Rabu, 25 Desember 2013

Laporan Praktikum Lapangan Geologi Dasar

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Secara tidak disadari pengetahuan geologi sudah diterapkan sejak zaman prasejarah. Bahkan manusia terdahulu sudah mengetahui macam-macam batuan yang baik bagi bahan baku dan senjata serta mengetahui dimana mereka bisa mendapatkannya atau mencarinya. Selanjutnya manusia ingin mengetahui tentang alam sekitarnya, adanya gunung api, bentang alam, perbukitan dan lembah-lembah. Terjadinya bencana gempa bumi, tanah longsor, gunung api dan bencana alam lainnya yang mendorong manusia untuk mempelajarinya. Kerak bumi terdiri dari beraneka jenis batuan. Tiap-tiap batuan ini berbeda dari yang lainnya, baik jenis, bentuk, warna, kadar air, proses terjadinya, maupun kekuatannya menahan longsor. Bagi ahli-ahli geologi yang mengkaji kandungan dan perkembangan bumi secara fisika, pengetahuan tentang batuan ini sangatlah penting. Begitu juga bagi ahli-ahli Geografi. Mereka perlu mempunyai pengetahuan tentang jenis  batuan-batuan yang biasa terdapat dan juga hubungannya dengan rupa bumi. Batuan adalah sejenis bahan yang terdiri dari mineral dan dapat dikelaskan menurut komposisi mineralnya. Pengelompokkan ini dibuat berdasarkan bagian luar bumi yang tertutupi oleh daratan dan lautan dimana bagian dari lautan lebih besar daripada bagian daratan. Akan tetapi, karena daratan adalah bagian dari kulit bumi yang dapat kita amati langsung dengan dekat maka banyak hal-hal yang dapat kita ketahui dengan cepat dan jelas.
Karena belum tersedia sarana laboratorium di Universitas sedangkan obyek geologi di Sulawesi Tengah sangat menarik untuk dikaji sekaligus menerapkan konsep-konsep geologi yang dipelajari secara teoritis  dikelas mendorong upaya lebih efektif dalam proses pembelajaran kuliah geologi  pada program studi Biologi fakultas MIPA Universitas Tadulako untuk melaksanakan kegiatan kuliah geologi lapangan.

1.2 Tujuan
Pengamatan terhadap obyak geologi berupa batuan tanah, morfologi, pola aliran sungai, jenis struktur geologi yang merupakan satu satuan dari singkapan geologi dilapangan guna menghasilkan kajian yang komprehensif terhadap proses yang terjadi dialam kaitannya dengan permasalahan geologi setempat.

1.3 Manfaat
Adapaun manfaat dari praktikum lapangan geologi serta pembuatan laporan yaitu untuk mengetahui obyek-obyek di Sulawesi Tengah khususnya di daerah Vatutela guna menghasilkan kajian yang komprehensif dan untuk menambah pengetahuan khususnya bagi mahasiswa khususnya jurusan Biologi fakultas MIPA mengenai kajian dari obyek geologi.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Petrologi
Petrologi adalah bidang geologi yang berfokus pada studi mengenai batuan dan kondisi pembentukannya. Ada tiga cabang petrologi, berkaitan dengan tiga tipe batuan beku, metamorf dan sedimen.
1.    Petrologi batuan beku berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan beku (batuan seperti granit atau basalt yang telah mengkristal dari batu lebur atau magma). Batuan beku mencakup batuan volkanik dan plutonik.
2.    Petrologi batuan sedimen berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan sedimen (batuan seperti batu pasir atau batu gamping yang mengandung partikel-partikel sedimen terikat dengan matrik atau material lebih halus).
3.    Petrologi batuan metamorf berfokus pada komposisi dan tekstur dari batuan metamorf (batuan seperti batu sabak atau batu marmer yang bermula dari batuan sedimen atau beku tetapi telah melalui perubahan kimia, mineralogi atau tekstur dikarenakan kondisi ekstrem dari tekanan, suhu, atau keduanya)
Petrologi memanfaatkan bidang klasik mineralogi, petrografi mikroskopis, dan analisis kimia untuk menggambarkan komposisi dan tekstur batuan. Ahli petrologi modern juga menyertakan prinsip geokimia dan geofisika dalam penelitan kecenderungan dan siklus geokimia dan penggunaan data termodinamika dan eksperimen untuk lebih mengerti asal batuan.

2.2 Geomorfologi
Geomorfologi merupakan sebuah ilmu yang mempelajari tentang bentuk alam dan proses yang membentuknya. Para ahli geomorfologi mencoba untuk memahami kenapa sebuah bentang alam terlihat seperti itu, untuk memahami sejarah dan dinamika bentang alam, dan memprediksikan perubahan di masa depan dengan menggunakan kombinasi pengamatan lapangan, percobaan dan modeling.

2.3 Struktur Geologi
Struktur geologi adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya.
Struktur geologi mencakup bentuk permukaan yang juga dibahas pada studi geomorfologi, metamorfisme dan geologi rekayasa. Dengan mempelajari struktur tiga dimensi batuan dan daerah, dapat dibuat kesimpulan mengenai sejarah tektonik, lingkungan geologi pada masa lampau dan kejadian deformasinya. Hal ini dapat dipadukan pada waktu dengan menggunakan kontrol stratigrafi maupun geokronologi, untuk menentukan waktu pembentukan struktur tersebut.
Secara lebih formal dinyatakan sebagai cabang geologi yang berhubungan dengan proses geologi dimana suatu gaya telah menyebabkan transformasi bentuk, susunan, atau struktur internal batuan kedalam bentuk, susunan, atau susunan intenal yang lain.

2.4 Geologi Lembah Palu
Palu adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Secara astronomis Kota Palu terletak antara 0°36' - 0°56' Lintang Selatan dan 119°45' - 121°1' Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Katulistiwa dengan ketinggian 0 - 700 meter dari permukaan laut.
Lembah Palu-Lembah Koro dengan panjang kurang lebih 250 kilometer adalah merupakan pencerminan Patahan Palu-Koro yang bergerak mendatar sinistral (strike slip fault). Kecepatan pergerakan diperkirakan sebesar 2-3,5 mm sampai 14-17 mm setahun dan seluruhnya mencapai 3.250 m. Dari pengaruhnya terhadap endapan aluvium berumur Kwarter dapat diketahui bahwa patahan ini aktif.
Pergerakan tegak diketahui pula terjadi di beberapa tempat yang disebabkan pembelokan pada arah bidang patahan sehingga menimbulkan gaya tarikan. Terban dapat terjadi dan menghasilkan pembentukan lembah yang lebar seperti Lembah Palu.



























BAB III
MATODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat
Adapun waktu dan tempat pelaksanaan praktikum lapangan ini adalah sebagai berikut :
Hari/Tanggal        :  Minggu, 25 November 2012
Pukul                    :  08.00 WITA s/d selesai
Tempat                 :  Daerah Vatutela, Kelurahan Tondo
  Kecamatan Palu Timur, Sulawesi Tengah.

3.2 Peralatan
Adapun peralatan yang digunakan dalam praktikum lapangan ini adalah sebagai berikut :
1.      Kompas dan palu geologi
2.      Lup
3.      Buku catatan lapangan
4.      GPS
5.      Peta topografi
6.      Kamera











3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang dilakukan dalam praktikum ini yaitu sebagai berikut :
1.      Sistem Navigasi Darat.
Digunakan dalam penentuan posisi darat. Menggunakan peta dasar (peta topografi), GPS dan kompas.
2.      Pengamatan Singkapan/Obyek Geologi.
Kenampakan morfologi, secara umum digunakan aspek relief yang menilai dua hal yaitu sudut lereng (kemiringan) dan beda tinggi tempat.
3.      Pola Aliran Sungai.
Mengamati jenis dan pola aliran sungai.



















BAB IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan
Adapun hasil pengamatan yang diperoleh pada praktikum lapangan ini adalah sebagai berikut :
A.    Posisi Awal
Posisi             : 50° 45' LS dan 119° 55' 23'' BT. 80° arah timur.
Relief                        : Miring landai
Sudut lereng : 3% - 7%
Beda tinggi   : 5 meter – 50 meter
B.     Stasiun I
·         Posisi                  :  0° 50' 338'' LS dan 119° 55' 30,4'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Cerah
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Buram
Ø  Warna Segar                   :  Putih berbintik hitam
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur
Ø  Kristalinitas                    :  Holokristalin
Ø  Granularitas                    :  Fenerik
Ø  Fabrik                 :  Euhedral
·         Struktur              :  Masife (padat)
·         Nama Batuan     :  Batuan Beku






C.  Stasiun II
·         Posisi                  :  0° 50' 17,3'' LS dan 119° 55' 32,1'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Cerah
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Buram
Ø  Warna Segar                   :  Putih berbintik hitam
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur
Ø  Kristalinitas                    :  Holokristalin
Ø  Granularitas                    :  Fenerik
Ø  Fabrik                 :  Euhedral
·         Struktur              :  Masife (padat)
·         Nama Batuan     :  Batuan Beku
D. Stasiun III
·         Posisi                  :  4,0° 50' 07,1'' LS dan 119° 55' 42,2'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Cerah
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Putih kehitaman
Ø  Warna Segar                   :  Abu-abu putih berbintik hitam
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur
Ø  Kristalinitas                    :  Holokristalin
Ø  Granularitas                    :  Fenerik
Ø  Fabrik                 :  Euhedral
·         Struktur              :  Masife (padat)
·         Komp. Mineral   :  Vein kuarsa (lapuk)
·         Nama Batuan     :  Batuan Beku

E. Stasiun IV
·         Posisi                  :  0° 50' 02,0'' LS dan 119° 55' 50,0'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Cerah
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Putih kehitaman
Ø  Warna Segar                   :  Abu-abu putih berbintik hitam
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur
Ø  Kristalinitas                    :  Holokristalin
Ø  Granularitas                    :  Fenerik
Ø  Fabrik                 :  Euhedral
·         Struktur              :  Masife (padat)
·         Komp. Mineral   :  Vein kuarsa (lapuk)
·         Nama Batuan     :  Batuan Beku
F. Stasiun V
·         Posisi                  :  0° 49' 50,1'' LS dan 119° 56' 08,4'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Cerah
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Putih kehitaman
Ø  Warna Segar                   :  Abu-abu putih berbintik hitam
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur
Ø  Kristalinitas                    :  Holokristalin
Ø  Granularitas                    :  Fenerik
Ø  Fabrik                 :  Euhedral
·         Struktur              :  Masife (padat)
·         Komp. Mineral   :  Vein kuarsa (lapuk) dan lebih halus
·         Nama Batuan     :  Batuan Beku
G. Stasiun VI
·         Posisi                  :  0° 49' 43,3'' LS dan 119° 56' 20,7'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Cerah
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Putih keabuan
Ø  Warna Segar                   :  Putih berbintik abu-abu
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur
Ø  Kristalinitas                    :  Holokristalin
Ø  Granularitas                    :  Fenerik
Ø  Fabrik                 :  Euhedral
·         Struktur              :  Masife (padat)
·         Komp. Mineral   :  Vein kuarsa (lapuk)
·         Nama Batuan     :  Batuan Beku
H. Stasiun VII
·         Posisi                  :  0° 49' 40,6'' LS dan 119° 56' 29,4'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Berawan
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Coklat kehitaman
Ø  Warna Segar                   :  Hitam (agak kelabu)
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan metamorf
·         Tekstur               :  Lepidosblastik (pipih)
·         Struktur              :  Poliasi (berlapis-lapis)
·         Komp. Mineral   :  Cholorid kuarsa
·         Nama Batuan     :  Schist cholorid



I. Stasiun VIII
·         Posisi                  :  0° 49' 40,6'' LS dan 119° 56' 29,4'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Mendung berawan
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Orange
Ø  Warna Segar                   :  Putih kehitaman
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur               :  Holokristalin
·         Struktur              :  Poliasi (berlapis-lapis)
·         Komp. Mineral   :  Lebih halus
·         Nama Batuan     :  Batuan beku
J. Stasiun IX
·         Posisi                  :  0° 49' 39,4'' LS dan 119° 56' 41,8'' BT
·         Tanggal              :  25 November 2012
·         Cuaca                 :  Mendung
·         Deskripsi
Ø  Warna Lapuk                 :  Coklat kehitaman
Ø  Warna Segar                   :  Putih
Ø  Jenis Batuan                   :  Batuan beku
·         Tekstur               :  Holokristalin
·         Struktur              :  Poliasi (berlapis-lapis)
·         Nama Batuan     :  Batuan beku







4.2 Pembahasan
Struktur geologi adalah studi mengenai distribusi tiga dimensi tubuh batuan dan permukaannya yang datar ataupun terlipat, beserta susunan internalnya. Pada praktikum lapangan kali ini, kita mengamati struktur batuan geologi yang ada di kawasan Vatutela, Sulawesi Tengah. Terdapat 9 stasiun yang dilewati dengan rata-rata jarak tempuh 500 meter/stasiun.
Sebelum menuju stasiun pertama, terlebih dahulu mengukur posisi titik awal perjalanan yaitu 50° 45' LS dan 119° 55' 23'' BT, berjalan dengan 80° kearah timur dengan kondisi relief malai landai (bergelombang) dengan sudut lereng berkisar antara 3-7% dan beda tinggi berkisar antara 5-50%.
Pada stasiun pertama, kedua, ketiga, keempat, kelima, keenam, kedelapan dan kesembilan rata-rata berjarak 500 meter/stasiun dari posisi awal ke arah timur laut, dengan objek batuan yang sama yaitu batuan beku. Batuan beku adalah jenis batuan yang terbentuk dari magma yang mendingin dan mengeras, dengan atau tanpa proses kristalisasi, baik di bawah permukaan sebagai batuan intrusif (plutonik) maupun di atas permukaan sebagai batuan ekstrusif (vulkanik). Magma ini dapat berasal dari batuan setengah cair ataupun batuan yang sudah ada, baik di mantel ataupun kerak bumi. Warna lapuk buram dan putih berbintik hitam untuk warna segar. Derajat kristalisasi sempurna, bahwa batuan ini secara keseluruhan tersusun atas kristal sehingga disebut holokristalin. Struktur batuan ini adalah massive, tidak terdapat rongga atau lubang udara maupun retakan-retakan. Batuan ini masih segar dan tidak pernah terkena gaya endogen yang dapat meninggalkan retakan pada batuan.Batuan ini memeiliki tekstur fanerik karena mineral-mineralnya dapat dilihat langsung secara kasat mata dan mineral yang besar menunjukkan bahwa mineral tersebut terbentuk pada suhu pembekuan yang realtif lambat sehingga bentuk mineralnya besar-besar. Tekstur seperti ini menunjukkan proses pembentukan magma yang lambat. Ion-ion penyusun mineral pada batuan, dalam lingkungan bertekanan tinggi dan temperatur yang luar biasa tinggi dapat bergerak sangat cepat dan menyusun dirinya sedemikian rupa sehingga membentuk suatu bentuk yang teratur dan semakin berukuran besar. Faktor waktu sangat penting bagi ion-ion untuk membentuk orientasi yang tepat untuk mengkristal. Dengan demikian, maka seharusnya tekstur holokrsitalin terbentuk di bawah permukaan bumi dimana terdapat tekanan yang sangat tinggi yang dapat mempertahankan suhu yang tinggi.
Pada stasiun ketujuh yang berlokasi dibawah kaki gunung lereng dengan jarak tempuh dari stasiun enam 500 meter. Jenis batuan yang ditemukan pada stasiun ini berbeda dengan jenis batuan distasiun lain yaitu batuan metamorf. Batuan metamorf (atau batuan malihan) adalah salah satu kelompok utama batuan yang merupakan hasil transformasi atau ubahan dari suatu tipe batuan yang telah ada sebelumnya, protolith, oleh suatu proses yang disebut metamorfisme, yang berarti "perubahan bentuk". Protolith yang dikenai panas (lebih besar dari 150 °C) dan tekanan ekstrem akan mengalami perubahan fisika dan/atau kimia yang besar. Protolith dapat berupa batuan sedimen, batuan beku, atau batuan metamorf lain yang lebih tua. Batuan metamorf menyusun sebagian besar dari kerak Bumi dan digolongkan berdasarkan tekstur dan dari susunan kimia dan mineral (fasies metamorf). Batuan ini terbentuk jauh dibawah permukaan bumi oleh tegasan yang besar dari batuan diatasnya serta tekanan dan suhu tinggi. Batuan ini juga terbentuk oleh intrusi batu lebur, disebut magma, ke dalam batuan padat dan terbentuk terutama pada kontak antara magma dan batuan yang bersuhu tinggi. Batuan ini berstruktur lepidoblastik yaitu diamana mineral-mineral berbentuk pipih, sejajar dan berlapis-lapis (poliasi).
.








BAB V
PENUTUP


Palu adalah sebuah kota sekaligus merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, Indonesia. Secara astronomi Lembah Palu terletak antara 0°36' - 0°56' Lintang Selatan dan 119°45' - 121°1' Bujur Timur, tepat berada di bawah garis Katulistiwa dengan ketinggian 0 - 700 meter diatas permukaan laut. Vatutela adalah sebuah daerah di kawasan bagian timur lembah Palu, secara astronomi terletak antara 0°50' - 0°55' Lintang Selatan dan 119°50' - 119°55' dengan ketinggian 550 – 670 meter diatas permukaan laut. Jika dilihat dari reliefnya, lembah Palu dan kawasan vatutela umumnya sama, karena terdapat di wilayah yang sama, akan tetapi struktur tanah dari kawasan vatutela lebih kering dibandingkan lembah Palu pada umumnya.