Selasa, 18 Maret 2014

PEMANFAATAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) DAN SERAI (Cymbopogon nardus) SEBAGAI BAHAN DASAR MAT OBAT NYAMUK ELEKTRIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PEMANFAATAN KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) DAN SERAI (Cymbopogon nardus) SEBAGAI BAHAN DASAR MAT OBAT NYAMUK ELEKTRIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN
BIDANG KEGIATAN :
PKM GAGASAN TERTULIS



Diusulkan Oleh :
Andi Aldi Matoro Putra       G 401 11 004  angkatan 2011
Muhammad Akhsa              G 401 11 010  angkatan 2011
Putri Suria Ningsi                 G 401 11 043  angkatan 2011




UNIVERSITAS TADULAKO
KOTA PALU
2014

RINGKASAN
Aedes adalah salah satu genus nyamuk yang sering menimbulkan masalah kesehatan. Genus Aedes merupakan vektor biologis dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Anonim, 2005). Pemberantasan vektor nyamuk Aedes aegypti dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau tanpa menggunakan insektisida. Penggunaan insektisida yang berlebihan dan berulang-ulang dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan yaitu matinya musuh-musuh alami, pencemaran lingkungan dan timbul keracunan pada manusia dan hewan ternak. Saat ini, obat nyamuk elektrik menjadi salah satu pilihan masyarakat. Namun faktanya, obat nyamuk bakar masih mendominasi dengan persentase 54% (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 1973). Kandungan zat aktif dari obat nyamuk bakar terdiri atas diklorvos, propoxuran (karbamat) serta diethyltoluamide. Sementara kandungan zat aktif dalam mat obat nyamuk elektrik adalah D-aletrin (40mg/mat) dan transflutrin (3mg/mat).
Tujuan dari Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Gagasan tertulis ini adalah memanfaatkan kulit jeruk bali (Citrus maxima) dan serai (Cymbopogon nardus) sebagai bahan dasar pembuatan mat obat nyamuk elektrik.
Pada kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang antara lain memiliki kandungan limone (95%), myrcene (2%), noctanal (1%), pinene (0,4%), linanol (0,3%), decanal (0,3%), sabiene (0,2%), geranial (0,1%), neral (0,1%), dodecanal (0,1%), dan sitronela (0,5%) (Adityo Kurniawan, 2008). Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geraniol asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen (Andria, 2000). Hasil penyulingan dari serai itu sendiri dapat diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama terdiri atas geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk (Haris, 1994). Kemudian untuk abu dari daun dan tangkai serai mengandung 45% silika yang merupakan penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada kulit serangga sehingga serangga akan mati kekeringan (Kardiyan, 2003).
Metode penulisan yang diterapkan oleh penulis dalam gagasan tertulis ini adalah metode penalaran, kemudian merujuk pada hasil penelitian, referensi berbagai literatur dan mengidentifikasi dari berbagai sumber data serta informasi di internet. Adapun langkah dalam pembuatan mat obat nyamuk elektrik ini adalah diawali dengan mencincang kulit buah jeruk bali dan serai sehingga menjadi potongan-potongan kecil. Potongan kulit ditimbang hingga mencapai massa 100g, lalu dihaluskan dengan blender. Untuk pelarutnya digunakan alkohol 70% sebanyak 15 mililiter, air 75 mililiter, dan Solutiogummi arabicum sebagai pengikat. Bubur yang diperoleh itu kemudian dicetak lalu dikeringkan selama 1-3 jam. Dengan demikian mat obat nyamuk elektrik siap digunakan.
Pembuatan mat obat nyamuk elektrik berbahan dasar kulit jeruk bali dan serai ini merupakan alternatif sebagai obat nyamuk yang aman bagi kesehatan ditinjau dari kandungan sitronela, minyak atsiri, lonanol dan geraniol pada bahan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis merupakan tempat subur berkembang biaknya nyamuk. Nyamuk termasuk kelas Insekta, ordo Diptera dan mempunyai banyak famili. Nyamuk berperan sebagai vektor penyakit untuk manusia (Gandahusada S dkk, 2000). Aedes adalah salah satu genus nyamuk yang sering menimbulkan masalah kesehatan. Genus Aedes merupakan vektor biologis dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Fillariasis (Brugia malayi dan Wucheria bancrofti), Yellow fever, Eastern Equine Enchepalomyelitis, California Enchephalomyelitis dan Venezuelan Equine Encephalomyelitis (Anonim, 2005).
Bila dielaborasi lebih jauh, penggunaan insektisida rumah tangga anti nyamuk sebagian besar menggunakan obat nyamuk bakar dan digunakan setiap hari (54%). Selain obat nyamuk bakar sebanyak 19% responden menggunakan dalam bentuk semprot, 17% dalam bentuk oles, 15% dalam bentuk mat elektrik, serta 10% menggunakan dalam bentuk cair dengan listrik (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesian Pharmaceutical Watch (IPhW) tahun 2001, kandungan zat aktif yang terdapat dalam obat nyamuk bakar antara lain diklorvos, propoxuran (karbamat) serta diethyltoluamide. Sementara itu, kandungan zat aktif pada salah satu merk mat obat nyamuk elektrik terdapat D-aletrin (40mg/mat) dan transflutrin (3mg/mat). Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), diklorvos atau DDVP bersifat karsinogen, berdaya racun tinggi, dapat merusak sistem saraf, mengganggu sistem pernafasan dan jantung. Sedangkan menurut Lembaga Perlindungan Lingkungan di Amerika Serikat, Environment Protection Authority (USEPA) dan New Jersey Department of Health, diklorvos berpotensi menyebabkan kanker, menghambat pertumbuhan organ, merusak kemampuan reproduksi. Sementara itu, propoxuran (karbamat) adalah jenis racun kelas menengah dalam bentuk asap yang dapat mengaburkan penglihatan, menghasilkan keringat berlebih, pusing (sakit kepala) dan badan lemah. Dan untuk zat aktif diethyltoluamide (DEET) dapat menyebabkan infeksi kulit, kulit melepuh dan rasa panas pada kulit. Efek samping yang ditimbulkan oleh diethyltoluamide (DEET) sangat tergantung pada daya tahan sensitifitas atau kepekaan kulit pemakai.
Dengan melihat kondisi tersebut, penulis dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Gagasan tertulis ini memilih judul “Pemanfaatan Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima) dan Serai (Cymbopogon nardus) Sebagai Bahan Dasar Mat Obat Nyamuk Elektrik yang Aman Bagi Kesehatan”.
1.2 Tujuan
Tujuan dari Program Kreativitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini adalah untuk memanfaatkan kulit jeruk (Citrus maxima) dan serai (Cymbopogon nardus) sebagai bahan dasar pembuatan mat obat nyamuk elektrik.
1.3 Manfaat
Gagasan tertulis ini diharapkan dapat memberikan alternatif insektisida berbahan dasar alami bagi dunia ilmu pengetahuan, industri, dan masyarakat. Selain itu, gagasan tertulis bermanfaat untuk menciptakan produk mat obat nyamuk elektrik yang aman bagi kesehatan masyarakat.

BAB II
GAGASAN
2.1 Kondisi Kekinian
Anti nyamuk mat adalah produk anti nyamuk yang terdiri dari mat terbuat dari pulp atau bahan lainnya yang mengandung bahan aktif insektisida, dapat ditambahkan stabilisator, bahan yang sinergis, unsur lepas lambat, pewangi dan pewarna. Unsur lepas lambat yaitu unsur yang mengikat dan melakukan slow release atau pelepasan unsur dengan waktu yang relatif lama. Obat nyamuk bentuk mat menggunakan alat pemanas listrik untuk menguapkan bahan aktif dari mat.
Obat nyamuk (insektisida) yang beredar di pasaran semuanya mengandung zat aktif yang berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Dari alokasi biaya pembelian insektisida rumah tangga per bulan, responden yang mengeluarkan kurang dari Rp 10.000 sebanyak 44%, mengeluarkan antara Rp 10.000 – Rp. 50.000 (54%), dan lebih dari Rp. 50.000 (2%). Dari harga yang relatif terjangkau oleh masyarakat, penggunaan insektisida rumah tangga berbahan dasar kimiawi terlihat menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2012).
2.2 Solusi Yang Pernah Diterapkan Sebelumnya
Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya, menunjukkan bahwa ekstrak air kulit durian efektif sebagai obat nyamuk elektrik. Hal ini disebabkan karena kulit durian mengandung minyak atsiri, flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin serta kandungan pati. Kulit durian mempunyai bau yang sangat menyengat dan tidak disukai oleh nyamuk. Oleh karena itu, efek kandungan tersebut bisa mempengaruhi syaraf pada nyamuk dan akibat yang ditimbulkannya adalah nyamuk mengalami kelabilan dan akhirnya mati (Oktavianingrum, 2007). Namun, dengan berbahan dasar kulit durian dirasa kurang efektif, karena harga untuk buahnya saja lebih mahal daripada jeruk bali. Baunya pun kadang terlalu menyengat, sebagian manusia tidak terlalu menyukai bau tersebut.
Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa kulit bitter orange (Citrus aurantium) berpotensi sebagai insektisida (Mwaiko GL,1992). Kandungan limonin pada jeruk dapat dimanfaatkan sebagai larvasida (Jayakapras GK dkk, 1997). Penelitian yang dilakukan oleh Al Dakhil dan Morsy pada tahun 1999 didapatkan ekstrak etanol kulit jeruk lemon, graphefruit dan navel orange mempunyai efek larvasida yang telah dicobakan pada larva Culex pipiens. Salah satu bahan aktif utama kulit jeruk bali (Citrus maxima) yang diperkirakan memiliki efek toksik terhadap larva adalah limonin. Senyawa ini merupakan komponen utama minyak kulit jeruk tetapi terdapat juga dalam minyak atsiri lain. Limonin termasuk jenis monoterpenoid. Senyawa ini dapat bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun terhadap serangga (Dakhil MA and Morsy TA, 1999).
Selain penelitian yang disebutkan diatas terdapat pula penelitian lain dalam mengatasi gangguan nyamuk yaitu dengan pemanfaatan tanaman adas. Tanaman adas adalah sejenis tanaman herba tahunan yang dapat tumbuh di dataran tinggi dengan tingkat adaptasi yang tinggi sehingga dapat mudah tumbuh tanpa memerlukan pemeliharaan khusus. Di dalam adas terdapat minyak atsir sekitar 6% diamana memiliki kandungan utama anethol (50-80%), limonene (5%) , fenchone (5%) dan bahan lainnya seperti estragol (methylchavicol), safrol, alpha pinene dan beta myrcene (Rusmin dan Melati,2007). Kandungan anethol pada tanaman ades bersifat repellen (anti serangga) khususnya pada nyamuk sehingga ades jugha dapat dijadiakn lotion anti nyamuk (Grainge dan ahmed,1987). Dengan sifat tanaman adas yang hanya dapat tumbuh di daerah dataran tinggi inilah yang menyebabkan kekurangan tanaman ades pada segi bahan baku.

2.3 Gagasan Yang Diajukan
Untuk mengurangi efek samping dari bahan kimia tersebut, maka perlu dikembangkan obat-obat pengusir atau pembunuh nyamuk dari bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia serta sumbernya tersedia dalam jumlah yang besar. Pemanfaatan insektisida alami dalam pemberantasan vektor diharapkan mampu menurunkan kasus DBD. Selain itu karena terbuat dari bahan alami, maka diharapkan insektisida jenis ini akan lebih mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
Ada beberapa pertimbangan kami dalam memilih kulit jeruk bali adalah faktor tersedianya bahan, jeruk tersedia terus menerus tanpa mengenal musim ditambah lagi efisiensi tanaman jeruk pada masalah bibit dimana dalam sebiji jeruk apabila ditanam akan tumbuh lebih dari 1 tanaman (Agrimas, 2007).
Pada kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang antara lain memiliki kandungan limone (95%), myrcene (2%), noctanal (1%), pinene (0,4%), linanol (0,3%), decanal (0,3%), sabiene (0,2%), geranial (0,1%), neral (0,1%), dodecanal (0,1%), dan sitronela (0,5%) (Adityo Kurniawan, 2008). Sitronela berguna sebagai anti nyamuk dan aroma menyengat minyak atsiri yang tidak disukai nyamuk tetapi bagi manusia aromanya sangatlah harum. Selain kandungan yang tersebut di atas juga terdapat bahan seperti lonanol yang memiliki fungsi sebagai penenang syaraf-syaraf dalam tubuh.
Serai adalah tanaman herbal menahun dengan tinggi 50-100 cm dengan panjang daunnya mencapai 1 m dan lebar 1,5 cm. Tanaman serai tumbuh berumpun sehingga tersedia melimpah. Serai dapat tumbuh di tempat yang kurang subur bahkan di tempat yang tandus karena mampu beradaptasi secara baik dengan lingkungannya serta tidak memerlukan perawatan khusus baik waktu dan cara pemupukan. Keunggulan lain dari tanaman serai adalah termasuk tanaman abadi yang artinya penanaman hanya dilakukan sekali dan akan tumbuh terus menerus setiap tahunnya. Selain itu, penyimpanan serai memiliki daya tahan yang cukup bagus karena memiliki sifat antibakteri dan antijamur (dapat mengurai anti oksidan dan demam) sehingga dapat bertahan selama 3 minggu bila disimpan dalam lemari es dan bila dibekukan dapat bertahan selama 6 bulan. Sebuah penelitian dari The Science and Technology Department’s Food and Nutrition Research Institute telah menentukan bahwa serai memiliki manfaat antioksidan yang dapat membantu mencegah kanker, selain itu juga sebagai obat efektif untuk infeksi pada mata. Selain itu kandungan serai yaitu hidroksi citronelal, geraniol asetat dan menthol sintetik digunakan dalam industri wangi wangian hal ini karena wangi serai dapat mengurai stress dan insomnia (Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik, 2007).
Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geraniol asetat 3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen, kamfen (Andria, 2000). Hasil penyulingan dari serai itu sendiri dapat diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama terdiri atas geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk (Haris, 1994) Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif yang tidak disukai dan sangat dihindari serangga, termasuk nyamuk sehingga penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan pengusir nyamuk (Kardiyan, 2003). ). Abu dari daun dan tangkai serai mengandung 45% silika yang merupakan penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada kulit serangga sehingga serangga akan mati kekeringan karena sifat kepekaan tubuhnya terhadap ekstrak serai yang terdapat pada obat nyamuk elektrik.
Dengan melihat kondisi miris tentang pemakaian insektisida buatan yang berbahaya, penulis mengajukan gagasan tertulis tentang pembuatan mat obat nyamuk elektrik berbahan dasar kulit jeruk bali dan serai. Dari segi komposisi bahan sangatlah aman, dimana dari bahan dasarnya itu sendiri memiliki kandungan sitronela, minyak atsiri, dan limonen yang berfungsi sebagai anti serangga yang berbau wangi sehingga aman dan nyaman jika digunakan. Dari segi ekonomi, untuk bahan kulit jeruk bali dan serai masih terjangkau dan tergolong murah. Dari segi lingkungan, mat obat nyamuk elektrik ini dapat menekan angka sampah kulit jeruk, memanfaatkannya agar tidak terbuang percuma dan meningkatkan nilai ekonominya.
2.4  Implementasi Gagasan
Adapun bahan baku dari pembuatan mat elektrik ini yaitu kulit jeruk bali dan serai dengan skema kerja sebagai berikut :
Pemotongan → Penimbangan (100g) → Alkohol 70% (15 ml) → Aquadest (75 ml) → Solutiogummi arabicum (10 ml) → Penghalusan dengan blender → Pencetakan dan pengeringan (1-3 jam) → Pengemasan mat obat nyamuk elektrik.
Adapun proses pengemasan produk ini menggunakan hand sealer. Dengan hand sealer, produk yang dihasilkan kuat dan rata, dengan menggunakan sistem pemanas induksi sehingga hasilnya cepat dan rata, tidak menimbulkan panas terhadap operatornya. Panas hand sealer diatur dengan skala 1 – 9, dilengkapi dengan lampu led yang menyala selama proses sealer berlangsung dan akan otomatis mati yang menandakan proses sealer sudah selesai.

KESIMPULAN
Melihat angka ketergantungan masyarakat akan insektisida non alami dan berbahan zat aktif tinggi, penulis mengajukan gagasan tertulis tentang pembuatan mat obat nyamuk elektrik berbahan dasar kulit jeruk bali dan serai. Adapun pertimbangan penulis memilih bahan dasar tersebut dikarenakan keunggulan kulit jeruk bali dan serai adalah pada kandungan sitronela yang berguna sebagai anti nyamuk dan aroma menyengat minyak atsiri yang tidak disukai nyamuk tetapi bagi manusia aromanya sangatlah harum. Selain kandungan yang tersebut di atas, juga terdapat bahan seperti lonalol yang memiliki fungsi sebagai penenang syaraf-syaraf dalam tubuh. Sedangkan kandungan dalam serai adalah geraniol sebagai anti nyamuk. Kemudian abu dari serai itu sendiri mengandung silika yang mengakibatkan serangga mengalami desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) Bahan-bahan dasar tersebut dapat diperoleh langsung dari alam.