Jumat, 05 Juli 2013

Masa Sejarah & Pra-Sejarah

MASA PRASEJARAH
Prasejarah atau nirleka (nir: tidak ada, leka: tulisan) adalah istilah yang digunakan untuk merujuk kepada masa di mana catatan sejarah yang tertulis belum tersedia. Zaman prasejarah dapat dikatakan bermula pada saat terbentuknya alam semesta, namun umumnya digunakan untuk mengacu kepada masa di mana terdapat kehidupan di muka Bumi; contohnya, dinosaurus biasanya disebut hewan prasejarah dan manusia gua disebut manusia prasejarah.

Batas antara zaman prasejarah dengan zaman sejarah adalah mulai adanya tulisan. Hal ini menimbulkan suatu pengertian bahwa prasejarah adalah

zaman sebelum ditemukannya tulisan, sedangkan sejarah adalah zaman setelah adanya tulisan. Berakhirnya zaman prasejarah atau dimulainya zaman sejarah untuk setiap bangsa di dunia tidak sama tergantung dari peradaban bangsa tersebut. Salah satu contoh yaitu bangsa Mesir sekitar tahun 4000 SM masyarakatnya sudah mengenal tulisan, sehingga pada saat itu, bangsa Mesir sudah memasuki zaman sejarah. Zaman prasejarah di Indonesia diperkirakan berakhir pada masa berdirinya Kerajaan Kutai, sekitar abad ke-5; dibuktikan dengan adanya prasasti yang berbentuk yupa yang ditemukan di tepi Sungai Mahakam, Kalimantan Timur.

Karena tidak terdapat peninggalan catatan tertulis dari zaman prasejarah, keterangan mengenai zaman ini diperoleh melalui bidang-bidang seperti paleontologi, astronomi, biologi, geologi, antropologi, arkeologi.

I. Cara Masyarakat Prasejarah mewariskan masa lalunya.

Masyarakat prasejarah mewariskan masa lalunya dengan cara:

Melalui Keluarga, yaitu
o Melalui adat istiadat keluarga
o Melalui ceritera dongeng
Melalui Masyarakat, yaitu:
o Melalui adat istiadat masyarakat
o Melalui pertunjukan hiburan, seperti wayang
o Melalui kepercayaan masyarakat, yaitu Dinamisme, animisme, totemisme dan monoisme

TRADISI MASYARAKAT INDONESIA MASA PRA-SEJARAH

• Sistem kepercayaan, masyarakat prasejarah mengenal dinamisme, animisme, totemisme dan monoisme
• Sistem kemasyarakatan, mengenal sistem gotong royong sebagai kewajiban
• Pertanian, mengenal sistem persawahan
• Kemampuan berlayar, mengenal seni berlayar dan menjadi nelayan
• Bahasa, memiliki alat untuk berkomunikasi
• Pengetahuan, mempunyai kemampuan memanfaatkan alam sekitar
• Organisasi Sosial, manusia tidak hidup sendiri
• Teknologi, mengenal teknik pengecoran logam
• Kesenian, menenal pertunjukan hiburan
• Ekonomi, mengenal sistem barter dalam perdagangan

JEJAK JEJAK MASA PRA-SEJARAH INDONESIA

Jejak-jejak masa prasejarah artinya adalah sesuatu benda atau adat istiadat yang ditinggalkan oleh masa lalu dan masih dapat dilihat dan dirasakan oleh manusia pada masa sekarang


Wujud jejak-jejak prasejarah antara lain:

• Folklore, yaitu adat istiadat tradisional dan ceritera rakyat yang diwariskan secara turun temurun akan tetapi tidak di bukukan.

Wujudnya ada 2 yaitu:
o Folklore lisan, yaitu semua peninggalan yang hanya didapat dari ucapan, contoh: bahasa, teka-teki dan puisi rakyat.
o Folklore non lisan, yaitu semua benda-benda hasil kebudayaan manusia. Contoh: kerajinan tangan, pakaian, benda-benda untuk keperluan hidup dll.

• Mitologi, yaitu ilmu tentang kesusasteraan yang mengandung konsep tentang dongeng suci, kehidupan para dewa dan makhluk halus salam suatu kebudayaan. Atau ceritera tentang asal usul alam semesta, manusia dan bangsa yang dikaitkan dengan cara-cara gaib dan mengandung arti mendalam.

Contoh: Mitos tentang Nyai Loro Kidul

• Legenda, adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang mempunyai cerita sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya dari yang mengandung sifat-sifat folklor Menurut Pudenti, legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005,[1] legenda adalah cerita rakyat pada zaman dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis, legenda adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan angan-angan. Menurut William R. Bascom, legenda adalah cerita yang mempunyai ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci. Menurut Hooykaas, legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.

Contoh: Legenda Gunung Tangkuban Perahu, Terjadinya Kota Banyuwangi, Pulau Samosir dll.

• Upacara, yaitu rangkaian tindakan atau perbuatan yang terikat pada aturan-aturan tertentu berdasarkan adat istiadat, agama dan kepercayaan

Contoh : Upacara penguburan mayat, upacara perkawinan, dll.

• Lagu-lagu Daerah, yaitu syair-syair yang dinyanyikan atau ditembangkan dengan irama yang indah dan menarik.
Contoh :
o Zapin Budi (Riau)
Berisi pantun yang memberi tuntunan kepada pendengarnya agar berperilaku yang baik setiap hari
o Marencong (Sulsel)
Ungkapan kegembiraan ketika harapan terwujud
o Leleng (Kaltim)
Menggambarkan keteguhan hati seorang gadis bernama Utan Along yang menolak dikawinkan secara paksa oleh orang tuanya sehingga ia melarikan diri ke dalam hutan.
o Ulan Andhung- Andhung (Jawa Timur)
Saat bulan purnama yang indah tertutup awan. Saat itu tengah ada seorang gadis yang merindukan kekasihnya yang sedang merantau. Dengan setia dan sabar ia menunggu kedatangan sang kekasih di pantai.
o Buka Pintu (Maluku)
Tentang kesabaran tulus dari seorang pria yang menunggu di tengah hujan sampai sang kekasih membuka pintu untuknya dan memaafkan kesalahannya.
o Apuse (Papua)
Mengisahkan tentang perpisahan seorang Ibu yang anaknya akan meninggalkannya dan pergi merantau



TRADISI MASYARAKAT

1. Tradisi NGEJOT di BALI
Di Bali, ngejot artinya memberikan sesuatu (umumnya makanan) kepada orang lain ketika kita mempunyai hajatan atau pada saat hari raya tertentu. Mungkin hampir sama seperti di daerah lainnya di seluruh Indonesia, di Bali juga ada tradisi ngejot ini. Sebenarnya secara umum sifat orang Indonesia khususnya di Bali adalah tolong menolong dan saling berbagi, dan tradisi ngejot ini adalah salah satu bukti nyata. Tradisi ngejot di Bali bisa kita dibedakan menjadi dua yaitu ngejot ketika hari raya dan ngejot ketika seseorang memiliki hajatan atau melaksanakan suatu upacara adat/agama tertentu.
Ngejot ketika hari raya seperti Galungan, Kuningan dan lainnya biasanya bersifat sukarela dan lebih menyesuaikan situasi dan kondisi. Artinya apa yang kita miliki itulah yang kita berikan pada orang lain yaitu biasanya tetangga dan kerabat serta sanak famili. Mungkin karena di saat itu hampir semua orang juga merayakan hari raya, jadi bisa dibilang ibarat bertukar kado karena biasanya saling ngejot.
Di samping itu, di daerah tertentu yang majemuk, umat beragama non Hindu juga ikut menerima jotan (barang/makanan yang diberikan waktu ngejot), begitu juga sebaliknya ketika hari raya umat lain seperti Idul Fitri, Natal, Waisak dan lainnya warga Hindu juga turut merasakannya. Betapa indahnya perbedaan bukan?
Sementara itu, ngejot ketika melaksanakan suatu upacara adat/agama seperti pawiwahan (pernikahan), mepandes/metatah (potong gigi), nelu bulanin (tiga bulanan), odalan, otonan dan lainnya sedikit berbeda. Untuk upacara yang tergolong besar seperti pernikahan, potong gigi, tiga bulanan, ngejot biasanya dilaksanakan lebih formal, isi jotan sudah diatur sedemikian rupa, daftar orang yang menerima jotan pun ada, serta yang membawakan jotan juga berpakaian adat. Isi jotan biasanya berupa sate, nasi (dengan takaran tertentu), lawar, buah dan lainnya. Orang yang menerima jotan biasanya per kepala keluarga, yaitu tetangga, dan sanak keluarga dalam jangkauan tertentu. Orang yang menerima jotan ini juga berarti diundang untuk datang menghadiri upacara tersebut.
Sedangkan untuk upacara agama yang lebih kecil seperti otonan, odalan di merajan alit (tempat suci keluarga kecil) dan lainnya, ngejot lebih dinamis seperti ngejot pada waktu hari raya agama. Tidak semua hari raya di Bali diikuti tradisi ngejot, yang sudah pasti adalah hari raya Galungan, Kuningan, Pagerwesi dan lainnya. Sedangkan hari raya Nyepi, Saraswati, dan beberapa lainnya jarang diikuti dengan tradisi ngejot.

PERKEMBANGAN PENULISAN SEJARAH INDONESIA

Penulisan sejarah (historiografi) di Indonesia umumnya digolongkan kedalam tiga tahapan perkembangan yaitu historiografi tradisional, historiografi kolonial, dan historiografi modern Indonesia. Dan setiap historiografi tersebut masing-masing memililiki ciri-ciri yang berbeda dan jenis yang dihasilkanpun berbeda.

1. Historiografi Tradisional

Historiografi tradisional adalah tradisi penulisan sejarah yang berlaku pada masa setelah masyarakat Indonesia mengenal tulisan, baik pada Zaman Hindu-Budha maupun pada Zaman Islam. Ada pada abad 4 M sampai abad 17 M. Hasil tulisan sejarah dari masa ini sering disebut sebagai naskah.

Contoh Historiografi tradisional:

Babad Tanah Jawi, Babad Kraton, Babad Diponegoro, Hikayat Hang Tuah, Hikayat Raja-raja Pasai, Hikayat Silsilah Raja Perak, Hikayat Tanah Hitu, Kronik Banjarmasin, dsb. 


Adapun ciri-ciri historiografi tradisional yaitu:

• Penulisannya bersifat istana sentris yaitu berpusat pada keinginan dan kepentingan raja. Berisi masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa. Menyangkut raja dan kehidupan istana.
• Memiliki subjektifitas yang tinggi sebab penulis hanya mencatat peristiwa penting di kerajaan dan permintaan sang raja.
• Bersifat melegitimasi (melegalkan/mensahkan) suatu kekuasaan sehingga seringkali anakronitis (tidak cocok)
• Kebanyakan karya-karya tersebut kuat dalam genealogi (silsilah) tetapi lemah dalam hal kronologi dan detil-detil biografis.
• Pada umumnya tidak disusun secara ilmiah tetapi sering kali data-datanya bercampur dengan unsur mitos dan realitas (penuh dengan unsur mitos).
• Sumber-sumber datanya sulit untuk ditelusuri kembali bahkan terkadang mustahil untuk dibuktikan.
• Dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat dimana naskah tersebut ditulis sehingga merupakan hasil kebudayaan suatu masyarakat.
• Cenderung menampilkan unsur politik semata untuk menujukkan kejayaan dan kekuasaan sang raja.


Banyak sejarawan yang awalnya sampai tahun 1960-an tidak mau menggunakan naskah-naskah tersebut sebagai sumber atau referensi karya ilmiah. Akan tetapi, pada perkembangannya karena melalui berbagai penelitian membuktikan bahwa bayak hal yang ditulis dalam naskah tradisional tersebut dapat terungkap pula dalam sumber-sumber sejarah yang lain maka mereka mulai menganggap bahwa naskah/ historiografi tradisional tersebut dapat pula dijadikan sumber atau acuan sejarah.

2. Historiografi Kolonial
Historiografi kolonial merupakan historiografi warisan kolonial dan penulisannya digunakan untuk kepentingan penjajah.

Ciri-cirinya:
• Tujuannya untuk memperkuat kekuasaan mereka di Indonesia. Jadi disusun untuk membenarkan penguasaan bangsa mereka terhadap bangsa pribumi (Indonesia). Sehingga untuk kepentingan tersebut mereka melupakan pertimbangan ilmiah.
• Selain itu semuanya didominasi untuk tindakan dan politik kolonial.
• Historiografi kolonial hanya mengungkapkan mengenai orang-orang Belanda dan peristiwa di negeri Belanda serta mengagung-agungkan peran orang Belanda sedangkan orang-orang Indonesia hanya dijadikan sebagai objek.
• Historiografi kolonial memandang peristiwa menggunakan sudut pandang kolonial. Sifat historiografi kolonial eropasentris.
• Ditujukan untuk melemahkan semanangat para pejuang atau rakyat Indonesia.


Seperti contohya: Orang Belanda menyebut ”pemberontakan” bagi setiap perlawanan yang dilakukan oleh daerah untuk melawan kekuasaan Belanda/ kekuasaan asing yang menduduki tanah airnya. Oleh Belanda itu dianggap sebagai ”perlawanan terhadap kekuasaannya yang sah sebagai pemilik Indonesia”. Seperti Perlawanan yang dilakukan oleh Diponegoro, Belanda menganggap itu sebagai ”Pemberontakan Diponegoro”.

3. Historiografi Modern Indonesia/ historiografi nasional

Ada pada abad 20 M- sekarang. Setelah kemerdekaan bangsa Indonesia maka masalah sejarah nasional mendapat perhatian yang relatif besar terutama untuk kepentingan pembelajaran di sekolah sekaligus untuk sarana pewarisan nilai-nilai perjuangan serta jati diri bangsa Indonesia.

Ditandai dengan:
• Mulai muncul gerakan Indonesianisasi dalam berbagai bidang sehingga istilah-istilah asing khususnya istilah Belanda mulai diindonesiakan selain itu buku-buku berbahasa Belanda sebagian mulai diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.
• Mulai Penulisan sejarah Indonesia yang berdasarkan pada kepentingan dan kebutuhan bangsa dan negara Indonesia dengan sudut pandang nasional.
• Orang-orang dan bangsa Indonesialah yang menjadi subjek/pembuat sejarah, mereka tidak lagi hanya sebagai objek seperti pada historiografi kolonial.
• Penulisan buku sejarah Indonesia yang baru awalnya hanya sekedar menukar posisi antara tokoh Belanda dan tokoh Indonesia.

Jika awalnya tokoh Belanda sebagai pahlawan sementara orang pribumi sebagai penjahat, maka dengan adanya Indonesianisasi maka kedudukannya terbalik dimana orang Indonesia sebagai pahlawan dan orang Belanda sebagai penjahat tetapi alur ceritanya tetap sama.

Keadaaan yang demikian membuat para sejarawan dan pengamat sejarah terdorong untuk mengadakan ”Kongres Sejarah Nasional” yang pertama yaitu pada tahun 1957. Pada kongres kedua namanya diubah menjadi ”Seminar Nasional Sejarah”, membicarakan mengenai rencana untuk pembuatan sebuah buku sejarah nasional baru dengan harapan dapat dijadikan semacam buku referensi.


4. Masa Indonesia Merdeka
• Berorientasi pada masa depan Indonesia
• Mengungkapkan tentang sejarah yang pernah terjadi dalam kehidupan bangsa Indonesia
• Tujuannya agar rakyat bersemangat dalam mengisi pembangunan

UNSUR BUDAYA INDONESIA
• Bercocok tanam padi di sawah
• Mengenal permainan wayang
• Mengenal seni gamelan
• Mengenal seni membatik
• Pola susunan masyarakat Macapat
• Mengenal alat tukar dalam perdagangan
• Mampu membuat barang-barang dari logam
• Memiliki kemampuan yang tinggi dalam pelayaran
• Mengenal pengetahuan astronomi
• Mengenal masyarakat yang teratur