BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
mulanya orang berfikir bahwa dengan melihat luasnya lautan, maka semua hasil
buangan sampah dan sisa-sisa industri yang berasal dari aktifitas manusia di
daratan seluruhnya dapat di tampung oleh lautan tanpa menimbulkan suatu akibat
yang membahayakan. Bahan pencemar yang masuk ke dalam lautan akan diencerkan
dan kekuatan mencemarnya secara perlahan-lahan akan diperlemah sehingga membuat
mereka menjadi tidak berbahaya. Dengan makin cepatnya pertumbuhan penduduk
dunia dan makin meningkatnya lingkungan industri mengakibatkan makin banyak
bahan-bahan yang bersifat racun yang dibuang ke laut dalam jumlah yang sulit
untuk dapat dikontrol secara tepat.
Air
laut adalah suatu komponen yang berinteraksi dengan lingkungan daratan, di mana
buangan limbah dari daratan akan bermuara ke laut. Selain itu air laut juga
sebagai tempat penerimaan polutan (bahan cemar) yang jatuh dari atmosfir.
Limbah tersebut yang mengandung polutan kemudian masuk ke dalam ekosistem
perairan pantai dan laut. Sebagian larut dalam air, sebagian tenggelam ke dasar
dan terkonsentrasi ke sedimen, dan sebagian masuk ke dalam jaringan tubuh
organisme laut (termasuk fitoplankton, ikan, udang, cumi-cumi, kerang, rumput
laut dan lain-lain).
Kemudian,
polutan tersebut yang masuk ke air diserap langsung oleh fitoplankton.
Fitoplankton adalah produsen dan sebagai tropik level pertama dalam rantai
makanan. Kemudian fitoplankton dimakan zooplankton. Konsentrasi polutan dalam
tubuh zooplankton lebih tinggi dibanding dalam tubuh fitoplankton karena
zooplankton memangsa fitoplankton sebanyak-banyaknya. Fitoplankton dan
zooplankton dimakan oleh ikan-ikan planktivores (pemakan plankton) sebagai
tropik level kedua. Ikan planktivores dimangsa oleh ikan karnivores (pemakan
ikan atau hewan) sebagai tropik level ketiga, selanjutnya dimangsa oleh ikan
predator sebagai tropik level tertinggi.
Ikan
predator dan ikan yang berumur panjang mengandung konsentrasi polutan dalam
tubuhnya paling tinggi di antara seluruh organisme laut. Kerang juga mengandung
logam berat yang tinggi karena cara makannya dengan menyaring air masuk ke
dalam insangnya setiap saat dan fitoplankton ikut tertelan. Polutan ikut masuk
ke dalam tubuhnya dan terakumulasi terus-menerus dan bahkan bisa melebihi konsentrasi
yang di air.
Polutan
tersebut mengikuti rantai makanan mulai dari fitoplankton sampai ikan predator
dan pada akhirnya sampai ke manusia. Bila polutan ini berada dalam jaringan
tubuh organisme laut tersebut dalam konsentrasi yang tinggi, kemudian dijadikan
sebagai bahan makanan maka akan berbahaya bagi kesehatan manusia. Karena
kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh makanan yang dimakan. Makanan yang
berasal dari daerah tercemar kemungkinan besar juga tercemar. Demikian juga
makanan laut (seafood) yang berasal dari pantai dan laut yang tercemar juga
mengandung bahan polutan yang tinggi.
Salah
satu polutan yang paling berbahaya bagi kesehatan manusia adalah logam berat.
WHO (World Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food
Agriculture Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk
tidak mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat
telah lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat
potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan
tidak sedikit yang menyebabkan kematian.
Pencemaran
laut merupakan suatu ancaman yang benar-benar harus ditangani secara
sungguh-sungguh. Untuk itu, kita perlu mengetahui apa itu pencemaran laut, bagaimana
terjadinya pencemaran laut, serta apa yang solusi yang tepat untuk menangani
pencemaran laut tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dalam makalah studi kasus pencemaran laut ini adalah sebagai
berikut :
1. Apa
yang dimaksud dengan pencemaran laut?
2. Apa
yang menjadi sumber dan bahan pencemaran laut?
3. Apa
saja dampak dari pencemaran laut?
4. Apa
saja kasus Pencemaran Laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di dunia?
5. Bagaimana
cara mencegah dan menanggulangi terjadinya pencemaran laut dan kebijakan untuk
menangani perihal tersebut?
1.3 Tujuan
Adapun
tujuan dalam penyusunan makalah studi kasus pencemaran laut ini yaitu untuk
mengetahui semua informasi tentang pencemaran laut mulai dari definisinya,
sumber, serta bahan-bahan yang mencemari laut, dampak pencemaran laut, cara
penanggulangan dan kebijakan yang diterapkan untuk mengatasi perihal pencemaran
laut serta kasus-kasus pencemaran laut yang pernah terjadi di Indonesia dan di
dunia?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Pencemaran Laut
Pencemaran laut
didefinisikan sebagai peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri,
pertanian dan perumahan, kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing)
ke dalam laut, yang berpotensi memberi efek berbahaya.
Dalam sebuah
kasus pencemaran, banyak bahan kimia yang berbahaya berbentuk partikel kecil
yang kemudian diambil oleh plankton dan binatang dasar, yang sebagian besar
adalah pengurai ataupun filter feeder (menyaring air). Dengan cara ini, racun
yang terkonsentrasi dalam laut masuk ke dalam rantai makanan, semakin panjang
rantai yang terkontaminasi, kemungkinan semakin besar pula kadar racun yang
tersimpan. Pada banyak kasus lainnya, banyak dari partikel kimiawi ini bereaksi
dengan oksigen, menyebabkan perairan menjadi anoxic. Sebagian besar sumber
pencemaran laut berasal dari daratan, baik tertiup angin, terhanyut maupun
melalui tumpahan.
2.2
Penyebab Pencemaran Laut
2.2.1
Pencemaran Oleh Minyak
Saat ini
industri minyak dunia telah berkembang pesat, sehingga kecelakaan-kecelakaan
yang mengakibatkan tercecernya minyak dilautan hampir tidak bisa dielakkan. Kapal
tanker mengangkut minyak mentah dalam jumlah besar tiap tahun. Apabila terjadi
pencemaran miyak dilautan, ini akan mengakibatkan minyak mengapung diatas
permukaan laut yang akhirnya terbawa arus dan terbawa ke pantai.
Contoh
kecelakaan kapal yang pernah terjadi :
a. Torrey
canyon dilepas pantai Inggris 1967mengakibatkan 100.000 burung mati
b. Showa
maru di selat Malaka pada tahun 1975
c. Amoco
Cadiz di lepas pantai Perancis 1978
Pencemaran minyak mempunyai pengaruh luas
terhadap hewan dan tumbuh tumbuhan yang hidup disuatu daerah. Minyak yang
mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas
permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri.
Selain itu, mangrove dan daerah air payau juga rusak. Mikroorganisme yang
terkena pencemaran akan segera menghancurkan ikatan organik minyak, sehingga
banyak daerah pantai yang terkena ceceran minyak secara berat telah bersih
kembali hanya dalam waktu 1 atau 2 tahun.
2.2.2
Pencemaran Oleh Logam Berat
Logam
berat ialah benda padat atau cair yang mempunyai berat 5 gram atau lebih untuk
setiap cm3, sedangkan logam yang beratnya kurang dari 5 gram adalah logam
ringan.
Logam
berat, seperti merkuri (Hg), timbal (Pb), arsenik (As), kadmium (Cd), kromium
(Cr), seng (Zn), dan nikel (Ni), merupakan salah satu bentuk materi anorganik
yang sering menimbulkan berbagai permasalahan yang cukup serius pada perairan.
Penyebab terjadinya pencemaran logam berat pada perairan biasanya berasal dari
masukan air yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri dan pertambangan.
Jenis-Jenis
Industri Pembuang Limbah yang Mengandung Logam Berat:
Kertas : Cr, Cu, Hg, Pb, Ni, Zn
Petro-chemical : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pengelantang : Cd, Cr, Hg, Pb, Sn, Zn
Pupuk : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb,
Ni, Zn
Kilang
minyak : Cd, Cr, Cu, Pb, Ni, Zn
Baja : Cd, Cr, Cu, Hg,
Pb, Ni, Sn, Zn
Logam bukan
besi : Cr, Cu, Hg, Pb, Zn
Kendaraan
bermotor : Cd, Cr, Cu, Hg, Pb, Sn, Zn
Semen,
keramik : Cr
Tekstil : Cr
Industri
kulit : Cr
Pembangkit
listrik tenaga uap : Cr, Zn
Logam
berat memiliki densitas yang lebih dari 5 gram/cm3 dan logam berat bersifat
tahan urai. Sifat tahan urai inilah yang menyebabkan logam berat semakin
terakumulasi di dalam perairan. Logam berat yang berada di dalam air dapat
masuk ke dalam tubuh manusia, baik secara langsung maupun tidak langsung. Logam
berat di dalam air dapat masuk secara langsung ke dalam tubuh manusia apabila
air yang mengandung logam berat diminum, sedangkan secara tidak langsung
apabila memakan bahan makanan yang berasal dari air tersebut. Di dalam tubuh
manusia, logam berat juga dapat terakumulasi dan menimbulkan berbagai bahaya
terhadap kesehatan.
A.
Contoh
kasus pencemaran akibat logam berat di Indonesia
Teluk
Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan
limbah tailing (lumpur sisa penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont
Minahasa Raya (NMR). Sejak tahun 1996, perusahaan asal Denver, AS, tersebut
membuang sebanyak 2.000 ton limbah tailing ke dasar perairan Teluk Buyat setiap
harinya. Sejumlah ikan ditemui memiliki benjolan semacam tumor dan mengandung
cairan kental berwarna hitam dan lendir berwarna kuning keemasan. Fenomena
serupa ditemukan pula pada sejumlah penduduk Buyat, dimana mereka memiliki
benjol-benjol di leher, payudara, betis, pergelangan, pantat dan kepala.
B.
Contoh
kasus pencemaran akibat logam berat di Jepang
Kasus
minamata yang terjadi dari tahun 1953 sampai 1975 telah menyebabkan ribuan
orang meninggal dunia akibat pencemaran mercury di Teluk Minamata Jepang.
Industri Kimia Chisso menggunakan mercury khlorida (HgCl2) sebagai katalisator
dalam memproduksi acetaldehyde sintesis di mana setiap memproduksi satu ton
acetaldehyde menghasilkan limbah antara 30-100 gr mercury dalam bentuk methyl
mercury (CH3Hg) yang dibuang ke laut Teluk Minamata.
Methyl
mercury ini masuk ke dalam tubuh organisme laut baik secara langsung dari air
maupun mengikuti rantai makanan. Kemudian mencapai konsentrasi yang tinggi pada
daging kerang-kerangan, crustacea dan ikan yang merupakan konsumsi sehari-hari
bagi masyarakat Minamata. Konsentrasi atau kandungan mercury dalam rambut
beberapa pasien di rumah sakit Minamata mencapai lebih 500 ppm. Masyarakat
Minamata yang mengonsumsi makanan laut yang tercemar tersebut dalam jumlah
banyak telah terserang penyakit syaraf, lumpuh, kehilangan indera perasa dan
bahkan banyak yang meninggal dunia.
2.2.3
Pencemaran Oleh Sampah
Plastik
telah menjadi masalah global. Sampah plastik yang dibuang, terapung dan
terendap di lautan. 80% (delapan puluh persen) dari sampah di laut adalah
plastik, sebuah komponen yang telah
dengan cepat terakumulasi sejak akhir Perang Dunia II. Massa plastik di lautan diperkirakan yang
menumpuk hingga seratus juta metrik ton.
Plastik
dan turunan lain dari limbah plastik yang terdapat di laut berbahaya untuk
satwa liar dan perikanan. Organisme perairan dapat terancam akibat terbelit,
sesak napas, maupun termakan.
Jaring
ikan yang terbuat dari bahan plastik, kadang dibiarkan atau hilang di laut.
Jaring ini dikenal sebagai hantu jala
sangat membahayakan lumba-lumba, penyu, hiu, dugong, burung laut,
kepiting, dan makhluk lainnya. Plastik yang membelit membatasi gerakan,
menyebabkan luka dan infeksi, dan menghalangi hewan yang perlu untuk kembali ke
permukaan untuk bernapas.
Sampah
yang mengandung kotoran minyak juga dibuang kelaut melalui sistem daerah aliran
sungai (DAS). Sampah-sampah ini kemungkinan mengandung logam berat dengan
konsentrasi yang tinggi. Tetapi umumnya mereka kaya akan bahan-bahan organik,
sehingga akan memperkaya kandungan zat-zat makanan pada suatu daerah yang tercemar yang membuat kondisi lingkungan
menjadi lebih baik bagi pertumbuhan mikroorganisme.
Aktifitas
pernafasan dari organisme ini membuat makin menipisnya kandungan oksigen
khususnya pada daerah estuarin. Hal tersebut akan berpengaruh besar pada
kehidupan tumbuh-tumbuhan dan hewan yang hidup di daerah tersebut. Pada keadaan
yang paling ekstrim, jumlah spesies yang ada didaerah itu akan berkurang secara
drastis dan dapat mengakibatkan bagian dasar dari estuarin kehabisan oksigen.
Sehingga mikrofauna yang dapat hidup disitu hanya dari golongan cacing saja.
Jenis-jenis sampah kebanyakan termasuk golongan yang mudah hancur dengan cepat,
sehingga pencemaran yang disebabkannya tidak merupakan suatu masalah besar
diperairan terbuka.
2.2.4
Pencemaran Oleh Pestisida
Kerusakan
yang disebabkan oleh pestisida adalah bersifat akumulatif. Mereka sengaja
ditebarkan ke dalam suatu lingkungan dengan tujuan untuk mengontrol hama
tanaman atau organism-organisme lain yang tidak diinginkan. Idealnya pestisida
ini harus mempunyai spesifikasi yang tinggi yaitu dapat membunuh
organism-organisme yang tidak dikehendaki tanpa merusak hewan lainnya, tetapi
pada kenyataannya pestisida bisa membunuh biota air yang ada di laut.
Beberapa
pestisida yang dipakai kebanyakan berasal dari suatu grup bahan kimia yang
disebut Organochloride. DDT termasuk dalam grup ini. Pestisida jenis ini
termasuk golongan yang mempunyai ikatan molekul yang sangat kuat dimana molekul-molekul
ini kemungkinan dapat bertahan di alam sampai beberapa tahun sejak mereka mulai
dipergunakan. Hal itu sangat berbahaya karena dengan digunakannya golongan ini
secara terus menerus akan membuat mereka menumpuk di lingkungan dan akhirnya
mencapai suatu tingkatan yang tidak dapat ditolerir lagi dan berbahaya bagi
organism yang hidup didaerah tersebut.
Hewan
biasanya menyimpan organochloride di dalam tubuh mereka. Beberapa organisme air
termasuk ikan dan udang ternyata menumpuk bahan kimia didalam jaringan
tubuhnya.
Ketika
pestisida masuk ke dalam ekosistem laut, mereka segera diserap ke dalam jaring
makanan di laut. Dalam jarring makanan, pestisida ini dapat menyebabkan mutasi,
serta penyakit, yang dapat berbahaya bagi hewan laut , seluruh penyusun rantai
makanan termasuk manusia.
2.2.5
Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Peristiwa
Eutrofikasi adalah kejadian peningkatan/pengkayaan nutrisi, biasanya senyawa
yang mengandung nitrogen atau fosfor, dalam ekosistem. Hal ini dapat
mengakibatkan peningkatan produktivitas primer (ditandai peningkatan
pertumbuhan tanaman yang berlebihan dan cenderung cepat membusuk). Efek lebih
lanjut termasuk penurunan kadar oksigen, penurunan kualitas air, serta tentunya
menganggu kestabilan populasi organisme lain.
Muara merupakan wilayah yang paling
rentan mengalami eutrofikasi karena nutrisi yang diturunkan dari tanah akan
terkonsentrasi. Nutrisi ini kemudian
dibawa oleh air hujan masuk ke lingkungan laut , dan cendrung menumpuk di
muara.
The World Resources Institute telah
mengidentifikasi 375 hipoksia (kekurangan oksigen) wilayah pesisir di seluruh
dunia. Laporan ini menyebutkan kejadian ini terkonsentrasi di wilayah pesisir
di Eropa Barat, Timur dan pantai Selatan Amerika Serikat, dan Asia Timur,
terutama di Jepang. Salah satu contohnya adalah meningkatnya alga merah (red
tide) secara signifikan yang membunuh ikan dan mamalia laut serta menyebabkan
masalah pernapasan pada manusia dan beberapa hewan domestik. Umumnya terjadi
saat organisme mendekati ke arah pantai.
2.2.6
Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Dewasa
ini sangat banyak kegiatan manusia yang menyebabkan polusi udara, tanah dan
air, yang disebabkan oleh limbah pabrik, industri, asap kendaraan, dan banyak
lagi. Salah satu contoh adalah semakin banyak karbon dioksida memasuki atmosfer
bumi, maka karbondioksida yang kita hasilkan sehari-hari dapat menyebabkan
hujan asam dan juga meningkatkan kadar keasaman laut menjadi lebih asam.
Potensi peningkatan keasaman laut dapat mempengaruhi kemampuan karang dan hewan
bercangkang lainnya untuk membentuk cangkang atau rangka. Perubahan iklim juga
akan berdampak buruk pada ekosistem di lautan . Jika air laut semakin memanas,
maka akan terjadi peningkatan keasaman laut, dan terumbu karang adalah yang
paling rentan menghadapi peningkatan keasaman ini .
Menurut
Dr. Nerilie Abrahams dari Universitas Nasional Australia, terumbu karang
seperti sedang mencatat kematiannya sendiri. Jumlah Karbon Dioksida yang
dipompakan ke atmosfer sebetulnya mengubah keasaman laut, dan membuat lebih
asam lagi. Bahayanya adalah tentu saja seluruh terumbu karang akan hancur dan
larut karena asam tadi. Persoalan perubahan suhu maupun berbagai perubahan lain
yang dialami lautan sebetulnya bukanlah sesuatu yang luar biasa. Di masa lalu
hal ini sudah barangkali terjadi, nemun perbedaannya adalah saat ini perubahan
suhu tersebut dipicu oleh campur tangan manusia, jadi bukan karena sebab alami.
2.2.7
Pencemaran akibat polusi kebisingan
Kehidupan
laut dapat rentan terhadap pencemaran kebisingan atau suara dari sumber seperti
kapal yang lewat, survei seismik eksplorasi minyak, dan frekuensi sonar
angkatan laut. Perjalanan suara lebih cepat di laut daripada di udara. Hewan
laut, seperti paus, cenderung memiliki penglihatan lemah, dan hidup di dunia
yang sebagian besar ditentukan oleh informasi akustik. Hal ini berlaku juga
untuk banyak ikan laut yang hidup lebih dalam di dunia kegelapan. Dilaporkan
bahwa antara tahun 1950 dan 1975, ambien kebisingan di laut naik sekitar sepuluh
desibel (telah meningkat sepuluh kali lipat). Sumber suara dilaut antara lain :
1.
Sumber
Alami
Suara di laut
yang timbul akibat proses alami terbagi dalam dua yaitu proses fisika serta
proses biologi. Proses fisika ini antara lain : aktivitas tektonik, gunung api
dan gempa bumi, angin, gelombang. Sedangkan contoh dari aktivitas biologis
misalnya suara dari mamalia laut dan ikan.
2.
Lalu
Lintas Kapal
Banyak dari kapal-kapal yang beroperasi di
laut menimbulkan kebisingan yang berpengaruh pada ekosistem laut dan umumnya
berada pada batasan suara 1000Hz. Kapal-kapal Tanker Besar yang beroperasi
mengangkut minyak biasanya mengeluarkan suara dengan level 190 desibel atau
sekitar 500Hz. Sedangkan untuk ukuran kapal yang lebih kecil biasanya hanya
menimbulkan gelombang suara sekitar 160-170 desibel. Kapal-kapal ini
menimbulkan sejenis tembok virtual yang disebut “white noise” yang memiliki
kebisingan konstan. White noise dapat menghalangi komunikasi antara mamalia di
laut sampai batas untuk area yang lebih kecil. Selain kapal Tanker juga
Kapal-kapal besar lainnya sejenis Cargo yang membawa petikemas memiliki
kebisingan yang cukup menimbulkan pencemaran suara di laut.
3.
Eksplorasi
dan Ekspoitasi Gas dan Minyak
Kegiatan
eksplorasi dan ekspoitasi gas dan minyak banyak menggunakan survei seismik,
pembangunan anjungan minyak/rig, pengeboran minyak, dll. Kebanyakan dari survei
seismik saat ini menggunakan airguns sebagai sumber suara, alat ini merupakan
alat berisi udara yang memproduksi sinyal akustik dengan cepat mengeluarkan
udara terkompresi ke dalam kolom air. Metoda tersebut dapat menciptakan suara
dengan intensitas sampai dengan 255 desibel. Pengaruhnya terhadap hewan lainnya
juga dapat menimbulkan kerusakan pendengaran akibat dari tekanan air yang
ditimbulkan. Seperti layaknya penggunaan dinamit, airguns juga berpengaruh
terhadap pendengaran manusia secara langsung. Pulsa sinyal akustik ini dapat
menimbulkan konflik terhadap mamalia laut, seperti misalnya paus jenis
mysticete, sperm, dan beaked yang menggunakan frekuensi suara yang rendah.
Begitu juga
dalam aktivitas pembangunan rig dan pengeboran minyak dimana dalam
operasionalnya setiap hari banyak menghasilkan suara serta menimbulkan
kebisingan yang beresiko bagi mamalia laut.
4.
Penelitian
Oseanografi dan Perikanan
Pernah diadakan
survei dengan menggunakan Acoustic Thermography of Ocean Climate (ATOC) dimana
digunakan kanal suara untuk memperlihatkan rata-rata temperatur laut. Sistem
ini digunakan untuk penelitian mengenai faktor temperatur laut. Akibatnya
terhadap hewan-hewan di laut terbukti bahwa mereka bergerak menjauh (terutama
Paus jenis tertentu) namun selang beberapa saat mereka kembali untuk mencari
makanan. Deruman dari Speaker yang dipasang berkekuatan 220 desibel tepat di
sumbernya, dan terdeteksi sampai dengan 11000 mil jauhnya.
Dari penyebab
diatas terdapat juga penyebab lainnya yang tidak disebutkan di sini, salah
satunya adalah kegiatan perikanan para nelayan yang menggunakan peledak atau
pukat harimau yang tidak hanya menimbulkan polusi suara namun juga merusak
secara langsung ekosistem di laut itu sendiri.
5.
Kegiatan
Militer
Ada beberapa
aktivitas yang dilakukan militer yang menghasilkan sumber suara yang
menimbulkan kebisingan di laut. Salah satu contohnya yaitu aktivitas kapal
naval milik US.Army yang menggunakan sonar aktif ketika berlatih dan dalam
aktivitas rutin. Angkatan Laut Amerika (NAVY) pernah mengembangkan suatu sistem
yang dinamakan Low Frequency Active Sonnars (LFA) untuk keperluan militernya.
Dalam penggunaannya, terbukti bahwa terdapat beberapa efek negatif terhadap
kehidupan dan perilaku mamalia di lautan. Terhadap ikan paus efek tersebut
ternyata mengganggu jalur migrasi dan untuk jenis ikan paus biru dan ikan paus
sirip adalah terhentinya proses komunikasi satu sama lain. Bahkan setelah
melalui beberapa penelitian, maka pengunaan LFA tersebut juga berpengaruh
terhadap kesehatan manusia. Beberapa penyelam NAVY yang menerima transmisi dari
sekitar 160 desibel akibat sistem tersebut terbukti terkena gangguan seperti
vertigo, gangguan terhadap gerakan tubuh serta gangguan di daerah perut dan
dada.
Bukti-bukti
lainnya dari pengaruh akibat sonar yang dihasilkan ini di sebutkan oleh Vonk and
Martin (1989), Simmonds and Lopez-Jurado (1991), Frantzis (1998) dan Frantzis
and Cebrian (1999) mereka menganggap bunyi keras yang ditimbulkan oleh
aktifitas militer ini telah menyebabkan terdamparnya paus jenis beaked di Pulau
Canary dan Laut Ionia. Selain itu paus jenis sperm mengalami perubahan kelakuan
dalam vokalisasi dalam merespons sonar ini.
Pendamparan
lainnya terjadi pada bulan maret 2000 di Bahama, 17 mamalia laut( termasuk 2
spesies paus jenis beaked dan minke). Pendamparan ini terjadi akibat latihan
militer Amerika yang menggunakan sonar.
2.3 Dampak Pencemaran Laut
2.3.1 Logam Berat
WHO (World
Health Organization) atau Organisasi Kesehatan Dunia dan FAO (Food Agriculture
Organization) atau Organisasi Pangan Dunia merekomendasikan untuk tidak
mengonsumsi makanan laut (seafood) yang tercemar logam berat. Logam berat telah
lama dikenal sebagai suatu elemen yang mempunyai daya racun yang sangat
potensil dan memiliki kemampuan terakumulasi dalam organ tubuh manusia. Bahkan
tidak sedikit yang menyebabkan kematian. Bahaya yang dapat ditimbulkan oleh
logam berat di dalam tubuh manusia :
·
Barium
(Ba):
Dalam bentuk serbuk, mudah terbakar pada temperatur ruang. Jangka panjang,
menyebabkan naiknya tekanan darah dan terganggunya sistem syaraf.
·
Cadmium
(Cd):
Dalam bentuk serbuk mudah terbakar. Beracun jika terhirup dari udara atau uap.
Dapat menyebabkan kanker. Larutan dari kadmium sangat beracun. Jangka panjang,
terakumulasi di hati, pankreas, ginjal dan tiroid, dicurigai dapat menyebabkan
hipertensi
·
Kromium
(Cr):
Kromium hexavalen bersifat karsinogenik dan korosif pada jaringan tubuh. Jangka
panjang, peningkatan sensitivitas kulit dan kerusakan pada ginjal
·
Timbal
(Pb):
Beracun jika termakan atau terhirup dari udara atau uap. Jangka panjang,
menyebabkan kerusakan otak dan ginjal; kelainan pada kelahiran
·
Raksa
(Hg):
Sangat beracun jika terserap oleh kulit atau terhirup dari uap. Jangka panjang,
beracun pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan kelainan pada kelahiran.
·
Perak
(Ag):
Beracun. Jangka panjang, pelunturan abu-abu permanen pada kulit, mata dan
membran mukosa (mucus)
2.3.2
Tumpahan minyak
Minyak
yang mengapung berbahaya bagi kehidupan burung laut yang suka berenang diatas
permukaan air. Tubuh burung akan tertutup minyak. Untuk membersihkannya, mereka
menjilatinya. Akibatnya mereka banyak minum minyak dan mencemari diri sendiri
serta dapat menyebabkan keracunan pada burung tersebut.
2.3.3
Sampah
Banyak hewan yang hidup pada atau di laut
mengonsumsi plastik karena tak jarang plastik yang terdapat di laut akan tampak
seperti makanan bagi hewan laut. Plastik tidak dapat dicerna dan akan terus
berada pada organ pencernaan hewan ini, sehingga menyumbat saluran pencernaan
dan menyebabkan kematian melalui kelaparan atau infeksi. Selain berpengaruh terhadap
kesehatan biota laut, adanya sampah dilaut juga nerpengaruh terhadap kesehatan
manusia. Penyakit yang paling sederhana seperti gatal-gatal pada kulit setelah
bersentuhan dengan air laut, dll.
2.3.4
Pestisida
Pengaruh pestisida terhadap kehidupan organisme
air :
·
Penumpukan pestisida dalam jaringan
tubuh, bersifat racun dan dapat mempengaruhi system syaraf pusat.
·
Bahan aktifnya selain bisa membunuh
organism perairan (ikan) juga dapat merubah tingkah laku ikan dan menghambat
perkembangan telur moluska dan juga ikan.
·
Daya racun berkisar dari rendah-tinggi.
Moluska cenderung lebih toleran terhadap racun pestisida dibandingkan dengan
Crustacea dan teleostei (ikan bertulang sejati), dll.
2.3.5
Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah perairan menjadi terlalu subur sehingga
terjadi ledakan jumlah alga dan fitoplankton yang saling berebut mendapat
cahaya untuk fotosintesis. Karena terlalu banyak maka alga dan fitoplankton di
bagian bawah akan mengalami kematian secara massal, serta terjadi kompetisi dalam mengonsumsi O2
karena terlalu banyak organisme pada tempat tersebut. Sisa respirasi
menghasilkan banyak CO2 sehingga kondisi perairan menjadi anoxic dan
menyebabkan kematian massal pada hewan-hewan di perairan tersebut.
2.3.6
Peningkatan keasaman
Selain menyebabkan kerusakan pada terumbu karang,
kehidupan laut terpengaruh karena perubahan itu, khususnya hewan dan tumbuhan
yang memiliki tulang karbonat kalsium dan yang menjadi sumber makanan bagi
penghuni laut lainnya. Satu miliar orang yang bergantung pada ikan sebagai
sumber utama penghasil protein akan terkena dampak dari peningkatan keasama
laut tersebut.
2.3.7
Polusi kebisingan
Gangguan bunyi-bunyi dapat saja menghasilkan
frekuensi atau intensitas yang dapat berbentrokan atau bahkan menghalangi
suara/bunyi biologi yang penting, yang menjadikan tidak terdeteksi oleh mamalia
laut. Padahal seperti diketahui bahwa suara-suara biologi ini penting seperti
untuk mencari mangsa, navigasi, komunikasi antara ibu dan anak, untuk manarik
perhatian, atau melemahkan mangsa.
2.4 Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran Laut
Upaya pencegahan maupun penanggulangan pemcemaran
laut telah diatur oleh pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU PERUSAKAN LAUT :
2.4.1 Pencegahan Terjadinya Pencemaran Laut
Berikut ini adalah beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mencegah pencemaran laut :
· Tidak
membuang sampah ke laut
· Penggunaan
pestisida secukupnya
· Yang
paling sering di temukan pada saat pembersihan pantai dan laut adalah puntung
rokok. Selalu biasakan untuk tidak membuang puntung rokok di sekitar laut.
· Kurangi
penggunaan plastik
· Jangan
tinggalkan tali pancing, jala atau sisa sampah dari kegiatan memancing di laut.
· Setiap
industri atau pabrik menyediakan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
· Menggunakan
pertambangan ramah lingkungan, yaitu pertambangan tertutup.
· Pendaurulangan
sampah organik
· Tidak
menggunakan deterjen fosfat, karena senyawa fosfat merupakan makanan bagi
tanaman air seperti enceng gondok yang dapat menyebabkan terjadinya pencemaran
air.
· Penegakan
hukum serta pembenahan kebijakan pemerintah
2.4.2 Penanggulangan Pencemaran Laut
Berikut adalah
beberapa cara penanggulangan terjadinya pencemaran laut :
· Melakukan
proses bioremediasi, diantaranya melepaskan serangga untu menetralisir pencemaran laut yang disebabkan oleh tumpahan
minyak dari ledakan ladang minyak.
· Fitoremediasi
dengan menggunakan tumbuhan yang mampu menyerap logam berat juga ditempuh.
Salah satu tumbuhan yang digunakan tersebut adalah pohon api-api (Avicennia
marina). Pohon Api-api memiliki kemampuan akumulasi logam berat yang tinggi.
· Melakukan
pembersihan laut secara berkala dengan melibatkan peran serta masyarakat
Usaha yang dapat
dilakukan untuk menanggulangi dan mengurangi tingkat pencemaran laut
diantaranya adalah :
§ Meningkatkan
kesadaran masyarakat akan pentingnya laut bagi
kehidupan.
§ Menggalakkan
kampanye untuk senantiasa menjaga dan melestarikan laut beserta isinya.
§ Tidak
membuang sampah ke sungai yang bermuara ke laut.
§ Tidak
menggunakan bahan-bahan berbahaya seperti bom, racun, pukat harimau, dan
lain-lain yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut.
§ Tidak
menjadikan laut sebagai tempat pembuangan limbah produksi pabrik yang akan
mencemari laut.
BAB
III
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
diperoleh dari makalah studi kasus pencemaran laut ini adalah sebagai berikut
1.
Pencemaran laut didefinisikan sebagai
peristiwa masuknya partikel kimia, limbah industri, pertanian dan perumahan,
kebisingan, atau penyebaran organisme invasif (asing) ke dalam laut, yang
berpotensi memberi efek berbahaya.
2.
Penyebab pencemaran laut yaitu :
Ø Pencemaran oleh minyak
Ø Pencemaran oleh logam berat
Ø Pencemaran oleh sampah
Ø Pencemaran oleh pestisida
Ø Pencemaran akibat proses Eutrofikasi
Ø Pencemaran akibat peningkatan keasaman
Ø Pencemaran akibat polusi kebisingan
3.
Contoh kasus pencemaran akibat logam
berat di Indonesia yaitu di Teluk Buyat, terletak di Kabupaten Minahasa,
Sulawesi Utara, adalah lokasi pembuangan limbah tailing (lumpur sisa
penghancuran batu tambang) milik PT. Newmont Minahasa Raya (NMR).
4.
Upaya pencegahan maupun penanggulangan
pemcemaran laut telah diatur oleh pemerintah dalam PERATURAN PEMERINTAH
REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN/ATAU
PERUSAKAN LAUT
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmar, Hilal. 2013. Bahan-bahan Pencemaran Laut.
http://majalah-hilalahmarsolo.blogspot.com/2013/03/sehat-lingkungan-bahan-bahan-pencemar.html.
diakses pada 15 Maret 2014.
Massa. 2011. Sumber-sumber
pencemaran di laut.
http://massal2003.wordpress.com/2011/10/22/sumber-sumber-pencemaran-laut-sources-of-marine-pollution/.
diakses pada 15 Maret 2014.
Nurul, Agus K. 2013. Dampak Pencemaran Laut. http://agusnurul.blogspot.com/2011/02/marine-pollution-pencemaran-laut-tugas.html.
pada tanggal 15 Maret 2014.
Rahim S.W., 1998.
Kajian Distribusi Cemaran Minyak
di Sekitar Pelabuhan Pertamina Ujung Pandang. Skripsi Jurusan Ilmu Kelautan, Universitas
Hasanuddin, Ujung Pandang.
Romimohtarto, 1991.
Status Pencemaran Laut di
Indonesia dan Teknik Pemantauannya.
Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Saparinto, C., 2002.
Rabuk Kimia Atasi Cemaran Minyak
di Laut.http://www.suaramerdeka.com,
diakses pada tanggal 15 Maret 2014.
Suwito, Vivien Anjadi. 2013. Sumber-sumber pencemaran di laut.
http://vivienanjadi.blogspot.com/2012/02/pencemaran-pesisir-dan-laut.html.
diakses pada 15 Maret 2014.