Minggu, 12 Januari 2014

Laporan Praktikum Fisiologi Tumbuhan "Pengaruh Suhu Terhadap Respirasi Aerobik"

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Semua sel aktif terus menerus melakukan respirasi, sering menyerap O2 dan melepaskan CO2 dalam volume yang sama. Namun seperti kita ketahui, respirasi lebih dari sekadar pertukaran gas secara sederhana. Proses keseluruhan merupakan reaksi oksidasi-reduksi, yaitu senyawa dioksidasi menjadi CO2 dan O2 yang diserap direduksi menjadi H2O, pati, fruktosa, sukrosa, atau gula yang lainnya, lemak, asam organik, bahkan protein dapat bertindak sebagai substrat respirasi.     
Respirasi merupakan proses katabolisme atau penguraian senyawa organik menjadi senyawa anorganik. Respirasi sebagai proses oksidasi bahan organik yang terjadi didalam sel dan berlangsung secara aerobik maupun anaerobik. Dalam respirasi aerob diperlukan oksigen dan dihasilkan karbondioksida serta energi. Sedangkan dalam respirasi anaerob dimana oksigen tidak atau kurang tersedia dan dihasilkan senyawa selain karbondiokasida, seperti alkohol, asetaldehida atau asam asetat dan sedikit energi. Secara umum, respirasi karbohidrat dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6  +  O2   →   6CO2  +  H2O  +  energi
Proses respirasi diawali dengan adanya penangkapan O2 dari lingkungan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding sel, sitoplasma dan membran sel. Demikian juga halnya dengan CO2 yang dihasilkan respirasi akan berdifusi ke luar sel dan masuk ke dalam ruang antar sel. Hal ini karena membran plasma dan protoplasma sel tumbuhan sangat permeabel bagi kedua gas tersebut. Setelah mengambil O2 dari udara, O2 kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus krebs, dan transpor elektron.

B.  Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi respirasi aerob.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Respirasi dalam arti luas adalah pertukaran gas antara organisme dengan lingkungannya, sedangkan dalam arti yang khusus yaitu adanya pengambilan gas Oksigen dan pelepasan gas karbondioksida. Pengambilan Oksigen ini ada yang secara langsung melalui udara dan ada yang mengambil melalui medium cair yang berada disekeliling mereka. Respirasi terbagi atas yaitu  Respirasi Eksternal, yang merupakan pertukaran udara yang terjadi antara organisme dengan udara disekeliling mereka dan Respirasi Internal, merupakan pertukaran udara yang terjadi antara sel dengan organ didalamnya (Willey, 1982).
        Respirasi merupakan suatu proses pelepasan energi kimia molekul organik di dalam sel. Energi molekul organik adalah energi matahari yang disimpan di dalamnya, terjadi pada proses fotosintesis. Pada proses fotosintesis terjadi adanya pembentukan gula dari molekul-molekul karbohidrat dan air dengan bantuan cahaya matahari (Dwijoseputro, 1994).
Respirasi adalah suatu proses pembongkaran (katabolisme atau disimilasi) dimana energi yang tersimpan tadi ditimbulkan untuk meyelenggarakan proses – proses kehidupan. Respirasi adalah suatu bahan dari proses reaksi oksidasi bahan organik sel yang melepaskan energi. Energi yang dihasilkan dapat berupa ATP, NADPH, NADH, dan FADH (Willey, 1982).
Respirasi bukanlah proses pertukaran gas sederhana saja. Proses keseluruhan merupakan reaksi reduksi oksidasi yaitu senyawa organik dioksidasi menjadi CO2, sedangkan O2 yang diserap direduksi menjadi air (H2O). Sebagai substrat respirasi yaitu pati, fruktosa, sukrosa atau gula lainnya, lemak, asam organik dan bahkan protein pada keadaan tertentu (Burhan dkk, 1977).
Proses yang terjadi di dalam respirasi sel adalah pemecahan ikatan-ikatan dalam molekul organik, terutama ikatan antara atom karbon dengan atom yang menyimpan energi dalam jumlah besar. Ada beberapa cara dimana energi kimia dilepaskan. Salah satu cara yang paling penting adalah pengeluaran hidrogen dari suatu bahan bakar yang dikenal dengan istilah dehidrogenasi. Pada proses dehidrogenasi diperlukan penerima atau akseptor hidrogen (hydrogen acceptor) (Kimball, 1983).
Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10°C, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies. Bagi sebagian besar bagian tumbuhan dan spesies tumbuhan, Q10 respirasi biasanya 2,0 sampai 2,5 pada suhu antara 5° dan 25°C. Bila suhu meningkat lebih jauh sampai 30° atau 35°C, laju respirasi tetap meningkat, tapi lebih lambat, jadi Q10 mulai menurun (Salisbury dan Ross, 1995).
Greulach and Adam (1976), menyatakan bahwa produk akhir fotosintesis adalah gula, oksigen dan air. Produk ini merupakan substansi yang nantinya digunakan dalam respirasi aerobik, sedangkan hasil akhir dari respirasi adalah karbondioksida dan air  yang merupakan substansi yang digunakan dalam fotosintesis. Menurut Salisburry dan Ross (1978) gas O2 pada respirasi aerobik digunakan untuk oksidasi reduksi bahan makanan. Pada respirasi atau oksidasi akan dihasilkan CO2.
Energi yang ditangkap dari proses oksidasi sempurna beberapa senyawa dapat digunakan untuk mensintesis molekul lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan. Bila tumbuhan sedang tumbuh, laju respirasi meningkat sebagai akibat dari permintaan pertumbuhan, tapi beberapa senyawa yang hilang dialihkan ke dalam reaksi sintesis dan tidak pernah muncul sebagai CO2 (Salisbury dan Ross, 1995).
Bahan bakar yang paling banyak digunakan adalah glukosa. Pembakaran sempurna glukosa menjadi CO2 menghasilkan energi 686 kilokalori energi bebas. Tetapi dalam reaksi ini hampir semua energi bebas dibebaskan sebagai panas yang dalam jumlah sedang hanya cukup untuk menjaga sel agar tetap hangat. Dan tetap tidak cukup untuk melangsungkan reaksi anabolik. Namun, demikian sel hidup mampu mengkatalisis glukosa menjadi sedemikian rupa sehingga menghasilkan energi bebas untuk membentuk molekul-molekul ATP (Kimball,1983).
Reaksi respirasi merupakan kebalikan dari ringkasan reaksi fotosintesis. Proses respirasi mengalami tiga tahap reaksi yang terpisah. Glikolisis terjadi di sitosol, siklus krebs atau siklus asam sitrat terjadi dalam matriks mitokondria, transfer elektron terjadi pada membran krista mitokondria. Beberapa bahan organik yang digunakan sebagai substrat respirasi harus dirombak jadi molekul gula heksosa terlebih dahulu. Karbohirat cadangan pada tumbuhan umumnya berupa pati, fruktosa, sukrosa maupun karbohidrat kompleks lainnya (Salisbury dan Ross, 1995).
Respirasi dapat dibagi menjadi tiga tahapan reaksi yaitu tahap pertama adalah proses glikolis. Pola umum dari proses ini adalah penguraian karbohidrat secara bertingkat akan dirubah menjadi Phospogliseraldehid, kemudian menjadi asam piruvat dan asam piruvat dirubah lagi menjadi asam oksalat. Tahapan berikutnya adalah lingkaran krebs disebut juga lingkaran asam sitrat  atau lingkaran asam trikarboksilat. Reaksi tersebut merupakan reaksi lingkaran dimana pada pokoknya asam oksalat akan diubah menjadi CO2 , dan tahap ketiga adalah lingkaran sitokrom (transfer electron), dalam proses ini tingkat dari akseptor yang satu ditransfer kepada yang lain. Kemudian sitokrom dan akhirnya kepada CO2 dengan membentuk H2O, pada transfer tadi dihasilkan energi yang ditangkap oleh ADP menjadi ATP (Hidayat, 1974).
BAB III
METODOLOGI
A. Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum adalah sebagai berikut :
Hari / tanggal       : Kamis, 31 November 2013
Pukul                    : 15.00 WITA - selesai
Tempat                 : Laboratorium Biolingkungan Jurusan Biologi FMIPA 
       UNTAD
B. Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum adalah sebagai berikut :
1. Alat
a.    Botol selai
b.    Sterofoam
c.    Spidol
d.   Kain kasa
e.    Kamera
f.     Alat tulis
g.    Labu
h.    Labu erlenmeyer

2. Bahan
a.    Kecambah kacang hijau (Phaseolus radiatus) yang berumur 1 hari
b.    NaOH 0,2 N
c.    Larutan BaCl2
d.   Indikator fenolptalein
e.    HCl 0,1 N

C. Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.    Menuangkan masing-masing 50 ml NaOH 0,2 N ke dalam 2 botol dan dengan segera menutup botol dengan sterofoam
2.    Menimbang kecambah sebanyak 10 g, setelah itu membungkus dengan kain kasa dan mengikat bagian ujungnya, biji yang terbungkus harus berada diatas permukaan cairan basa tersebut.
3.    Membuat kontrol dengan botol hanya berisi larutan NaOH tanpa kecambah yang disimpan di dalam laci.
4.    Memberi label pada masing-masing botol, sedangkan kedua botol lainnya masing-masing ditempatkan pada refrigator (5°C) dan dilaci (25°C).
5.    Percobaan diakhiri 48 jam kemudian memindahkan kecambah dari botol. Cairan NaOH dititrasi untuk mengetahui jumlah CO2 yng dibebaskan.

Cara titrasi :
1.      Memasukkan pipet 10 ml kedalam erlenmeyer 125 ml dan menambahkan 5 ml BaCl2.
2.      Menambahkan 3 tetes indikator fenolptalein dan melakukan titrasi dengan HCl  0,1 N sampai warnanya hilang.
3.      Melakukan hal yang sama untuk larutan basa  dalam botol kontrol, mengurangi nilai titran pada 2 titrasi untuk masing-masing botol dengan nilai titran botol kontrol.
4.      Kemudian hasilnya dikalikan dengan 5, ini merupakan jumlah asam yang sama dengan banyaknya CO2 yang dilepaskan. Membuat grafik hubungan antara ml HCl  (setara dengan CO2 yang dilepaskan)  pada ordinat (X) dan suhu absisa (Y).
BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.  Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh dalam praktikum ini adalah sebagai berikut :
No.
Perlakuan
Suhu
Volume HCl
1.
Kontrol
20°C
25 tetes (1,25 ml)
2.
Kecambah refrigator
5°C
34 tetes (1,7 ml)
3.
Kecambah dalam laci
25°C
40 tetes (2 ml)

B.  Analisis Data
CO2 yang terikat NaOH  =  volume HCl  x  5
1.    Kecambah refrigator
1,7 ml  x  5  =  8,5 ml CO2 yang terikat NaOH
2.    Kecambah di dalam laci
2 ml  x  5  =  10 ml CO2 yang terikat NaOH
3.    Kecambah kontrol
1,25  x  5  =  6,25 ml CO2 yang terikat NaOH

C. Grafik Hubungan Suhu Terhadap Laju Respirasi
        Suhu    
                                                                                                                               B (10 ml)
25oC
                                                                            C (6,5 ml)
20oC

15oC

10oC
                                                                                                  A (8,5 ml)
5oC                                                                                                                             Volume CO2
 


0oC           1          2          3          4          5          6          7          8          9          10

C. Pembahasan
Respirasi adalah proses oksidasi dalam sel untuk melepaskan energi yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme hidup. Proses tersebut mencakup suatu rantai reaksi yang majemuk dan menyangkut berbagai tahapan dan dibantu oleh berbagai enzim. Tahapan pertama bersifat anaerobik, tanpa oksigen bebas, dan tahapan terakhir memerlukan oksigen bebas, jadi tahapan terakhir itu bersifat aerobik. Selanjutnya ADP diubah menjadi ATP yang merupakan sumber energi bagi semua jenis reaksi selular. Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi dan juga respirasi adalah oksidasi selular dimana energi yang disimpan dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam reaksi tersebut, H2O dan CO2, merupakan hasil akhir dan energi terlepas.
Kecambah dibungkus dengan kain kasa, kain kasa memiliki pori-pori yang cukup besar sehingga dapat digunakan untuk memberi ruang atau celah yang dapat dilewati oleh oksigen dan karbon dioksida pada saat proses respirasi. Kecambah dimasukkan kedalam botol yang ditutup rapat. Penutupan rapat ini bertujuan agar tidak ada gangguan dari luar yang dapat mempengaruhi hasil pengamatan seperti oksigen dari luar yang masuk kedalam botol dan tidak ada karbondioksida yang keluar dari botol. Larutan didalam botol merupakan larutan basa kuat yaitu NaOH, NaOH berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan karbondioksida hasil dari respirasi kecambah. NaOH yang mengikat karbondioksida  akan membentuk natrium bikarbonat yang merupakan karbondioksida terlarut. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
 2NaOH + CO                          Na2CO+ H2O
Titrasi yang dilakukan adalah titrasi asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. Sebelum dititrasi dengan HCl, larutan dari rangkaian praktikum diambil sebanyak 10 ml dan ditambahan BaCl sebanyak 5 ml, penambahan BaCl berfungsi untuk mengendapkan karbondioksida yang telah diikat oleh NaOH. Persamaan reaksinya dapat dituliskan sebagai berikut :
BaCl2­ + Na2CO3                         BaCO3 + 2 NaCl
Larutan yang awalnya berwarna bening kemudian berubah menjadi keruh hal ini disebabkan karena terbentuk endapan putih dari hasil penambahan larutan dengan BaCl2­, selanjutnya larutan tersebut diteteskan indikator fenolptalein (indicator pp). Indikator yang berwarna merah ini menyebabkan larutan berubah warna menjadi merah muda. Indikator pp berfungsi untuk memudahkan mengamati perubahan warna ketika larutan dititrasi. Kemudian larutan dititrasi dengan asam kuat yaitu HCl dengan menggunakan pipet tetes hingga larutan berubah warna menjadi bening kembali. Warna dapat kembali bening menunjukkan bahwa larutan basa telah bereaksi sempurna dengan asam sehingga larutan menjadi netral. Persamaan reaksinya sebagai berikut :
 BaCl2­ + HCl                           BaCl + HCl2
Jumlah karbon dioksida yang dilepaskan oleh kecambah pada proses repirasi aerob berbanding lurus dengan jumlah HCl yang diteteskan ketika titrasi dengan kata lain semakin banyak karbondioksida yang dilepaskan maka semakin banyak HCl yang diperlukan saat titrasi, dan begitu pula sebaliknya. HCl berfungsi sebagai peniter (zat penitrasi) dalam penitrasi ini.
Berdasarkan hasil pengamatan dapat dilihat bahwa suhu turut berpengaruh terhadap laju respirasi aerob. Rangkaian kecambah pada suhu yang lebih tinggi yaitu 25ºC melepaskan lebih banyak CO2 dari pada rangkaian kecambah pada suhu 5ºC. Jumlah yang dilepaskan dapat dilihat dari banyaknya HCl yang dibutuhkan saat titrasi. Pada kontrol 20°C volume HCl (1,25 ml), kecambah yang ditempatkan pada refrigator volume HCl (1,7 ml), kecambah yang ditempatkan di laci volume HCl (2 ml). Volume HCl yang digunakan pada saat titrasi, dikali dengan 5 ml BaCl2 yang digunakan sehingga diperoleh volume CO2 yang dihasilkan oleh kecambah. Dari hasil perhitungan diperoleh volume pada refrigator dengan suhu 5°C yaitu 8,5ml  dan di laci dengan suhu 25°C yaitu 10 ml. Jadi pengaruh suhu terhadap laju reaspirasi yaitu semakin tinggi suhu maka semakin meningkat laju respirasi dan begitupun sebaliknya.


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1.      Jumlah HCl berbanding lurus dengan jumlah CO2 yang dilepaskan sehingga  semakin banyak HCl yang digunakan maka semakin banyak pula CO2 yang dilepaskan.
2.      Dari hasil pengamatan yang dilakukan di peroleh data yaitu kecambah pada refrigator (5°C) jumlah CO2 yang terkait NaOH 8,5 ml dan kecambah pada laci (25°C) jumlah ml CO2 yang terikat NaOH 10 ml, sehingga semakin tinggi suhu maka semakin tinggi pula laju respirasi dan begitupun sebaliknya.

B. Saran
Diharapkan kepada praktikan untuk praktikum selanjutnya harus lebih teliti lagi dalam melakukan percobaan agar hasil yang diperoleh lebih akurat lagi.

DAFTAR PUSTAKA
Burhan, dkk. 1977, Fisiologi Tanaman, PT Bina Aksara, Jakarta.

Dwidjoseputro, D, 1982, Pengantar Fisiologi Tumbuhan, PT Gramedia, Jakarta.

Greulach,V.A and J.E. Adam, 1976,  Plant and Introduction to Modern Botany, Macmillan Publishing Co., Inc,  New York.

Hidayat,E.B, 1974, Biologi, ITB, Bandung.

Kimball, John. W, 1983, Biologi Jilid I Edisi kelima, Erlangga, Jakarta.

Salisburry,F.B dan Ross,W.C, 1995, Fisiologi Tumbuhan Jilid 2, ITB Press, Bandung.

Willey, J. 1982, Study Guide to Accompany Botany, New York , Chesther Bistane Toronto, Singapore