Minggu, 09 Februari 2014

Proposal Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) Bidang Teknologi 2013

USULAN PROGRAM KREATIFITAS MAHASISWA
JUDUL PROGRAM
PEMANFAATAN LIMBAH KULIT BAWANG MERAH DARI RUMAH PRODUKSI OLE-OLE KHAS KOTA PALU SEBAGAI ANTIDIABETES MELLITUS TIPE II DALAM BENTUK SEDIAAN KAPSUL
BIDANG KEGIATAN :
PKM PENERAPAN TEKNOLOGI

RINGKASAN
Kota Palu merupakan salah satu kawasan penghasil bawang merah (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.), yang terkenal dengan produksi bawang goreng yang menjadi oleh-oleh khas Kota Palu. Banyaknya rumah produksi mengakibatkan melimpahnya limbah dari kulit bawang merah. Dengan mengetahui manfaat dari kandungan kulit bawang merah yang sangat besar bagi kesehatan, dapat dijadikan sebagai landasan untuk pemanfaatan limbah kulit bawang merah menjadi salah satu obat antidiabetes mellitus tipe 2.
Menurut sebuah penelitian terbaru, kulit bawang merah terbukti memiliki kandungan senyawa yang bisa menangkal penyakit diabetes mellitus tipe 2.  Dimana salah satu kandungan senyawa yang ada yaitu Flavonoida. Untuk memanfaatkan kandungan senyawa tersebut, maka timbul suatu pemikiran membuat sebuah produk berupa kapsul yang mampu mencegah diabetes mellitus tipe 2.
Metode yang akan digunakan dalam pemanfaatan limbah kulit bawang merah menjadi sebuah produk berupa kapsul sebagai obat diabetes mellitus tipe 2 yaitu  mendatangi tempat produksi bawang goreng oleh-oleh khas Kota Palu, serta mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan dalam tahap pelaksanaan dan menyusun susunan kerja dalam proses pelaksanaan pembuatan sediaan kapsul kulit bawang merah. Dengan demikian dihasilkan produk herbal yang dapat dikonsumsi oleh masyarakat khususnya Kota Palu untuk mengobati penyakit diabetes mellitus tipe 2.
BAB I
PENDAHULUAN
Tumbuhan bawang merah adalah sejenis tumbuhan semusim, yang memilki umbi berlapis, berakar serabut, dengan daun berbentuk silinder berongga. Tumbuhan bawang merah (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.), famili Alliaceae adalah spesies dengan  nilai ekonomi yang penting, yang dibudidayakan secara luas di seluruh dunia khususnya di benua Asia dan Eropa (Rukmana, 1995).
Proses pengolahan bawang merah sebelum diproduksi menjadi bawang goreng terlebih dahulu melalui proses penjemuran dan  pengupasan, sehingga kulit bawang merah banyak ditemukan sebagai limbah rumah produksi bawang goreng. Dimana “limbah kulit bawang merah merupakan sumber bahan alami yang bernilai tinggi, sebab jenis sayuran ini kaya akan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan manusia”, kata Vanesa Benites, seorang peneliti di Departemen Kimia Pertanian Universitas Madrid, Spanyol.
Berbagai penelitian menyebutkan senyawa flavonoid berperan sebagai antidiabetes mellitus tipe 2. Senyawa golongan flavonol dan flavon menunjukan sifat diabetes pada uji in vivo pada tikus seperti kuersetin dan krisin daya inhibisi kuersetin jauh lebih tinggi daripada krisin, disebabkan adanya subsituen gugus hidroksil pada posisi 3 (Lukacinova et. al. 2008). Dalam studi mengenai antidiabetes pada tanaman  Opuntia dillenii, dilaporkan bahwa komponen flavonoid aktif sebagai antidiabetes adalah flovonol (Deqiang et. al. 2003). Senyawa aktif dari tanaman Cynanchun acutum L. yaitu senyawa kuersetin dan komprefor memiliki aktifitas antidiabets mellitus tipe 2 yang dapat menurunkan gula darah (Fawzy et. al. 2008).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembangunan pertanian diharapkan tumbuh dan berkembang seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor lain agar dapat memperbaiki keadaan perekonomian masyarakat. Pembangunan pertanian sub sektor tanaman pangan khususnya komoditas hortikultura harus dapat tumbuh dengan cepat, agar secara fungsional akan semakin mampu berperan dalam penyediaan bahan baku industri, peningkatan pendapatan petani, penciptaan lapangan kerja serta peningkatan penerimaan devisa melalui ekspor hasil-hasil tanaman hortikultura. salah satu komoditi andalan Sulawesi Tengah adalah Bawang Merah Palu (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.) sebagai bahan baku bawang goreng. (Syahdimas M, 2012).
Sulawesi Tengah merupakan salah satu produsen bawang goreng terbesar di seluruh Indonesia khususnya di Kota Palu. Minat konsumen terhadap bawang goreng khas Palu hingga saat ini cukup pesat karena selain dijadikan bahan tambahan masakan, juga dijadikan sebagai oleh-oleh. Pengolahan bawang goreng pada skala rumah tangga di Sulawesi Tengah khususnya Lembah Palu memiliki peluang pasar yang cukup menjanjikan. Hal ini terlihat dari beberapa pengusaha bawang goreng Palu (hasil survei) telah memasarkan bawang gorengnya ke Makassar, Kalimantan, Jawa bahkan sampai ke luar negeri (Malaysia dan Singapura).
Kulit bawang merah adalah bagian terluar dari bawang merah yang diambil dagingnya. Biasanya, kulit bawang merah tidak pernah dimanfaatkan, melainkan dibuang setelah didapatkan isinya. Padahal kulit bawang merah sangat kaya akan manfaat kesehatan dan bisa dijadikan obat untuk penyakit khususnya diabetes mellitus tipe II. Produksi limbah bawang merah terus meningkat sejalan dengan banyaknya permintaan (Fatmah, 2005).
Kandungan yang dimiliki oleh kulit bawang merah itu sendiri adalah berupa senyawa flavonoida. Dalam tubuh manusia, flavonoida berfungsi sebagai antidiabetes mellitus tipe 2. Manfaat lain dari flavonoida adalah melindungi struktur sel, meningkatkan efektivitas vitamin C, antiinflamasi, mencegah keropos tulang dan sebagai anti bioktik (Muhammad,  2011). Dalam dosis kecil flavon bekerja sebagai stimulan  pada  jantung,  hesperidin  mempengaruhi  pembuluh  darah  kapiler,  flavon terhidroksilasi  bekerja  sebagai  diuretik  dan  antioksidan  pada   lemak. Dari uji pendahuluan yang peneliti lakukan, yaitu dengan uji skrining fitokimia dengan pereaksi  FeCl 5%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2 SO4(p)  menunjukkan bahwa ekstrak metanol kulit bawang merah mengandung senyawa flvonoida. Dari uraian di atas dan beberapa literatur  penelitian  yang telah dilakukan terhadap tumbuhan  bawang merah maka peneliti tertarik untuk meneliti kulit Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back. yang merupakan salah satu spesies dari Genus Allium, khususnya mengenai senyawa flavonoida yang terkandung dalam tumbuhan ini.
Diabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu penyakit di dalam sepuluh besar penyakit di Indonesia. Pada tahun 2000, 171 juta jiwa menderita diabetes mellitus di seluruh dunia dan pada tahun 2030 diduga angka ini akan menjadi dua kali lipat dan mencapai 366 juta jiwa (World Health Organization WHO, 2004). Diabetes mellitus ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi normal (Hiperglikimia) sebagai akibat dari tubuh yang kekurangan insulin realtif maupun absoulut. Diabetes mellitus ditandai dengan poliuria, polidipsi, polifagia, penurunan berat badan dan lemas (Handoko dan Suharto, 1995).
Pemanfaatan limbah kulit bawang merah sebagai sediaan kapsul untuk antidiabetes mellitus tipe 2 merupakan salah satu cara pemanfaatan yang terbilang menarik, dikarenakan melihat dari manfaat kandungan senyawa yang ada. Kapsul merupakan sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras ataupun lunak yang dapat larut. Cangkang umumnya terbuat dari gelatin, tetapi dapat juga terbuat dari pati atau bahan lain yang sesuai. Kapsul dipilih menjadi wujud dari pemanfaat limbah kulit bawang goreng, salah satunya yaitu mudah di absorbsi. Selain itu kapsul tidak menimbulkan bau dan rasa yang tidak enak, sehingga konsumen mudah untuk mengkonsumsi dan dapat diisi dengan 2 sediaan yang tidak tercampur. Dimana sediaan yang ada terdiri dari dua macam  yaitu dalam bentuk serbuk dan cair.
Sediaan serbuk dibuat dengan melalui beberapa proses, seperti sortasi atau pemilihan bahan, proses pencucian, pengeringan dengan cara tertentu dan proses penggilingan hingga menjadi serbuk. Untuk sedian berupa cairan, dibuat melalui tahap ekstraksi atau memecah bahan dengan campurannya dengan menggunakan pelarut yang sesuai hingga diperoleh ekstrak yang akan dijadikan sedian kapsul nantinya.
BAB III
METODE PELAKSANAAN

1. Waktu dan Tempat
Ekstraksi dan uji aktivitas antidiabetes mellitus tipe 2 berlangsung mulai Oktober sampai dengan Desember 2013 di Laboratorium Farmasi Fakultas MIPA Universitas Tadulako.
2. Alat dan Bahan
Bahan utama dalam penelitian ini adalah kulit bawang merah (Spesies), methanol, pereaksi FeCl35%, NaOH 10%, Mg-HCl dan H2SO4.
 Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah serangkaian alat ekstraksi, Rotavapor, desikator, serangkaian alat-alat laboratorium, yaitu beaker glass, batang pengaduk, Erlenmeyer, gelas ukur dan lain-lain.
3. Prosedur Kerja
a. Penggilingan kulit bawang merah
 Kulit bawang merah yang kering digiling dengan mesin penggiling, hal ini bertujuan untuk meningkatkan  luas permukaannya sehingga banyak yang kontak dengan pelarut organik saat proses ekstraksi dan digunakan untuk serbuk yang dimasukkan ke dalam kapsul.
b. Ekstraksi kulit bawang merah
Ekstrak kulit bawang merah diperoleh dengan metode maserasi, yaitu merendam serbuk kulit bawang merah dengan metanol selama sehari kemudian disaring, sisa serbuk biji diekstrak dengan metanol yang baru, sampai didapat ekstrak yang tidak berwarna. Ekstrak yang berupa cairan tersebut kemudian dipekatkan dengan alat rotavapor hingga diperoleh ekstrak yang kental. Ekstrak kental selanjutnya dimasukkan ke dalam desikator untuk dengan tujuan mendapatkan ekstrak kering.
c. Pemeriksaan Kandungan Kimia Menggunakan Pereaksi Kimia
Identifikasi kandungan kimia dalam ekstrak dilakukan terhadap senyawa- senyawa (Harborne 1987) :
1. Flavonoid
Larutan ekstrak sebanyak 2 ml ditambah dengan sedikit serbuk seng atau magnesium dan 2 ml HCl 2 N. Senyawa flavonoid akan menimbulkan warna jingga sampai merah.
d. Pembuatan sediaan kapsul ekstrak kulit bawang merah (Alium cepa L. Var. Ascalonicum (L.) Back.)
Formula Kapsul
R/Ekstrak kulit bawang merah 200 mg
    Amilum manihot 350 mg
    Amilum muchilago 10% qs
    M.f.pulv.dtd.No.XX
    da in caps
Pembuatan Sediaan Kapsul :
1. Ekstrak kulit bawang merah ditimbang sebanyak 10 gr digerus dengan 22 gr amillum manihot sedikit demi sedikit ke dalam lumpang dan digerus homogen (massa 1)
2. Pembuatan amillum mochilago :
Ditimbang berat amillum manihot sebanyak 1 gr lalu disuspensikan dengan air suling sambil dipanaskan pada api langsung dan diaduk-aduk hingga diperoleh masa transparan. Ditimbang dan dicek beratnya, kekurangan berat ditambahkan air panas. Hingga diperoleh masa muchilago sebanyak 10 gr (massa 2).
3. Massa 1 ditambahkan sedikit demi sedikit dengan massa 2 hingga diperoleh massa yang kompak (muchilago yang terpakai = 3,3 mg, mengandung amilium 0,335 gr), lalu digranulasi dengan ayakan mesh 14.
4. Granulat dikeringkan pada suhu 40 – 60 °C pada lemari pengering.
5. Setelah kering, granulat diayak lagi dengan ayakan mesh 16 dan di timbang kembali beratnya.
Berat granul kering =
Berat teoritis =
% berat = Berat teoritis/ Berat seluruhnya x 100%
6. Massa granol diuji pre-formulasi yaitu waktu alir. Kemudian setelah pengujian ini serbuk dimasukkan ke dalam cangkang kapsul secara manual dengan ukuran kapsul 0. Kemudian kapsul dilakukan uji evaluasi sediaan kapsul yaitu keseragaman bobot dan waktu hancur.
e. Pengujian Pre-formulasi
Dilakukan uji pre-formulasi terhadap granul yang kering meliputi uji waktu alir.
1. Uji waktu alir
Ke dalam corong alir dimasukkan granul, lalu dialirkan sehingga seluruh granul mengalir, ditentukan waktu alir yaitu mulai dari granul mengalir sampai granul mengalir ke luar (waktu alir tidak lebih dari 10 detik).
f. Evaluasi Sediaan Kapsul
1. Keseragaman bobot
Diambil 10 kapsul sekaligus ditimbang, timabng lagi satu per satu. Keluarkan isi kapsul, timbang seluruh bagian cangkang kapsul. Dihitung bobot isi kapsul dan bobot rata-rata tiap kapsul (syaratnya, tidak boleh lebih dari 2 kapsul yang masing-masing bobotnya menyimpang dan tidak boleh 1 kapsul menyimpang dari bobot rata-rata).
2. Waktu hancur
Alat : Disintegration tester
Cara : Dimasukkan satu kapsul ke dalam masing-masing tabung dikeranjang, lalu dimasukkan satu cakram pada tiap tabung, alat dijalankan. Sebagai media digunakkan air dengan suhu 37 ± 1 °C. Pada akhir batas waktu dinyatakan sebagai waktu hancur kapsul, kapsul dinyatakan hancur jika tidak ada lagi kapsul yang tertinggal pada kawat kasa. Pengujian dilakukan dengan 6 kapsul, dimana selama 15 menit seluruh kapsul telah hancur dan melewati kasa pada tabung (Ditjen POM., 1979).
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

5.1 Biaya Kegiatan

No
Jenis Pengeluaran
Biaya
1
Peralatan Penunjang
Rp 3.125.000
2
Bahan habis pakai
Rp 5.000.000
3
Perjalanan
Rp 2.500.000
4
Lain-lain
Rp 1.875.000
Jumlah
Rp 12.500.00

5.2 Jadwal Kegiatan
No


Kegiatan


Jangka Waktu
Bulan 1
Bulan  2
Bulan 3
Minggu
Minggu
Minggu
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
1
Persiapan












Studi Pustaka












Perizinan Labratorium













Persiapan alat dan bahan












2
Pelaksanaan












Pengambilan sampel












Pengeringan sampel












Pengolahan sampel












Pengujian












Pengamatan,  pengambilan data dan analisis data












Pelaporan












3
Penyusunan laporan













Seminar & penyempurnaan laporan













DAFTAR PUSTAKA
Deqiang R.et al. 2003. Studies on the Anti-diabetes Constituents from Opuntyia dillensii HAW Culivated in Hainan. Molecolar Plant Breeding. (5-6) : 823 – 823
Fatmah,wati.2005. Manfaat Umbi dan Tanaman Jagung. Jakarta, PT Putaka.
Fawzy C. Et al. 2008. Antidiabetic and Antioxidant. Activities of major Flavonoids of Cynanchum acutum L. (asclepidiaceae) Growing in Egypt Z. Naturforsch 63 : 658 – 662
Handoko,T. Dan Suharto,3. (1995). Insulin, glukagon, dan antidiabetik oral dalam Ganiswarna,S.(1995). Farma Kologi dan Terapi. Jakarta : Bagian Farma Kologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 471 – 473.
Lukacinova L. et al. 2008. Preventive Effects of Flavonoids on Alloxan – Inducen Diabetes Mellitus in Rats. ACTA VET BRNO  (77) : 175 – 182
Moh. Syahdimas, Bawang merah dismiril, bawgoreng.blogspot.com/2012/03/Pengembangan-bawang-merah-Palu.html.11 Oktober 2013 pukul 09.50 pm.
Rukmana,R.1995.Bawang Merah Budidaya dan Pengelolahan Pasca Panen. Kanisius,Jakarta.
World Health Organization,(n.d) Launch of “Diabetes Action Now”. May 5,2004.http://www.who.int.