, kecuali beberapa saja (misalnya, Raninoida), perutnya terlipat di bawah cephalothorax. Bagian mulut kepiting ditutupi oleh maxilliped yang rata, dan bagian depan dari carapace tidak membentuk sebuah rostrum yang panjang . Insang kepiting terbentuk dari pelat-pelat yang pipih ("phyllobranchiate"), mirip dengan insang udang, namun dengan struktur yang berbeda.
. Kepiting bakau merupakan salah satu sumber hayati perairan bernilai ekonomis tinggi. Jenis kepiting ini telah dikenal baik dipasaran dalam negeri maupun luar negeri karena rasa dagingnya yang leza dan bernilai gizi yang tinggi yakni mengandung berbagai nutrien penting.
Di Indonesia terdapat 4 jenis kepiting bakau yaitu Scylla serrata, S. Tranquebarica, S.paramamosain dan S.olivacea. Keempat jenis kepiting bakau tersebut sangat potensial untuk dibudidayakan. Dengan ini kmi sebagai agen kepiting dalam masa sekarang sedang mencoba untuk membudidayakan kepiting bakau ini, karena mengharapkan tangkapan nelayan tidak dapat mencukupi pesanan costumer diberbagai wilayah di Indonesia.







Bintang Laut

Klasifikasi:
            Kingdom            :  Animalia
            Filum                  :  Echinodermata
            Kelas                  :  Asteroidea
            Genus                 :  Asteroidea
            Spesies               :  Asteroidea sp.

Bagian dan fungsi tubuh bintang laut yaitu :
• Madreporit, merupakan lubang tempat masuknya air dari luar tubuh.
• Saluran batu
• Saluran cincin
• saluran radial, meluas ke seluruh tubuh.
• Saluran lateral
• Ampula
• Kaki tabung
Sistem ini berfungsi untuk bergerak, bernafas atau membuka mangsa. Pada hewan ini air laut masuk melalui lempeng dorsal yang berlubang-lubang kecil (madreporit) menuju ke pembuluh batu. Kemudian dilanjutkan ke saluran cincin yang mempunyai cabang ke lima tangannya atau disebut saluran radial selanjutnya ke saluran lateral. Pada setiap cabang terdapat deretan kaki tabung dan berpasangan dengan semacam gelembung berotot atau disebut juga ampula.Dari saluran lateral, air masuk ke ampula. Saluran ini berkahir di ampula Jika ampula berkontraksi, maka air tertekan dan masuk ke dalam kaki tabung. Akibatnya kaki tabung berubah menjulur panjang. Apabila hewan ini akan bergerak ke sebelah kanan, maka kaki tabung sebelah kanan akan memegang benda di bawahnya dan kaki lainnya akan bebas. Selanjutnya ampula mengembang kembali dan air akan bergerak berlawanan dengan arah masuk. Kaki tabung sebelah kanan yang memegang objek tadi akan menyeret tubuh hewan ini ke arahnya. Begitulah cara hewan ini bergerak. Di samping itu hewan ini juga bergerak dalam air dengan menggunakan gerakan lengan-lengannya.
 Stomach : sebagai alat pencernaan
 Mulut       : tempat menyerap makanan
 Anus        : mengeluarkan sisa metabolisme
 Gonad     : kelenjar kelamin yang berfungsi sebagai penghasil hormon   kelamin.
Peranan bintang laut bagi kehidupan yaitu :
Sebagai detrivor yaitu pemakan materi organik ,herbivora, karnivora, kotoran dan bangkai laut. Sehingga laut menjadi bersih dan keseimbangan ekosistem terjaga.
            Morfologi bintang laut :
·         Tubuh terdiri atas lima lengan atau lebih yang tersusun radial.
·         Pada ujung-ujung lengan terdapat alat sensor.
·         Ujung tentakel pada bintik matayang mengandung pigmen merah ,peka terhadap cahaya.
·         Permukaan tubuh bagian atas di tutupi duri-duri tumpul berbentuk catut (pediselaria).
·         Pada umumnya berwarna oranye,biru, ungu, hijauatau gabungan warna-warna tersebut.
·         Alat organ tubuhnya bercabang ke seluruh lengan.
·         Mulut terdapat di permukaan bawah atau disebut permukaan oral dan anus terletak di permukaan atas (permukaan aboral).
·         Kaki tabung tentakel (tentacle) terdapat pada permukaan oral. Sedangkan pada permukaan aboral selain anus terdapat pula madreporit.
·         Madreporit adalah sejenis lubang yang mempunyai saringan dalam menghubungkan air laut dengan sistem pembuluh air dan lubang kelamin.


















BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Dalam praktikum ini dapat di tarik kesimpulan sebagai berikut :
1.        Klasifikasi tumbuhan dapat dilakukan dengan melihat ciri dan sifat pada daun contohnya, bentuknya, ujungnya, pangkalnya, susunan tulang-tulangnya, tepinya ,daging daunnya, permukaan daunnya, arah anak tulang,bentuk tulang daun, dan warna permukaan daun.
2.        Morfologi tumbuhan adalah ilmu yang mengkaji berbagai organ tumbuhan, baik bagianbagian, bentuk maupun fungsinya secara klasik, tumbuhan terdiri dari morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum. Farmakologi, biokimia, asuhan farmasi, farmakognosi, fitofarmasi, undang undang kesehatan, pemasaran farmasi, biologi farmasi, kimia analisa, preskripsi, farmasetika morfologi dan anatomi tumbuhan biologi umum.

2. Saran
          Pada kegiatan praktikum ini, sebaiknya alat dan bahan yang akan digunakan di persiapkan terlebih dahulu, agar praktikan dapat berjalan dengan baik. Dan untuk para praktikan agar mempersiapkan diri materi-materi yang akan dipraktekkan, agar dalam kegiatan praktikum tidak terhambat.






DAFTAR PUSTAKA
Anonymous.2008.http://agrolink.moa.my/doa/bdc/vege/ka_tek_bm.html.
            Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.35 WITA
            Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.02 WITA
            Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.25 WITA
            Diakses pada tanggal 27 Desember 2011 pukul 19.35 WITA
            Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.55 WITA
            Diakses pada tanggal 29 Desember 2011 pukul 14.56 WITA
            Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.46 WITA

          Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 pukul 14.55 WITA