PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA
JUDUL
PROGRAM
PEMANFAATAN
KULIT JERUK BALI (Citrus maxima) DAN
SERAI (Cymbopogon nardus) SEBAGAI
BAHAN DASAR MAT OBAT NYAMUK ELEKTRIK YANG AMAN BAGI KESEHATAN
BIDANG
KEGIATAN :
PKM
GAGASAN TERTULIS
Diusulkan Oleh :
Andi
Aldi Matoro Putra G 401 11 004 angkatan 2011
Muhammad
Akhsa G
401 11 010 angkatan 2011
Putri
Suria Ningsi G 401 11 043 angkatan 2011
UNIVERSITAS
TADULAKO
KOTA
PALU
2014
RINGKASAN
Aedes adalah salah satu
genus nyamuk yang sering menimbulkan masalah kesehatan. Genus Aedes merupakan
vektor biologis dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) (Anonim, 2005). Pemberantasan
vektor nyamuk Aedes aegypti dapat
dilakukan dengan cara menggunakan atau tanpa menggunakan insektisida.
Penggunaan insektisida yang berlebihan dan berulang-ulang dapat menimbulkan
dampak yang tidak diinginkan yaitu matinya musuh-musuh alami, pencemaran
lingkungan dan timbul keracunan pada manusia dan hewan ternak. Saat ini, obat
nyamuk elektrik menjadi salah satu pilihan masyarakat. Namun faktanya, obat
nyamuk bakar masih mendominasi dengan persentase 54% (Yayasan Lembaga Konsumen
Indonesia, 1973). Kandungan zat aktif dari obat nyamuk bakar terdiri atas
diklorvos, propoxuran (karbamat) serta diethyltoluamide. Sementara kandungan zat
aktif dalam mat obat nyamuk elektrik adalah D-aletrin (40mg/mat) dan
transflutrin (3mg/mat).
Tujuan dari Program
Kreativitas Mahasiswa Bidang Gagasan tertulis ini adalah memanfaatkan kulit
jeruk bali (Citrus maxima) dan serai
(Cymbopogon nardus) sebagai bahan dasar pembuatan mat obat
nyamuk elektrik.
Pada kulit jeruk terdapat minyak atsiri
yang antara lain memiliki kandungan limone (95%), myrcene (2%), noctanal (1%),
pinene (0,4%), linanol (0,3%), decanal (0,3%), sabiene (0,2%), geranial (0,1%),
neral (0,1%), dodecanal (0,1%), dan sitronela (0,5%) (Adityo Kurniawan, 2008).
Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan komponen sitronelal 32-45%,
geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geraniol asetat 3-8%, sitronelil asetat
2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol, kadinen, vanilin, limonen,
kamfen (Andria, 2000). Hasil penyulingan dari serai itu sendiri dapat diperoleh
minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae, terutama terdiri atas geraniol
dan sitronelal yang dapat digunakan untuk menghalau nyamuk (Haris, 1994).
Kemudian untuk abu dari daun dan tangkai serai mengandung 45% silika yang
merupakan penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada
kulit serangga sehingga serangga akan mati kekeringan (Kardiyan, 2003).
Metode penulisan yang
diterapkan oleh penulis dalam gagasan tertulis ini adalah metode penalaran,
kemudian merujuk pada hasil penelitian, referensi berbagai literatur dan
mengidentifikasi dari berbagai sumber data serta informasi di internet. Adapun
langkah dalam pembuatan mat obat nyamuk elektrik ini adalah diawali dengan
mencincang kulit buah jeruk bali dan serai sehingga menjadi potongan-potongan
kecil. Potongan kulit ditimbang hingga mencapai massa 100g, lalu dihaluskan
dengan blender. Untuk pelarutnya digunakan alkohol 70% sebanyak 15 mililiter,
air 75 mililiter, dan Solutiogummi arabicum sebagai pengikat. Bubur yang
diperoleh itu kemudian dicetak lalu dikeringkan selama 1-3 jam. Dengan demikian
mat obat nyamuk elektrik siap digunakan.
Pembuatan mat obat nyamuk
elektrik berbahan dasar kulit jeruk bali dan serai ini merupakan alternatif
sebagai obat nyamuk yang aman bagi kesehatan ditinjau dari kandungan sitronela,
minyak atsiri, lonanol dan geraniol pada bahan.
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Indonesia sebagai negara tropis merupakan tempat
subur berkembang biaknya nyamuk. Nyamuk termasuk kelas Insekta, ordo Diptera
dan mempunyai banyak famili. Nyamuk berperan sebagai vektor penyakit untuk
manusia (Gandahusada S dkk, 2000). Aedes adalah salah satu genus nyamuk yang
sering menimbulkan masalah kesehatan. Genus Aedes merupakan vektor biologis
dari penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), Fillariasis (Brugia malayi dan
Wucheria bancrofti), Yellow fever, Eastern Equine Enchepalomyelitis, California
Enchephalomyelitis dan Venezuelan Equine Encephalomyelitis (Anonim, 2005).
Bila dielaborasi lebih jauh, penggunaan insektisida
rumah tangga anti nyamuk sebagian besar menggunakan obat nyamuk bakar dan
digunakan setiap hari (54%). Selain obat nyamuk bakar sebanyak 19% responden
menggunakan dalam bentuk semprot, 17% dalam bentuk oles, 15% dalam bentuk mat
elektrik, serta 10% menggunakan dalam bentuk cair dengan listrik (Yayasan
Lembaga Konsumen Indonesia, 2008).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Indonesian
Pharmaceutical Watch (IPhW) tahun 2001, kandungan zat aktif yang terdapat dalam
obat nyamuk bakar antara lain diklorvos, propoxuran (karbamat) serta
diethyltoluamide. Sementara itu, kandungan zat aktif pada salah satu merk mat
obat nyamuk elektrik terdapat D-aletrin (40mg/mat) dan transflutrin (3mg/mat).
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), diklorvos atau DDVP bersifat karsinogen,
berdaya racun tinggi, dapat merusak sistem saraf, mengganggu sistem pernafasan
dan jantung. Sedangkan menurut Lembaga Perlindungan Lingkungan di Amerika
Serikat, Environment Protection Authority (USEPA) dan New Jersey Department of
Health, diklorvos berpotensi menyebabkan kanker, menghambat pertumbuhan organ,
merusak kemampuan reproduksi. Sementara itu, propoxuran (karbamat) adalah jenis
racun kelas menengah dalam bentuk asap yang dapat mengaburkan penglihatan,
menghasilkan keringat berlebih, pusing (sakit kepala) dan badan lemah. Dan
untuk zat aktif diethyltoluamide (DEET) dapat menyebabkan infeksi kulit, kulit
melepuh dan rasa panas pada kulit. Efek samping yang ditimbulkan oleh
diethyltoluamide (DEET) sangat tergantung pada daya tahan sensitifitas atau
kepekaan kulit pemakai.
Dengan melihat kondisi tersebut, penulis
dalam Program Kreativitas Mahasiswa Bidang Gagasan tertulis ini memilih judul
“Pemanfaatan Kulit Jeruk Bali (Citrus maxima)
dan Serai (Cymbopogon nardus) Sebagai
Bahan Dasar Mat Obat Nyamuk Elektrik yang Aman Bagi Kesehatan”.
1.2
Tujuan
Tujuan dari Program Kreativitas
Mahasiswa Gagasan Tertulis ini adalah untuk memanfaatkan kulit jeruk (Citrus maxima) dan serai (Cymbopogon nardus) sebagai bahan dasar
pembuatan mat obat nyamuk elektrik.
1.3
Manfaat
Gagasan tertulis ini diharapkan dapat memberikan
alternatif insektisida berbahan dasar alami bagi dunia ilmu pengetahuan,
industri, dan masyarakat. Selain itu, gagasan tertulis bermanfaat untuk
menciptakan produk mat obat nyamuk elektrik yang aman bagi kesehatan
masyarakat.
BAB
II
GAGASAN
2.1
Kondisi Kekinian
Anti nyamuk mat adalah produk anti nyamuk yang
terdiri dari mat terbuat dari pulp atau bahan lainnya yang mengandung bahan
aktif insektisida, dapat ditambahkan stabilisator, bahan yang sinergis, unsur
lepas lambat, pewangi dan pewarna. Unsur lepas lambat yaitu unsur yang mengikat
dan melakukan slow release atau pelepasan unsur dengan waktu yang relatif lama.
Obat nyamuk bentuk mat menggunakan alat pemanas listrik untuk menguapkan bahan
aktif dari mat.
Obat nyamuk (insektisida) yang beredar
di pasaran semuanya mengandung zat aktif yang berbahaya bagi kesehatan
masyarakat. Dari alokasi biaya pembelian insektisida rumah tangga per bulan,
responden yang mengeluarkan kurang dari Rp 10.000 sebanyak 44%, mengeluarkan
antara Rp 10.000 – Rp. 50.000 (54%), dan lebih dari Rp. 50.000 (2%). Dari harga
yang relatif terjangkau oleh masyarakat, penggunaan insektisida rumah tangga
berbahan dasar kimiawi terlihat menjadi kebutuhan yang harus dipenuhi setiap
harinya (Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia, 2012).
2.2
Solusi Yang Pernah Diterapkan Sebelumnya
Pada penelitian yang dilakukan sebelumnya,
menunjukkan bahwa ekstrak air kulit durian efektif sebagai obat nyamuk
elektrik. Hal ini disebabkan karena kulit durian mengandung minyak atsiri,
flavonoid, saponin, unsur selulosa, lignin serta kandungan pati. Kulit durian
mempunyai bau yang sangat menyengat dan tidak disukai oleh nyamuk. Oleh karena
itu, efek kandungan tersebut bisa mempengaruhi syaraf pada nyamuk dan akibat
yang ditimbulkannya adalah nyamuk mengalami kelabilan dan akhirnya mati
(Oktavianingrum, 2007). Namun, dengan berbahan dasar kulit durian dirasa kurang
efektif, karena harga untuk buahnya saja lebih mahal daripada jeruk bali.
Baunya pun kadang terlalu menyengat, sebagian manusia tidak terlalu menyukai
bau tersebut.
Pada penelitian lainnya disebutkan bahwa kulit
bitter orange (Citrus aurantium)
berpotensi sebagai insektisida (Mwaiko GL,1992). Kandungan limonin pada jeruk
dapat dimanfaatkan sebagai larvasida (Jayakapras GK dkk, 1997). Penelitian yang
dilakukan oleh Al Dakhil dan Morsy pada tahun 1999 didapatkan ekstrak etanol
kulit jeruk lemon, graphefruit dan navel orange mempunyai efek larvasida yang
telah dicobakan pada larva Culex pipiens.
Salah satu bahan aktif utama kulit jeruk bali (Citrus maxima) yang diperkirakan memiliki efek toksik terhadap
larva adalah limonin. Senyawa ini merupakan komponen utama minyak kulit jeruk
tetapi terdapat juga dalam minyak atsiri lain. Limonin termasuk jenis
monoterpenoid. Senyawa ini dapat bekerja sebagai insektisida atau berdaya racun
terhadap serangga (Dakhil MA and Morsy TA, 1999).
Selain penelitian yang disebutkan diatas terdapat
pula penelitian lain dalam mengatasi gangguan nyamuk yaitu dengan pemanfaatan
tanaman adas. Tanaman adas adalah sejenis tanaman herba tahunan yang dapat
tumbuh di dataran tinggi dengan tingkat adaptasi yang tinggi sehingga dapat
mudah tumbuh tanpa memerlukan pemeliharaan khusus. Di dalam adas terdapat
minyak atsir sekitar 6% diamana memiliki kandungan utama anethol (50-80%),
limonene (5%) , fenchone (5%) dan bahan lainnya seperti estragol (methylchavicol),
safrol, alpha pinene dan beta myrcene (Rusmin dan Melati,2007). Kandungan
anethol pada tanaman ades bersifat repellen (anti serangga) khususnya pada
nyamuk sehingga ades jugha dapat dijadiakn lotion anti nyamuk (Grainge dan
ahmed,1987). Dengan sifat tanaman adas yang hanya dapat tumbuh di daerah
dataran tinggi inilah yang menyebabkan kekurangan tanaman ades pada segi bahan
baku.
2.3
Gagasan Yang Diajukan
Untuk mengurangi efek samping dari bahan kimia
tersebut, maka perlu dikembangkan obat-obat pengusir atau pembunuh nyamuk dari
bahan yang terdapat di alam yang lebih aman untuk manusia serta sumbernya
tersedia dalam jumlah yang besar. Pemanfaatan insektisida alami dalam
pemberantasan vektor diharapkan mampu menurunkan kasus DBD. Selain itu karena
terbuat dari bahan alami, maka diharapkan insektisida jenis ini akan lebih
mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak mencemari lingkungan dan
relatif aman bagi manusia dan ternak karena residunya mudah hilang.
Ada beberapa pertimbangan kami dalam memilih kulit
jeruk bali adalah faktor tersedianya bahan, jeruk tersedia terus menerus tanpa
mengenal musim ditambah lagi efisiensi tanaman jeruk pada masalah bibit dimana
dalam sebiji jeruk apabila ditanam akan tumbuh lebih dari 1 tanaman (Agrimas,
2007).
Pada kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang antara
lain memiliki kandungan limone (95%), myrcene (2%), noctanal (1%), pinene
(0,4%), linanol (0,3%), decanal (0,3%), sabiene (0,2%), geranial (0,1%), neral
(0,1%), dodecanal (0,1%), dan sitronela (0,5%) (Adityo Kurniawan, 2008). Sitronela
berguna sebagai anti nyamuk dan aroma menyengat minyak atsiri yang tidak
disukai nyamuk tetapi bagi manusia aromanya sangatlah harum. Selain kandungan
yang tersebut di atas juga terdapat bahan seperti lonanol yang memiliki fungsi
sebagai penenang syaraf-syaraf dalam tubuh.
Serai adalah tanaman herbal menahun dengan tinggi
50-100 cm dengan panjang daunnya mencapai 1 m dan lebar 1,5 cm. Tanaman serai
tumbuh berumpun sehingga tersedia melimpah. Serai dapat tumbuh di tempat yang
kurang subur bahkan di tempat yang tandus karena mampu beradaptasi secara baik
dengan lingkungannya serta tidak memerlukan perawatan khusus baik waktu dan
cara pemupukan. Keunggulan lain dari tanaman serai adalah termasuk tanaman abadi
yang artinya penanaman hanya dilakukan sekali dan akan tumbuh terus menerus
setiap tahunnya. Selain itu, penyimpanan serai memiliki daya tahan yang cukup
bagus karena memiliki sifat antibakteri dan antijamur (dapat mengurai anti
oksidan dan demam) sehingga dapat bertahan selama 3 minggu bila disimpan dalam
lemari es dan bila dibekukan dapat bertahan selama 6 bulan. Sebuah penelitian
dari The Science and Technology Department’s Food and Nutrition Research
Institute telah menentukan bahwa serai memiliki manfaat antioksidan yang dapat
membantu mencegah kanker, selain itu juga sebagai obat efektif untuk infeksi
pada mata. Selain itu kandungan serai yaitu hidroksi citronelal, geraniol
asetat dan menthol sintetik digunakan dalam industri wangi wangian hal ini karena
wangi serai dapat mengurai stress dan insomnia (Balai Penelitian Tanaman Obat
dan Aromatik, 2007).
Kandungan dari serai terutama minyak atsiri dengan
komponen sitronelal 32-45%, geraniol 12-18%, sitronelol 11-15%, geraniol asetat
3-8%, sitronelil asetat 2-4%, sitral, kavikol, eugenol, elemol, kadinol,
kadinen, vanilin, limonen, kamfen (Andria, 2000). Hasil penyulingan dari serai
itu sendiri dapat diperoleh minyak atsiri yang disebut Oleum citronellae,
terutama terdiri atas geraniol dan sitronelal yang dapat digunakan untuk
menghalau nyamuk (Haris, 1994) Sitronelol dan geraniol merupakan bahan aktif
yang tidak disukai dan sangat dihindari serangga, termasuk nyamuk sehingga
penggunaan bahan-bahan ini sangat bermanfaat sebagai bahan pengusir nyamuk (Kardiyan,
2003). ). Abu dari daun dan tangkai serai mengandung 45% silika yang merupakan
penyebab desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus) pada kulit
serangga sehingga serangga akan mati kekeringan karena sifat kepekaan tubuhnya
terhadap ekstrak serai yang terdapat pada obat nyamuk elektrik.
Dengan melihat kondisi miris tentang
pemakaian insektisida buatan yang berbahaya, penulis mengajukan gagasan
tertulis tentang pembuatan mat obat nyamuk elektrik berbahan dasar kulit jeruk
bali dan serai. Dari segi komposisi bahan sangatlah aman, dimana dari bahan
dasarnya itu sendiri memiliki kandungan sitronela, minyak atsiri, dan limonen
yang berfungsi sebagai anti serangga yang berbau wangi sehingga aman dan nyaman
jika digunakan. Dari segi ekonomi, untuk bahan kulit jeruk bali dan serai masih
terjangkau dan tergolong murah. Dari segi lingkungan, mat obat nyamuk elektrik
ini dapat menekan angka sampah kulit jeruk, memanfaatkannya agar tidak terbuang
percuma dan meningkatkan nilai ekonominya.
2.4 Implementasi Gagasan
Adapun bahan baku dari pembuatan mat elektrik ini
yaitu kulit jeruk bali dan serai dengan skema kerja sebagai berikut :
Pemotongan
→ Penimbangan (100g) → Alkohol 70% (15 ml) → Aquadest (75 ml) → Solutiogummi
arabicum (10 ml) → Penghalusan dengan blender → Pencetakan dan pengeringan (1-3
jam) → Pengemasan mat obat nyamuk elektrik.
Adapun proses pengemasan produk ini menggunakan hand
sealer. Dengan hand sealer, produk yang dihasilkan kuat dan rata, dengan
menggunakan sistem pemanas induksi sehingga hasilnya cepat dan rata, tidak
menimbulkan panas terhadap operatornya. Panas hand sealer diatur dengan skala 1
– 9, dilengkapi dengan lampu led yang menyala selama proses sealer berlangsung
dan akan otomatis mati yang menandakan proses sealer sudah selesai.
KESIMPULAN
Melihat angka
ketergantungan masyarakat akan insektisida non alami dan berbahan zat aktif
tinggi, penulis mengajukan gagasan tertulis tentang pembuatan mat obat nyamuk
elektrik berbahan dasar kulit jeruk bali dan serai. Adapun pertimbangan penulis
memilih bahan dasar tersebut dikarenakan keunggulan kulit jeruk bali dan serai
adalah pada kandungan sitronela yang berguna sebagai anti nyamuk dan aroma
menyengat minyak atsiri yang tidak disukai nyamuk tetapi bagi manusia aromanya
sangatlah harum. Selain kandungan yang tersebut di atas, juga terdapat bahan
seperti lonalol yang memiliki fungsi sebagai penenang syaraf-syaraf dalam
tubuh. Sedangkan kandungan dalam serai adalah geraniol sebagai anti nyamuk.
Kemudian abu dari serai itu sendiri mengandung silika yang mengakibatkan
serangga mengalami desikasi (keluarnya cairan tubuh secara terus menerus)
Bahan-bahan dasar tersebut dapat diperoleh langsung dari alam.